Jenderal (Purn) Suroyo Bimantoro:net
Uji kepatutan dan kelayakan terhadap calon Kapolri Komjen Tito Karnavian di Komisi III DPRberlangsung mulus. Bekas Kapolri Jenderal Polisi (Purn) Suroyo Bimantoro menilai, mulusnya langkah Tito karena kualitas yang dimilikinya. Meski berlangsung mulus, Komjen Tito masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah. Berikut petiÂkan wawancara dengan Jenderal Bimantoro.
Fit and proper test Tito berÂlangsung mulus. Komentar Anda?
Saya melihat Tito itu meÂmang sudah begitu. Dari dulu sudah kelihatan. Jadi sejak saya Kapolri dan dia masih (berpangÂkat) Mayor, saya lihat dia ini bakalan jadi. Sebetulnya kita ini bisa menilai kok, sebagai atasan dan senior, mana yang punya potensi dan mana yang kerjanya molor aja.
Waktu menangkap Tommy Soeharto itu, sebelumnya saya kan bentuk tim. Banyak jenderal di situ. Tapi karena nggak meÂmuaskan, saya panggillah Tito ke rumah saya. Saya bilang, sekarang kamu yang pimpin tim, anggotanya cukup letnan dan sersan dan kamu hanya lapor kepada Kapolda dan saya. Tidak sampai sebulan langsung tertangkap.
Waktu menangkap Tommy Soeharto itu, sebelumnya saya kan bentuk tim. Banyak jenderal di situ. Tapi karena nggak meÂmuaskan, saya panggillah Tito ke rumah saya. Saya bilang, sekarang kamu yang pimpin tim, anggotanya cukup letnan dan sersan dan kamu hanya lapor kepada Kapolda dan saya. Tidak sampai sebulan langsung tertangkap.
Dibandingkan waktu Anda jadi Kapolri dengan tantangan yang akan dihadapi Tito tentu berbeda?Yang jelas ancaman, hamÂbatan, gangguannya tentu lebih kompleks ya. Karena teknologi dan segala macam. Kemudian interaksi antara bangsa kan semakin intens. Berbeda denÂgan zaman dulu. Makanya saya ngomong dengan senior saya, (mereka bilang) nggak bisa mencela adik-adik yang sekarang ini. Karena adik-adik kita tantangannya jauh lebih kompleks.
Sekarang sudah ada sosial media ini, itu. Dulu kan ngÂgak. Apalagi waktu kita masih di ABRI, semuanya kan di-
handle Menhankam/Panglima ABRI. Semuanya di-
handle Pak Harto. Semuanya diselesaikan oleh beliau-beliau itu. Sekarang tidak, dengan tugas dan fungsi sekarang, jelas beban tugasnya lebih berat. Dan saya bersyukur Tito yang terpilih.
Tito dianggap melangkahi seniornya, bagaimana kira-kira soliditas Polri ke depan?Begini, kita itu di sekolah dari dulu, mulai dari AKABRI, kita sudah ditanamkan nilai-nilai kepatuhan kepada atasan. Nilai-nilai disiplin. Disiplin itu artinya apa sih? Disiplin itu menyesuaiÂkan tingkah laku kita kepada norma yang ada. Kita dulu kalau nggak disiplin ditempelengin. Jadi kita mengikuti aturan yang ada. Dengan aturan yang ada di TNI dan Polri, itu adalah tunduk kepada pimpinan.
Jadi saya yakin dia mampu mengatasinya, karena anggota-anggota juga sudah terbiasa seperti itu. Kalau tanpa disiplin itu, sudah bubar organisasi kita. Siapapun dia, kalau sudah diajuÂkan dengan prosedur yang benar, pasti yang lain juga akan patuh. Lagipula, di kita itu, normanya, yang pertama menjadi ukuran senioritas itu adalah jabatan.
Maksudnya?Contohnya saya, sejak jadi Kapolres, saya sudah memimpin senior. Wakil saya itu letingan 68. Nggak ada masalah. Saya jadi Kapolri juga ada dari 67, saya kan 70. Karena memang begitu, sudah nilai yang diÂtanamkan kepada kita. Kecuali, kecuali ya, ada nilai-nilai yang dilanggar. Dan bicara senioritas yang pertama itu adalah jabatan. Tito dengan Komjen yang lain kan sama dari segi kepangkatan. Dari aspek angkatan mungkin dia junior, tapi dari jabatan dia lebih senior.
Kenapa?Karena dari segi jabatan dia itu kepala BNPT. Makanya pelantikannya di Istana oleh Presiden, seperti menteri. Kalau Wakapolri, Irwasum kan Kapolri. Itu kadang-kadang yang nggak dilihat orang.
Soal kesejahteraan angÂgota, sebagai bekas Kapolri, bagaimana Anda mensiasatÂinya, dibandingkan dengan sekarang?Jadi kalau sekarang, kesÂejahteraan anggota lebih baÂguslah. Cuma remunerasi yang diberikan kepada polisi baru 56 persen dari yang seharusnya diÂterima. Jadi kita dibiasakan sejak zaman revolusi dulu, gaji nggak ada yang pernah cukup. Tentara pejuang dulu juga kan makan dari pemberian rakyat kan, nggak ada yang dari logistik. Mengingat itu dan kewenangan yang kita miliki, itulah yang harus diperbaiki. Maka dari itu, mensiasatinya adalah jangan membebani anak buah dengan yang tidak perlu.
Termasuk meminta setoran?Apalagi meminta setoran. Itu kurang ajar sekali. Karena sudah jelas nggak ada kok dimintai setoran. Selanjutnya, saya waktu jadi Kapolri itu nggak mau menÂjabat ketua ini itu.
Memang kenapa?Karena buntutnya dana. Sementara dana itu tidak tersedia dalam APBN untuk Kepolisian. Makanya, saya lepaskan semua itu, ketua ini, ketua itu. Selanjutnya, jangan memotong hak anggota yang sudah kecil. Selanjutnya basic orang bekerja adalah rumah. Organisasi bisa maju kalau dia bisa menampung basic itu. Buat apa kantor bagus-bagus kalau rumah anggotanya reyot? Dan itu sudah dikemukakan Tito. ***