Setelah 10 ABK-nya disandera kelompok teroris Abu Sayyaf, bos PT Patria Maritime Lines, perusahaan pengangkutan batubara ini, memuÂtuskan untuk tidak melewati perairan Tawi-tawi, Filipina Selatan lagi.
Selain mengungkapkan, kebijakan sementara kantornya, Loudy juga menceritakan sekelumit keterlibatan perusahaannya dalam operasi pembeÂbasan terhadap 10 pekerjanya. Berikut penjelasan Loudy saat dijumpai Rakyat Merdeka di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, kemarin.
Dalam operasi pembebasan pegawai Anda, apakah perusahaan diikutsertakan dalam proses diplomasi?
Perusahaan menjadi salah satu angÂgota tim di dalam, yang dibentuk oleh pemerintah. Kita bikin satu tim untuk mengatasi hal ini.
Perusahaan menjadi salah satu angÂgota tim di dalam, yang dibentuk oleh pemerintah. Kita bikin satu tim untuk mengatasi hal ini.
Kabarnya pegawai Anda dibeÂbaskan Abu Sayyaf lantaran peruÂsahaan Anda membayar tebusan. Benar seperti itu?Saya no comment mengenai hal tersebut.
Kenapa?Karena sampai saat ini memang tidak ada apa-apa mengenai tebusan.
Dari pihak Abu Sayyaf apakah melakukan kontak langsung ke perusahaan?Ya sempat. Dan kita juga membuat satu tim mengatasi hal ini, karena nggak mungkin satu orang atau satu pihak saja untuk mengatasi hal ini.
Lalu bagaimana perusahaan meÂnanggapi permintaan uang tebusan tersebut?Kita terus berkomunikasi dan menÂjamin keselamatan dari kru saja. Itu tujuan kami mengontak. Kita sama, seperti yang dikatakan tadi, visi yang sama yang membuat tim kita jadi solid. Kita berpikir bagaimana kesÂelamatan sandera.
Setiap berkomunikasi, apakah perusahaan dijelaskan mengenai kondisi sandera?Jadi, tiap kali kita kontak, itu pasti kita bertanya bagaimana keselamatan orang kami.
Apa saja informasi yang didapat perusahaan?Menurut mereka, orang kami diperÂlakukan dengan baik.
Berapi kali kontak antara Abu Sayyaf dengan perusahaan?Wah, setiap hari bisa sekali atau dua kali.
Para penculik juga mengirim gambar mengenai kondisi para sandera?Kita diberikan kesempatan untuk berbicara (dengan para sandera). Mereka diperlakukan dengan baik.
Selain 10 WNI itu, apakah empat WNI yang diculik belakangan, dari perusahaan Anda juga?Bukan, sama sekali bukan. Jadi hanÂya 10 WNI yang baru dibebaskan.
Masa sih perusahaan nggak baÂyar tebusan?Saya nggak bisa
comment mengenai itu, mohon dimengerti. Kita masih ada PR lagi soalnya.
Maksudnya?Seperti yang tadi Ibu (Menlu Retno Marsudi) katakan. Masih ada empat WNI yang belum dibebaskan. Jadi masih ada PR lanjutan. Meskipun keempatnya bukan orang kami. Tapi kalau dilihat dari sisi kemanusiaan kan seharusnya tidak melihat dari perusahaan mana. Itu adalah tugas dari Kementerian Luar Negeri.
Saat pertama kali minta tebuÂsan, berapa jumlah yang diminta penculik?Waktu itu mereka minta 50 juta peso (sekitar Rp 14 miliar).
Selanjutnya, ke 10 WNI akan tetap bekerja di perusahaan Anda?Harus dong.
Apa jaminannya?Hak-hak seperti karyawan biasa akan kami berikan. Dan juga ada seperti kompensasi yang akan kami berikan. Seperti kompensasi keÂmanusiaan, karena mereka sudah mengalami hal yang sangat sulit dalam hidupnya, dan itu sangat sulit bagi mereka.
Saat ini perairan Filipina Selatan sudah tidak aman. Apakah kapal-kapal perusahaan Anda akan tetap lewat sana?
Sementara ini kita tidak lewat jalur yang sama. Pemerintah juga kan suÂdah menutup, jadi kita tidak melewati jalur situ.
Lalu bagaimana perusahaan Anda kalau mau melakukan penÂgiriman barang ke Filipina?Susah ya. Kalau mau ke Filipina lewat jalur lain agak susah ya.
Artinya, sementara nggak ada pengiriman?Iya.
Perusahaan Anda rugi dong?Saya kira kami lebih mengutaÂmakan keselamatan daripada cuma sekadar bisnis. Bisnis bisa didapatkan dari hal lain. ***