Sekda Kota Bandung Yosi Irianto:net
Pelecehan dan arogansi terhadap profesi wartawan kembali terjadi di Kota Bandung. Kali ini dilakukan oleh ajudan Sekda Kota Bandung, AL terhadap wartawan Bandung, DR.
DR yang sudah menjalin kontak dengan Sekda mendaÂpat perlakuan kasar ketika bertamu ke rumah dinas Sekda Jalan Nylan Nomor 1 Bandung, pada Kamis (19/5) sekitar puÂkul 07.45.
Tanpa kompromi, sang ajuÂdan (AL) mengusir tamu, hingga berbuntut keributan. Setiba di depan rumah dinas, DR mengutarakan maksudnya bertemu Sekda, namun disamÂbut AL dengan hardikan.
"Maaf Pak, kalau mau berÂtemu atau berkepentingan dengan Pak Sekda, sebaiknya di kantor saja. Apapun alasan Bapak untuk bertemu Pak Sekda, tahu nggak, saya ini pasti kena dampratnya," cetusnya, dengan nada tinggi sembari mengusir DR yang berada di samping pintu gerÂbang masuk garasi rumah Dinas Sekda.
"Maaf, bapak tidak diperkeÂnankan berada di area dalam tempat parkir rumah dinas ini, silakan tunggu saja di luar," usirnya lagi.
Selang beberapa menit, sekuriti menghampiri dan mengusir lagi dengan perÂkataan tidak menyenangkan. "Pak, sebaiknya di Balaikota saja. Nggak perlu ditunggu di sini," katanya. Padahal DR berada di pinggir jalan depan rumah dinas Sekda.
Atas perlakuan kasar ajudanÂnya ini, Sekda Kota Bandung Yosi Irianto menyesalkannya. "Aduh saya jadi malu. Ini keÂjadian sudah keberapa kalinya, bukan kali ini saja terjadi," sesalnya.
Bahkan, sambung Yossi, pernah juga kejadian yang sama menimpa anggota DPRD Kota Bandung. "Ya sudahlah, saya minta maaf. Soalnya dia itu (AL) asalnya bukan dari Bandung, jadi mungkin agak berbeda dengan tata cara orang Bandung," ujarnya.
Penyesalan yang sama diÂlontarkan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil. Saat dikonfirÂmasi tentang ini, Emil --sapaan akrabnya, menyesalkan ulah PNS yang tidak melakukan pelayanan publik dengan baik, namun malah berlaku kasar dan tidak manusiawi.
"Saya sangat menyesalkan. Apalagi Wali Kota Bandung sekarang ini sedang menÂjalankan prinsip memanusiaÂkan manusia. Bagaimanapun dalam kondisi apapun, keraÂmahtamahan harus menjadi ciri birokrasi Bandung, apalagi seÂbagai urang Sunda," sesalnya.
Seharusnya, lanjut Emil, pendamping atau ajudan berÂlaku baik kepada masyarakat. Karena bagaimanapun ulah dan perilaku ajudan mencerÂminkan pimpinannya. "Kalau keliru dan kasar seperti itu, itu kan seolah mendapat restu pimpinannya. Padahal tidak begitu. Itu kan berdampak buruk pada pimpinan. Kasihan pada Sekdanya," lanjutnya lagi. ***