Berita

Humphrey Djemat:net

Wawancara

WAWANCARA

Humphrey Djemat: Baru Pertama Dalam Sejarah, Menkumham Lawan Putusan MA

SENIN, 22 FEBRUARI 2016 | 08:07 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Konflik PPP masih berlanjut. Menkumham Yasonna Laoly dinilai sebagai pemicunya. Sebab, tidak melaksanakan putusan Mahkamah Agung (MA) yang telah berkekuatan hukum tetap. Putusan MA Nomor 601 secara tegas me­nyatakan Kepengurusan Hasil Muktamar Jakarta di bawah komando Djan Faridz sebagai Kepengurusan PPP yang sah.

Tapi menteri asal PDIP itu pada 17 Februari lalu mengeluarkan keputusan Nomor : M.HH-03.AH.11.01 Tahun 2016 Tentang Pengesahan Kembali Susunan Personalia Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan Hasil Muktamar Bandung Tahun 2011.

"Menkumham telah melaku­kan perbuatan melawan hukum karena melawan putusan MA Nomor 601 yang telah berkekua­tan hukum tetap. Ini berarti pejabat pemerintahan telah ber­tindak sewenang-wenang," tegas Wakil Ketua Umum PPP hasil Muktamar Jakarta, Dr Humphrey Djemat, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, Sabtu (20/2)


Berikut kutipan selengkapnya;

Menkumham mencoba da­maikan PPP dengan keputu­san itu, tanggapan Anda?

Begini, dalam keputusan terse­but, Menkumham memutuskan untuk mengesahkan kembali kepengurusan hasil Muktamar Bandung tahun 2011, sebagaima­na yang terdapat dalam Surat Keputusan Menkumham Nomor : M.HH-20.AH.11.01 Tahun 2012 tanggal 4 September 2012 Tentang Pengesahan Perubahan Susunan Personalia Muktamar Bandung. Selanjutnya dalam SK : M.HH-03.AH.11.01 terse­but Menkumham memberikan waktu selama 6 bulan untuk menyelenggarakan Muktamar/Muktamar Luar Biasa.

Kalau begitu, apakah SK perpanjangan tersebut dapat dibenarkan secara hukum?
Pertama, kita lihat dulu ang­garan dasar Muktamar Bandung. Sudah sangat jelas pada Pasal 51 (ayat) 2 menyatakan bahwa Muktamar diselenggarakan se­lambat lambatnya satu tahun setelah terbentuknya pemerin­tahan yang baru hasil pemilihan Presiden dan wakil presiden tahun 2014.

Sedangkan pasal 73 (ayat) 1 menyatakan kepengurusan Muktamar Bandung harus dis­elenggarakan tahun 2015.

Kedua, SK Menkumham ten­tang pengesahan kepengurusan

Kenapa Anda bilang begitu?
Penjelasan tersebut di atas di­kuatkan oleh Putusan Mahkamah Agung RI No. 601 K/Pdt.Sus-Parpol/2015 yang telah mem­punyai kekuatan hukum tetap. Dimana menolak permoho­nan penggugat Wakil Kamal sebagai pengurus Muktamar Bandung yang meminta kembali ke Muktamar Bandung. Bahkan dalam pertimbangan hukumnya Majelis Hakim menyatakan kepen­gurusan Muktamar Bandung tidak efektif lagi dan tidak mempunyai eksistensi berdasarkan putusan Mahkamah Partai. Sedangkan mengenai Muktamar Jakarta secara tegas dinyatakan telah sesuai dengan AD/ART, putusan Mahkamah Partai No.49/PIP/MP-DPP.PPP/2014, dan UU Parpol.

Kenapa Menkumham tidak jadikan putusan MA itu seba­gai acuan?
Ini sangat disayangkan apa­bila Menkumham Yasona Laoly tidak pernah membaca ataupun mendapatkan masukan tentang putusan MA Nomor 601 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut.

Alasan yang selalu dikemuka­kan Menkumham bahwa telah ter­jadi kekosongan hukum mengenai kepengurusan PPP adalah sangat tidak benar dan bersifat mengada-ngada. Justru kekosongan hukum itu tidak perlu terjadi apabila Menkumham mau memberikan pengesahannya terhadap kepengu­rusan hasil Muktamar Jakarta.

Bukankah sikap Menkumham seperti itu karena ada himbauan dari sesepuh PPP?

Alasan lain mengenai adanya himbauan/ permintaan dari para sesepuh PPP bukanlah alasan yuridis yang dapat dipertang­gungjawabkan. Hal itu hanya bersifat politis.

Kalau disebutkan PPP be­lum memiliki persyaratan pendaftaran, ini bagaimana?

Alasan karena DPP PPP belum melengkapi persyaratan pendaftaran adalah tidak benar dan mengada-ngada. Faktanya segala persyaratan telah diberikan dan telah mendapatkan tanda terima dari pihak Kemenkumham dan menyatakan persyaratan telah lengkap.

Apa ada bukti pernyataan seperti itu?

Saya memiliki bukti dan video rekaman pertemuan serta per­cakapan tersebut.

Anda bilang Menkumham telah bertindak sewenang-wenang, apa konsekuensinya?

Sebagai konsekuensi dari tin­dakan sewenang-wenang terse­but, menurut UU Administrasi Pemerintahan keputusan dan/atau tindakan yang dibuat oleh peja­bat pemerintahan TIDAK SAH apabila dibuat oleh Badan dan/atau pejabat pemerintahan yang bertindak sewenang-wenang.

Selanjutnya keputusan pejabat pemerintahan tersebut juga tidak mengikat sejakkeputusan itu ditetapkan dan segala akibat hu­kum yang ditimbulkan dianggap tidak pernah ada. Bahkan lebih jauh dari itu, Menkumham bisa dikenakan Pasal 421 KUH Pidana (Kejahatan dalam Jabatan). ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya