Berita

net

Politik

Bukan Sekali Saja Pemerintah Tidak Kompak Soal Pembekuan PSSI

SABTU, 27 FEBRUARI 2016 | 11:38 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Ada masalah komunikasi yang serius di antara para pengelola negara dalam isu pembekuan PSSI yang sudah berlangsung 10 bulan.

Hal itu dikatakan pengamat persepakbolaan, M. Rais Adnan, dalam diskusi "Alangkah Lucunya Sepakbola Kita", di Cikini, Jakarta, Sabtu (27/2).

Ia menyinggung hasil pertemuan Presiden Jokowi bersama Wapres Jusuf Kalla dengan Menpora Imam Nahrawi dan Ketua Komite Ad-Hoc PSSI Agum Gumelar, di Istana Presiden, pada Rabu lalu. Isi pertemuan itu simpang siur setelah para pihak yang diundang keluar dari Istana.


Agum mengklaim, ada perintah presiden kepada Imam untuk segera mencabut SK Pembekuan PSSI. Sementara Imam, menegaskan bahwa perintah presiden kepadanya hanya untuk membuat kajian rencana pencabutan SK Pembekuan, bukan melakukan pencabutan.

"Sinergi di antara kedua pihak tak terjadi. Interpretasinya selalu beda," kata Rais.

Dia mengingat kejadian serupa pernah terjadi pada Mei 2015. Saat itu simpang siur tentang pembekuan PSSI terjadi setelah pertemuan antara Menpora, Wapres Jusuf Kalla (JK), dan Agum Gumelar selaku mantan pimpinan PSSI.

Setelah pertemuan itu, tiba-tiba ada pernyataan dari Wapres JK bahwa Menpora akan mencabut SK pembekuan PSSI pada sore harinya.

"Pak JK minta dicabut, tapi Menpora bilang izin presiden dulu," ingatnya.

Namun, Rais yang juga jurnalis olahraga, yakin Menpora benar-benar menginginkan ada perbaikan sepakbola nasional. Ia yakin pasti ada posisi tawar dari Kemenpora dalam kajiannya sebelum mencabut pembekuan PSSI.

"PSSI harus ajukan rancangan kerja apakah serius akan memperbaiki sepakbola nasional. Sejauh ini PSSI masih belum serius," kata Rais.

"Misalkan contoh, ISL 2014, ketika ingin berusaha mereformasi, tata kelola dan liganya profesional tapi masih ada banyak pemain yang enggak dibayar gajinya. Itu ISL, mungkin di level amatir lebih banyak lagi," ucapnya. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya