Berita

Hukum

ICW: Densus 88 Pasukan Elite, Tapi Tindakannya "Katro"

JUMAT, 01 APRIL 2016 | 14:02 WIB | LAPORAN:

Tidak bisa dibantah lagi bahwa terorisme adalah kejahatan luar biasa yang mesti diberantas. Tetapi, tindakan ilegal aparat negara dalam upaya penegakan hukum juga bisa disebut sebagai bentuk terorisme baru.

Jika seorang warga negara ditangkap, digeledah, lalu dikembalikan dalam keadaan tak bernyawa, itu merupakan bentuk terorisme baru. Karena menghilangkan nyawa seorang warga negara, dan seolah-olah itu adalah legal.

Demikian diutarakan peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW), Donal Faridz, saat konferensi pers aliansi masyarakat sipil untuk membantu Suratmi, dalam mencari keadilan atas kematian suaminya, Siyono, setelah ditangkap oleh Densus 88, di Jakarta. (Baca: Komnas HAM Akan Otopsi Jenazah Siyono)


"Posisi kami soal humanity, seorang istri yang suaminya diambil negara, pulang tak bernyawa. Densus 88 ini kan pasukan elite, namun tindakan mereka ini 'katro' (kurang pengetahuan) dalam penegakan hukum," tegas Donal, Jumat, (1/4).

Donal menyatakan, meski Densus 88 adalah pasukan elite yang dilatih oleh Australia, tetapi profesionalitas mereka masih sangat rendah. Malah tindakannya hampir sama dengan polisi kebanyakan dalam penanganan kasus pencurian kendaraan bermotor. Tak jarang para pencuri ditangkap, dipukuli yang mengakibatkan hilang nyawa.

Seharusnya, pasukan elite berbeda dengan polisi lainnya, sangat detail dan hati-hati dalam bertindak dan mencari calon tersangka, serta mentaati dengan benar prosedur penangkapan seorang calon tersangka.

"Dituntut seperti itu, supaya sesuai dengan namanya pasukan elite. Kalau seperti kasus kematian Siyono, apa bedanya Densus dengan polisi biasa?" tanya Donal.

Kemudian, dari sudut pandang aktivis anti korupsi, ia menyorot sejumlah uang yang diberikan kepolisian kepada Suratmi, yang ditenggarai sebagai uang "penebusan dosa" aparat setelah kematian suaminya. Ia menegaskan bahwa publik pun harus tahu darimana asal uang itu. Ia mencontohkan, banyak kasus salah tangkap oleh kepolisian seperti yang terjadi di Payakumbuh namun permintaan korban yang menuntut ganti rugi tidak pernah dikabulkan.

"Nah ini kasusnya terorisme, duitnya malah dikasih banyak. Padahal enggak diminta oleh keluarga korban. Motifnya apa, tiba-tiba kasih duit. Duitnya darimana?" ungkap Donal. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya