Metro Mini kembali memakan korban jiwa. Kini, yang menjadi korban adalah Bagus Budi Wibowo. Manager Wireless Product Divisi Service Solution PT Telkom ini tewas setelah jatuh di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Bus ukuran sedang itu, diamankan polisi di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Kemarin siang, bus bernomor polisi B 7477 NP itu masih terÂparkir rapi di Lapangan Banteng. Posisinya berada di tengah-tengah deretan mobil polisi. Dilihat sekilas, kondisi bus juruÂsan Pasar Minggu-Tanah Abang ini, masih terawat baik. Lampu depan dan belakang lengkap. Cat bodi berkelir orange dan biru juga terlihat mengkilat.
Bagian depannya, dihiasi ikaÂtan rantai yang menjulur ke tanah. Seluruh kaca masih lengkap. Di kanan dan kiri bodi bus ditempel hasil uji KIR yang masih berÂlaku hingga 24 Mei 2016. Pintu depannya terkunci rapat. Pintu belakangnya terbuka.
Di dalam bus terlihat satu orang yang sedang tertidur puÂlas. Suara berisik membangunkannya. "Istirahat saja sambil jaga bus," kata Andika, petugas parkir Lapangan Banteng.
Melihat lebih dalam, seluruh kursi penumpang masih layak pakai dengan balutan busa keras. Baju sopir warna merah tua tergeletak di dashboard.
Andika mengaku diberi amaÂnah oleh pihak Satuan Lantas Polres Jakarta Pusat untuk menÂjaga bus tersebut agar tidak terÂjadi hal-hal yang tak diinginkan. "Dari Kamis malam (11/4), bus sudah dibawa ke sini oleh petuÂgas derek," kata pria berumur 34 tahun ini.
Pria bertato ini mengaku jangÂgal dengan pernyataan sopir Metro Mini bahwa penumpang itu meninggal karena terjatuh didorong rampok ke luar Metro Mini. Sebab, di Jakarta sangat jarang terjadi kasus perampokan dalam bus. "Yang banyak itu copet," sebut dia.
Dengan adanya keanehan terseÂbut, dia bertanya, apakah meninggalnya Bagus murni karena kecelakaan. Apakah karena sopir sudah tancap gas, sebelum Budi sepenuhnya turun. "Hal seperti itu bisa ditanyakan, karena sopir Metro Mini biasanya mengejar setoran," tandas Andika.
Untuk itu, dia berharap, Kepolisian bisa sepenuhnya mengungkap kasus ini dan tidak tertipu omongan sopir Metro Mini tersebut.
Di lokasi kecelakaan di Jalan MH Thamrin atau tepatnya di depan Gedung Kementerian Agama (Kemenag), masih terÂsisa beberapa batu berukuran kecil yang diletakkan di pingÂgir jalan. Tiga buah batu dan daun dibentuk melingkar tepat di lokasi jatuhnya Bagus yang kepalanya membentur trotoar. Ceceran darah sudah tidak terÂlihat lagi.
Menurut Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Krishna Murti, pihaknya masih menyelidiki keÂmatian Bagus yang dikabarkan karena menjadi korban perampoÂkan di dalam Metro Mini S 640. "Kami akan selidiki bahwa fakta tas, dompet dan laptop masih ada dan diamankan Polantas. Sedangkan handphone hilang, tapi kami terus lakukan pencarÂian," kata Krisna di Mapolda Metro Jaya, kemarin.
Terpisah, Kernet Metro Mini S 640, Muhammad Endar mengaku tidak mengetahui keberadaan telepon genggam Bagus yang hilang. Dia mengaku telah memÂberikan semua barang milik korban ke kepolisian. "Laptop masih ada, yang mengamankan polantas. Tapi, handphone jatuh dan siapa yang mengambil, saya tidak tahu," ujar Endar.
Endar mengatakan, Bagus meninggal setelah dibawa ke rumah sakit.
Dia menambahkan, usai jatuh dari bus, korban masih sadarkan diri, bahkan hingga dibawa ke Rumah Sakit Budi Kemulyaan dan dirujuk ke RSCM.
Dia menyatakan, Bagus jatuh lantaran lantai bus licin setelah terguyur hujan. Menurut Endar, empat laki-laki penumpang pun tidak membuat kegaduhan saat korban terjatuh. Bahkan, setetelah bus berhenti, empat penumpang itu tidak menolong korban. "Itu kejadiannya sekitar pukul setengah enam sore. Sopir menghentikan mobil saat melihat korban terjatuh," tutupnya.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meÂnegaskan keinginannya agar Metro Mini bergabung dengan PT Transjakarta usai kembali tewasnya penumpang. "Saya ingin mereka langsung di bawah kendali PT Transjakarta," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, kemarin.
Sebab, menurut Ahok, pemiÂlik Metro Mini tidak peduli merek busnya, yang penting pegawainya kerja, dapat uang. "Kami akan bayar rupiah per kilometer," tandas bekas Bupati Belitung Timur ini.
Ia mengatakan, pihaknya sudah tidak bisa lagi memberikan tolÂeransi kepada manajemen Metro Mini, mengingat banyaknya kecelakaan bus kecil tersebut hingga menewaskan penumpanÂnya. "Sekarang kejadian demi kejadian begini, sudah tak bisa diÂtoleransi. Masalahnya, bus kami belum cukup," sebut dia.
Selain itu, Ahok mengaku sudah sering menawarkan ke pengusaha Metro Mini untuk bergabung ke PT Transjakarta agar lebih manusiawi, tapi tidak direspons. "Kesulitan Metro Mini itu manajemennya tidak jelas siapa? Sedangkan pengusahanya ada yang punya 10 unit, punya 5 unit, banyak loh. Ini harus dibeÂnahi segera," tegasnya. ***