Pemerintah sudah memutuskan pengembangan lapangan gas abadi blok Masela dengan skenario pembangunan kilang LNG di darat (onshore).
Hal itu ditegaskan Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, lewat keterangan pers yang diterima beberapa saat lalu (Senin, 22/2).
Rizal mengatakan, pemerintah Indonesia memang bersikap hati-hati dalam memutuskan pengembangan Masela.
Pemerintah juga belajar dari pengalaman pembangunan kilang ofshore di Prelude, Australia, yang mengalami keterlambatan dan pembengkakan biaya cukup besar.
Prelude telah menghabiskan biaya US$ 12,6 miliar. Padahal kapasitasnya hanya 3,6 juta ton per tahun, hanya 48 persen dari Kapasitas Masela (7,5 juta ton per tahun).
Menurut Rizal, seandainya pembangunan kilang dilaksanakan di laut, maka Indonesia hanya akan menerima pemasukan US$ 2,52 miliar per tahun dari penjualan LNG. Angka itu pun diperoleh dengan asumsi harga minyak US$ 60 per barel.
Sebaliknya dengan membangun kilang di darat. Gas LNG itu sebagian bisa dimanfaatkan untuk industri pupuk dan petrokimia. Dengan cara ini, negara bisa memperoleh revenue mencapai US$ 6,5 miliar per tahun.
"Inilah yang menjelaskan mengapa presiden (Joko Widodo) menginginkan pembangunan kilang Masela di darat. Beliau sangat memperhatikan manfaatnya dan
multiplier effect-nya yang jauh lebih besar dibandingkan jika kilang dibangun di laut," terangnya.
"Dengan pembangunan kilang di darat, akan lahir industri pupuk dan petrokimia. Kita bisa mengembangkan kota Balikpapan baru di Selaru yang berjarak 90 Km dari Blok Masela," imbuh Rizal Ramli.
Terlepas dari itu, banyak tokoh masyarakarat dan rakyat Maluku yang menginginkan agar kilang Masela dibangun di darat untuk mempercepat pembangunan Maluku. Dukungan yang sama yang juga diberikan oleh Ketua MPR, DPD and anggota BPK.
Menko Maritim juga menilai kekhawatiran Inpex akan keluar dari proyek pengembangan Blok Masela sangat berlebihan. Pasalnya, Inpex sudah mengabiskan waktu bertahun-tahun dengan investasi sekitar US$ 2 miliar. Perusahaan itu tidak akan meninggalkan Blok Masela yang memiliki cadangan lebih dari 20 tcf (trilion cubic feet). Dengan asumsi diproduksi 1,2 juta kaki kubik/hari, maka cadangan Masela bisa dimanfaatkan sampai 70 tahun. Itulah sebabnya, Inpex diyakini tidak akan keluar dari proyek ini.
Namun jika ternyata Inpex benar-benar keluar, ia percaya banyak investor dari negara lain yang sangat berminat meneruskannya.
"Pemerintah Indonesia sangat menghargai hubungan strategis dan jangka panjang dengan Jepang. Kita juga memahami kebutuhan Jepang akan sumber energi berjangka panjang yang
reliable. Kita percaya Inpex akan sangat berkepentingan dengan pembangunan kilang di darat yang jauh lebih murah, menguntungkan Indonesia dan Jepang," tutup Rizal.
[ald]