Berita

Rio Hariyanto dan "Semangat Indonesia" Di Formula One

MINGGU, 20 MARET 2016 | 17:34 WIB | OLEH: DEREK MANANGKA

DEBUT Rio Hariyanto di pembukaan Formula One, kompetisi musim 2016, Melbourne, Australia, tidak cukup menggembirakan. Sebab baru di putaran ke-19, kendaraannya mengalami kerusakan atau mogok. Sehingga pembalap Indonesia itu tidak bisa menyelesaikan seluruh putaran yang berjumlah 57 laps.

Tetapi kegagalan seperti itu, dalam dunia balap Formula One, merupakan hal yang biasa. Oleh sebab itu kegagalan itu tidak serta merta dijadikan ukuran. Atau tidak bisa ditafsirkan bahwa Rio tidak cukup memenuhi syarat untuk menjadi pembalap Formula One, apalagi dengan vonis -Rio tidak patut disponsori oleh negara.

Untuk bisa menjadi juara di satu kejuaraan ataupun menyelesaikan seluruh putaran di sirkuit Formula One ini, selain ketrampilan, hal yang ikut menentukan adalah nasib dan keberuntungan.

Rata-rata semua pembalap Formula One pernah mengalami nasib sial seperti yang dialami Rio pada Minggu 20 Maret 2016. Tak terkecuali Michael Schumacher, pembalap asal Jerman yang pernah menjadi juara dunia selama 7 kali.
Atau Lewis Hamilton, pembalap asal Inggeris yang dua tahun terakhir ini menjuarai Formula One.

Kecelakaan, kerusakan mobil di tengah sirkuit merupakan kejadian yang paling sering menimpa settiap pembalap.

Lihat saja kejadian yang menimpa Daniel Keviyat, sebelum Rio Hariyanto terlempar dari pertarungan.

Keviyat, pembalap asal Rusia itu bahkan tidak sempat menyicipi satu putaran sekalipun. Pembalap yang disponsori Presiden Rusia, Vladimir Putin itu, tidak sempat masuk ke posisi start. Sebab mobil balapnya mogok di tengah jalan ketika seluruh peserta sedang menuju ke posisi start (pole position).

Sementara Fernando Alonso, pembalap senior asal Spanyol pada hari yang sama juga harus keluar sirkuti di putaran sebelum Rio Hariyanto. Pembalap lainnya yang bernasib sama dengan Alonso, Haas Guterez dari Meksiko.

Alonso menabrak mobil Guterez dan mobil balap mereka, dua-duanya hancur. Beruntung nyawa mereka selamat.

Artinya dari segi nasib, Rio masih jauh lebih beruntung dibanding Alonso yang sudah beberapa kali menjuarai Grand Prix Formula One ataupun Gutrerez dan Keviyat.

Mobil Alonso hancur setelah menabrak dari belakang mobil pembalap Guterez.

Oleh sebab itu apa yang dialami oleh Rio di sirkuit Albert Park, Melbourne, Australia belum bisa dijadikan ukuran. Apalagi untuk memvonis bahwa Rio tidak memiliki kemampuan bersaing di Formula One.

Boleh jadi mereka yang ikut menonton siaran langsung televisi yang menyiarkan Grand Prix Formula One, Australia, banyak yang kecewa dengan penampilan perdana Rio Hariyanto.

Tapi ada baiknya kekecewaan itu disimpan dulu. Mari kita menunggu hingga akhir musim Desember 2016. Masih ada 20 kejuaraan tersisa yang digelar di berbagai kota di dunia yang harus diikuti oleh Rio. Sekaligus kita berharap dan berdoa kelak lagu Indonesia Raya diperdengarkan di akhir sebuah kejuaraan dan bendera Merah Putih dinaikkan di tiang di atas panggung.

Kita lihat saja bagaimana torehan prestasi Rio di sisa kejuaraan itu.

Yang pasti bukan hanya Rio yang berkeinginan menjadi juara. Melainkan MRT yang merekrutnya. Sebab kalau Rio bisa mencetak prestasi, otomatis MRT menuai keuntungan uang yang tidak sedikit jumlahnya,

Perushaaan otomotif, khususnya 4 merek yang bertarung di Formula One kali ini yaitu : Mercedes, Ferari, Renault dan Honda pasti akan nengincer pembalap jebolan MRT bila MRT mampu melahirkan pembalap berprestasi.

Kita juga perlu mencatat bahwa masuknya Rio dalam deretan pembalap Formula One, merupakan sebuah bukti pengakuan profesional oleh dunia industri otomotif atas pembalap Indonesia itu.

Perekrutan ini sekalipun ikut ditentukan oleh kemampuan Rio membayar semacam "uang iuran" kepada MRT (Manor Racing Team), tetapi jelas perekrutan ini jauh dari KKN ataupun "kongkalikong".

Rio direkrut karena prestasinya di balapan mobil GP2. Satu kasta dibawah F1 (Formula One). Rio tiga kali menjuarai balapan tersebut.

Untuk bisa berkompetisi di Grand Prix Formula One, Rio memang harus menyetor dana sebesar 5 juta Euro atau kira-kira setara dengan Rp 100 milir. Dan itu dibayarkan ke MRT, karena MRT merupakan salah satu peusahaan yang memiliki slot di Formula One.

Tapi bagi MRT, uang Rp 100 miliar itu bukanlah segala-galanya. Sebab untuk merekrut Rio, MRT harus menggeser dua pembalap yang sudah lebih dulu berkarir di Formula One. Yaitu Alexander Rossi, pembalap asal Amerika dan Will Stevens, pembalap asal Inggeris. Dan dua pembalap ini juga memiliki kemampuan membayar uang iuran. Bahkan mereka tidak perlu "mengemis" kesana kemari seperti yang dilakukan oleh orangtua Rio Hariyanto.

Yah dana sebesar Rp 100 miliar itu relatif cukup besar bagi kantong pembalap Indonesia. Tapi tidak demikian bagi dunia Formula One. Uang sebanyak itu, bisa dikatakan hanya setara dengan "uang jajan" pemilik MRT.

Sebab harga sebuah mobil yang digunakan untuk bertarung di kejuaraan itu saja bisa mencapai Rp 100 miliar. Belum biaya selama satu musim untuk seluruh anggota tim pendukung Rio Hariyanto yang bisa mencapai sebanyak 500 personel.

Selama satu tahun penuh, tim yang mendukung Rio harus berpindah dari satu negara ke negara lainya, yang tersebar di lima benua sebanyak 21 kali. Coba dikalkulasi, berapa biaya tiket, akomodasi, konsumsi dan kargo semua keperluan tim.

Balap mobil Formula One, memang sebuah kegiatan yang membutuhkan biaya besar. Kendati demikian banyak negara yang belakangan ini memanfaatkan agenda Formula One untuk ajang promosi.

Malaysia, meruapakan salah satu contoh konkritnya. Negara tetangga ini tahun 1999 menggelar pertama kali Formula One di Sirkuit Sepang.

Banyak pengamat melihat berkat siaran langsung Formula One dari Kualalumpur oleh televisi sport seperti Fox atau ESPN, citra Malaysia sebagai negara yang tidak terkena imbas krisis moneter Asia, berhasil tersosialisasi.

Akibatnya investor asing ataupun turis terus membanjiri Malaysia. Dan itu sama dengan masuknya devisa.

Beda dengan Indonesia yang selain terkena krisis moneter 1997 lalu diperparah oleh krisis rasial 1998, terus dipersepsikan sebagai negara yang tidak aman.
Bukan hanya turis yang menjauh tapi investor asing.

Eksistensi Malaysia sebagai "Negara Formula One" kemudian disaingi oleh tetangga Singapura yang menggelar kejuaraan di malam hari. Jadilah Formula One Singapura menjadi salah satu atraksi menarik bagi wisatawan berkantong tebal dari berbagai negara. Singapura memulai tahun 2008.

Perkembangan terakhir beberapa negara pecahan Uni Sovyet berusaha menjadi tuan rumah Formula One. Tapi baru Azarbaijan yang sudah mendapatkan kepastian.

Sementara Rusia sendiri, bekas negara induk Uni Sovyet, baru dua tahun lalu menjadi penyelenggara dengan menempatkan sirkuitnya di kota Olimpiade Sochi.

Semoga catatan ini bisa memberi pencerahan tentang Formula One dan tentu saja manfaat dari keikut sertaan Rio Hariyanto. [***]

Penulis adalah jurnalis senior.

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Pangkas Anggaran Kementerian, Prabowo Lebih Peduli Rakyat Kecil

Selasa, 11 Februari 2025 | 09:30

Bursa Asia Menguat di Selasa Pagi

Selasa, 11 Februari 2025 | 09:22

Guncangan Politik Rumania, Presiden Klaus Iohannis Pilih Mundur

Selasa, 11 Februari 2025 | 09:19

Butuh 15 Regulasi Kewenangan Khusus Pasca Status Berubah Jadi DKJ

Selasa, 11 Februari 2025 | 09:17

Jokowi Harusnya Tak Olok-olok SBY soal Hambalang

Selasa, 11 Februari 2025 | 09:14

Kebijakan Trump Bikin Dolar AS Menguat di Selasa Pagi

Selasa, 11 Februari 2025 | 09:05

Bursa Eropa Sumringah, Indeks Utama Kompak Naik

Selasa, 11 Februari 2025 | 08:42

Menuju Bahaya Oligarki

Selasa, 11 Februari 2025 | 08:29

Saham-saham Teknologi Melonjak, Bursa AS Ditutup Menghijau

Selasa, 11 Februari 2025 | 08:18

Mbak Ita dan Suaminya Dikabarkan Kembali Diperiksa Hari Ini

Selasa, 11 Februari 2025 | 08:10

Selengkapnya