Para istri dan keluarga nelayan di desa pesisir Bulukumba Sulawesi Selatan dilatih keterampilan berwirausaha di antaranya pelatihan membuat kain tenun bira.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Prakoso BS di Jakarta, Sabtu, mengatakan pihaknya menggelar pelatihan kewirausahaan kepada istri dan keluarga nelayan di desa-desa tertinggal dan pelosok agar terjadi peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat di wilayah-wilayah tersebut.
"Akhir Mei 2016, misalnya kami menggelar pelatihan vocational pembuatan kain tenun bira bagi para istri nelayan dari sejumlah desa di Kabupaten Bulukumba," kata Prakoso.
Pada kesempatan itu sebanyak 30 peserta pelatihan hadir yang sebagian besar telah memiliki pengetahuan tenun secara turun-temurun. Dalam pelatihan itu kemudian diberikan materi terkait teknik peningkatan kualitas tenun dan cara memasarkan kain tenun khas Bulukumba tersebut.
Selama ini, kerajinan tenun bira menjadi usaha sampingan para istri nelayan di daerah itu yang telah dilakukan secara turun-temurun.
"Kegiatan itu menjadi pengisi waktu luang bagi para istri nelayan sambil menunggu suaminya pulang dari melaut," katanya.
Hasil kerajinan tenun kemudian dijual ke pasar-pasar tradisional sehingga mereka bisa mendapatkan tambahan penghasilan keluarga.
"Kain tenun bira memiliki potensi untuk disukai pasar karena unik dan sejak zaman dahulu sudah sangat terkenal bahkan sebagai alat barter dengan pelaut-pelaut Tiongkok. Sayangnya sekarang sudah mulai ditinggalkan jadi perlu untuk dilestarikan sekaligus digali potensi ekonominya," kata Prakoso.
Nelayan Desa Bira sejak dulu dikenal sebagai pelaut ulung dengan kapal pinisinya yang legendaris. Mereka gemar berdagang termasuk memperdagangkan kain tenun tradisional yang mereka produksi sendiri.
Oleh karena itu, Prakoso menganggap pentingnya upaya untuk melestarikan warisan budaya sekaligus menjadikannya sebagai sumber ekonomi baru bagi keluarga nelayan di daerah itu.
"Dengan pelatihan ini diharapkan produk tenun bira meningkat kualitasnya sekaligus membekali pengetahuan keterampilan yang lebih memadai bagi penenun," katanya.
Materi yang diberikan dalam pelatihan itu meliputi cara membuat kain yang lebih bermutu dengan pemilihan bahan yang baik, disain, dan corak yang lebih kekinian sehingga lebih mudah diterima pasar baik lokal maupun internasional. Peserta juga dibekali pelatihan kewirausahaan, perkoperasian, dan teknik-teknik penyelupan dan pewarnaan serta disain corak kain tenun bira.
"Apalagi saat ini Desa Bira juga sedang dikembangkan sebagai destinasi wisata pantai sehingga mulai dikenal dan diminati turis asing," katanya.
Prakoso berharap ke depan, masyarakat di desa pesisir tersebut dapat melihat peluang wirausaha yang lebih luas dan tidak semata bergantung pada pencarian ikan tradisional.
"Pada gilirannya kelak akan terjadi peningkatan pendapatan keluarga yang akan mendongkrak pendapatan asli daerah sehingga tidak lagi menjadi daerah tertinggal," kata Prakoso.
[zul]