RMOL. Hasil autopsi jenazah Siyono, versi tim dokter forensik Muhammadiyah yang resmi dibuka secara lengkap dalam konfeÂrensi pers di kantor Komnas-HAM kemarin, berbeda dengan rilis yang disampaikan Polri.
Pertama, hasil autopsi jenazah terduga teroris Siyono memperÂlihatkan patah tulang di lima iga bagian kiri, patah satu iga bagian kanan, dan tulang dada yang patah akibat benda tumpul di rongga dada mengarah ke jaringan jantung.
Tulang dada yang patah itu mengarah ke jantung, sehingga ada jaringan di jantung (terluka) dan mengakibatkan kematian yang fatal.
Selain itu, tim forensik yang diketuai Gatot Suharto itu juga menemukan luka ketokan di kepala, tapi hal itu tidak menyebabkan perdarahan atau keÂmatian. Tidak ada tanda-tanda perlawanan atau tangkisan dari Siyono, seperti yang pernah disampaikan Polri. Seperti dikeÂtahui, kepolisian sebelumnya mengklaim Siyono meningÂgal setelah berkelahi dengan anggota Detasemen Khusus Antiteror 88, dan menyatakan Siyono tewas akibat perdarahan di kepala yang disebabkan benÂturan dengan benda tumpul.
Fakta lain, dalam konferensi pers itu juga dibuka dua paÂket uang sejumlah Rp 100 juta yang menurut mereka diberikan pada istri dan saudara laki-laki mendiang Siyono oleh petugas polisi. Uang itu diserahkan saat keduanya membesuk di tahanan, meski kemudian Siyono sudah meninggal.
Temuan ini, menurut Ketua Tim Pembela Muslim (TPM) Mahendradatta yang juga aktif mengadvokasi kasus kematian Siyono akan mengerek rasa ketidakpercayaan publik pada Polri.
"Akan lebih baik bila Polri beberkan apa kejahatan Siyono, tentunya dengan bukti yg dimiliÂki Polri," ujarnya kepada
Rakyat Merdeka. Berikut wawancara selengkapnya;
Komentar Anda melihat pengumuman resmi hasil auÂtopsi hari ini?Kini hasil otopsi independent terhadap Jenazah Siyono kan sudah dibuka kepada publik. Hasilnya berlawanan dengan release Polri selama ini.
Jika begini, apa pesan Anda untuk Polri dan Densus 88?Agar tidak memancing opini kebencian ataupun setidaknya keragu-raguan terhadap Polri, akan lebih baik bila Polri beÂberkan apa kejahatan Siyono. Tentunya dengan bukti yang dimiliki Polri.
Urgensinya apa?Supaya jangan dibiarkan Siyono tertuduh untuk selamanya, dikatakan sebagai teroris yang berbahaya seperti yang di-reÂlease selama ini.
Pemerintah harus bersikap bagaimana menurut Anda, melihat kejadian seperti ini?Kasus almarhum Siyono menoreh lembaran gelap dalam sejarah pemerintahan Jokowi, bila tidak segera dilakukan pencegahÂan-pencegahan agar hal semacam ini tidak terulang lagi.
Tapi kasus semacam ini kan bukan baru terjadi pada masa pemerintahan Jokowi?Ingat, Jokowi memenangkan Pilpres (Pemilihan Presiden) melawan Prabowo, karena Prabowo dianggap akan menÂjalankan pola-pola kekerasan terhadap rakyat seperti main culik, dan lain-lain.
Kurang elok bila justru peÂmerintahan Jokowi menampilÂkan atau membiarkan kejadian seperti yang dialami kepada Siyono.
Di satu sisi, mungkin Polri beralasan, Densus 88 mengamÂbil langkah seperti ini, karena teroris merupakan extra-ordiÂnary crime?Kalau alasan terorisme kejam, jangan lupa dalam sejarah, setiap rezim selalu punya alasan untuk membenarkan kekerasan terhÂadap rakyat yang dilakukannya dan secara temporer diterima publik karena takut.
Contohnya?Soekarno dengan separatis dan antek Nekolim. Soeharto dengan anti Pancasila dan mengÂganggu stabilitas pembangunan. SBY dengan pemberantasan terÂorismenya yang terus berlanjut sampai sekarang.
Jadi Anda ingin mengataÂkan bahwa justru pemerintah dalam hal ini Densus 88 yang meneror rakyat?Saya belum berani sejelas itu menudingnya.
Setelah temuan hasil autopsi ini, apa langkah selanjutnya yang akan diambil TPM?Kan kita sudah komit kerÂjasama dengan Komnas HAM. Tentunya kami akan mendesak Komnas HAM menjadikan kasus ini dan kasus lain sebagai bentuk pelanggaran HAM berat. ***