Berita

ilustrasi/net

Pemimpin Itu Selalu Di Depan

MINGGU, 31 JANUARI 2016 | 17:20 WIB | OLEH: FRITZ E. SIMANDJUNTAK

PADA tanggal 21 Januari 2016 Presiden Jokowi melakukan "groundbreaking" pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung berbiaya US$ 5,5 miliar. Peresmian proyek sepanjang 140,9 KM ini merupakan salah satu dari 19 proyek pembangunan sarana prasarana kereta api yang masuk proyek strategis nasional dan ditandatangani oleh Presiden Jokowi pada tanggal 8 Januari 2016 dalam lampiran Peraturan Presiden Nomor 3 taun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Beberapa proyek strategis tersebut ada yang di Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.

Banyak kritik yang disampaikan beberapa pihak atas inisiatif Presiden Jokowi meresmikan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut. Mulai dari belum beresnya pembebasan lahan, akan merugikan negara, belum ada studi Amdal, jauh lebih mahal dari proyek yang hampir sama di Iran.

Presiden Jokowi menanggapi positif atas semua kritikan tersebut. Namun Jokowi kembali menegaskan bahwa Percepatan Proyek Strategi Nasional tetap dilanjutkan.  Bahkan melalui Inpres 1/2016 Presiden memerintahkan para menteri, Kapolri, Sekretaris Kabinet, Kepala Staf Kepresidenan para kepala lembaga, Gubernur, dan para bupati/walikota untuk segera mengambil langkah-langkah agar proyek ini segera terlaksana.

Konfirmasi Presiden Jokowi tersebut menegaskan bahwa seorang pemimpin harus selalu berada di depan, khususnya menyangkut hal-hal strategis untuk bangsa dan negara. Steve Tobak menyatakan "The real leaders do not follow".  Karena pemimpinlah yang menentukan arah dan tujuan pembangunan negaranya.

Apa yang dilakukan Jokowi mirip seperti saat Soekarno menyatakan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 1962 dan membangun kompleks olahraga Senayan meskipun saat itu kemiskinan mewarnai kehidupan rakyat Indonesia.  Atau Soeharto saat menggebrak dengan program pembangunan sekolah Inpres dan puskesmas yang disertai wajib terjun ke desa bagi para guru dan dokter meskipun dengan biaya minim.  Juga program irigasi dan bantuan pupuk kepada petani yang sempat membuat Indonesia pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras dengan produksi beras sebanyak 25,8 ton. Kesuksesan era Soeharto ini mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia)

Di era Megawati, dia menyetujui pemilihan Presiden secara langsung oleh rakyat meskipun apabila dipilih oleh MPR tahun 2004 sebagai incumbent Megawati berpeluang besar untuk kembali menang.  Di era Megawati pula dengan UU Nomor 30 tahun 2002 lembaga KPK diresmikan guna memberantas tindak korupsi yang sudah menjadi borok busuk bangsa Indonesia.

Presiden Gus Dur juga banyak melakukan terobosan strategis secara nasional. Pertama, kebebasan pers dan menghapus adanya Departemen Penerangan di kabinetnya. Kedua, mengakui agama yang dianut kaum Tionghoa dan menjadikan Hari Raya Imlek sebagai Hari Besar Nasional. Ketiga, membentuk Departemen Kelautan karena 75% wilayah Indonesia adalah laut. Keempat, melarang Angkatan Bersenjata berpolitik dan mengganti namanya menjadi Tentara Nasional Indonesia. Sejak itu anggota TNI tidak lagi secara otomatis bisa menjadi wakil rakyat atau kepala daerah.  

Kita telah merasakan manfaat terobosan strategis yang telah dilakukan oleh Presiden Soekarno, Soeharto, Megawati dan Gus Dur hingga saat ini.

Saya baru saja nonton film "The Finest Hours" sebuah kisah nyata tentang keberanian dan kepahlawanan penjaga pantai di Chatham, Massachusetts, Amerika Serikat dalam menyelamatkan 32 awak kapal yang hampir saja tenggelam karena besarnya ombak dan badai angin yang membelah kapal tersebut menjadi dua bagian.  Adalah Bernnie Webber dibantu 3 awak lainnya meskipun dengan kapal yang hanya boleh memuat 12 orang, secara berani Bernnie memutuskan membawa seluruh 32 awak tersebut. Meskipun tanpa kompas, Bernnie yakin akan berhasil dengan mengikuti alur ombak dan panduan lampu.

Sialnya karena besarnya badai saat itu, seluruh kota mengalami pemadaman listrik dan tanpa lampu sama sekali. Miriam, calon isteri Bernnie, mengajak seluruh penduduk ke dermaga dan menyalakan lampu mobil mereka masing-masing.  Dengan panduan lampu mobil penduduk, Bernnie berhasil merapat ke dermaga dan menyelamatkan semua penumpang.

Atas keberanian Bernnie, pemerintah AS memberikan "Lifesaving Medal" kepada Bernnie beserta 3 awak kapal yang membantunya.

Film "The Finest Hours" memberikan pelajaran bagi kita, pertama memahami bahaya yang terjadi apabila tidak ada upaya penyelamatan.  Itu pula yang diperlihatkan Presiden Jokowi. Berpuluh tahun rakyat Indonesia mengeluh kurangnya perhatian pemerintah membangun infrastruktur transportasi umum. Jokowi paham, kita tidak boleh hanya mengeluh dan berdiskusi. Maka dikeluarkanlah keputusan membangun 19 proyek nasional strategis di bidang sarana prasarana perkeretaapian.

Kedua, keberanian yang ditunjukkan oleh Bernnie Weber. Keberanian ini pulalah yang telah ditunjukkan oleh Jokowi dengan menetapkan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung adalah murni "business to business", tanpa dukungan APBN, dan memilih teknologi asal Cina.  Di tengah banyak keraguan atas kualitas teknologi Cina, kemampuan BUMN Indonesia dalam segi pembiayaan, model bisnis yang akan diterapkan, serta manfaat bagi masyarakat Indonesia sendiri.

Ketiga, seperti yang dilakukan oleh masyarakat di kota kecil Chatham, Massachusetts. Bahu membahu mereka membantu perjalanan kembali Bernnie Weber dari tengah lautan dengan menyalakan lampu mobil.  Ini pula yang dilakukan Presiden Jokowi melalui Inpres nomor 1/2016 di atas.  Tentu saja dukungan masyarakat luas juga sangat diperlukan Jokowi.

Saya teringat akan sebuah pepatah "Great Leaders do not set out to be a leader. They set out to make a difference. Its never about the role-always about the goal".  Itulah yang sedang ditunjukkan Presiden Jokowi sekarang. Membawa Indonesia ke arah lebih baik. Lanjutkan Bapak Presiden !!!

Penulis adalah Sosiolog, anggota senat Indonesia Marketing Association dan tinggal di Jakarta


Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Waspadai Partai Cokelat, PDIP: Biarkan Rakyat Bebas Memilih!

Rabu, 27 November 2024 | 11:18

UPDATE

Sukses Amankan Pilkada, DPR Kasih Nilai Sembilan Buat Kapolri

Jumat, 29 November 2024 | 17:50

Telkom Innovillage 2024 Berhasil Libatkan Ribuan Mahasiswa

Jumat, 29 November 2024 | 17:36

DPR Bakal Panggil Kapolres Semarang Imbas Kasus Penembakan

Jumat, 29 November 2024 | 17:18

Pemerintah Janji Setop Impor Garam Konsumsi Tahun Depan

Jumat, 29 November 2024 | 17:06

Korsel Marah, Pesawat Tiongkok dan Rusia Melipir ke Zona Terlarang

Jumat, 29 November 2024 | 17:01

Polri Gelar Upacara Kenaikan Pangkat, Dedi Prasetyo Naik Bintang Tiga

Jumat, 29 November 2024 | 16:59

Dubes Najib Cicipi Menu Restoran Baru Garuda Indonesia Food di Madrid

Jumat, 29 November 2024 | 16:44

KPU Laksanakan Pencoblosan Susulan di 231 TPS

Jumat, 29 November 2024 | 16:28

Kemenkop Bertekad Perbaiki Ekosistem Koperasi Kredit

Jumat, 29 November 2024 | 16:16

KPK Usut Bau Amis Lelang Pengolahan Karet Kementan

Jumat, 29 November 2024 | 16:05

Selengkapnya