Berita

Bisnis

20 Harpist Muda Didikan Heidi Awuy Unjuk Kebolehan di Balai Resital Kartanegara

SENIN, 30 NOVEMBER 2015 | 09:49 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

RMOL. ‎Dua puluhan anak tampil satu persatu ke atas panggung, bergantian, memainkan lagu-lagu musik klasik dengan alat musik petik Harpa. Tepuk tangan hadirin bergemuruh setiap kali performance setiap anak berakhir.

S‎emua anak tersebut adalah anak didik dari Harpist pertama dan terkemuka Indonesia, Heidi Awuy. Usia mereka tergolong sangat muda. Ada yang usia enam tahun. Rata-rata belasan tahun. Sore itu mereka unjuk kebolehan di Balai Resital Kertanegara, Jakarta (29/11).

A‎da sekitar 24 lagu yang dimainkan, mulai dari lagu ciptaaan Eric Satie, Naderman, Bethoven dan JS Bach. Dari puluhan lagu tersebut, cuma ada satu lagu karya harpist Indonesia, La Riviere. Lagu ini karya harpist muda Indonesia, Fania Muthiah, murid Heidi Awuy berusia 15 tahun.

"Komposisinya ditulis oleh Fania dibantu oleh Iswara Geovani, menantu saya yang juga pemusik," ujar Heidi bangga.

‎Diakui Heidi, di Indonesia tidak ada pemusik yang khusus mengarang lagu untuk Harpa.

"Mungkin dulu alatnya belum terkenal dan tidak umum. Jadi biasanya kita sadur, seperti memainkan lagu Rayuan Pulau Kelapa, Bengawan Solo," jelas Heidi. Sehingga persembahan Fania untuk Harpa Indonesia sangat membanggakan.

D‎ijelaskan Heidi, pada zaman dulu kita tidak akan bisa menemui Anak kecil memainkan Harpa. Selain tingkat kesulitan,  alat musik ini juga berukuran besar sehingga tidak mungkin dimainkan oleh anak-anak. Akan tetapi, seiring memasyarakatnya alat musik ini di Indonesia, sekarang harpa berukuran kecil sudah diproduksi dan beredar di Indonesia.

"‎Anak-anak tidak mungkin memainkan Harpa besar. Sekarang harpa kecil sudah mulai dibikin, sudah lumayan mudah. Sekarang sudah hampir dua tahun saya bisa membagi keahlian harpa kepada anak-anak," ujar Heidi.

‎Harpa, kata Heidi, adalah alat musik dengan teknik tersulit dibanding alat musik lain. Secara teknik tidak semua orang bisa main Harpa. Karena itu dia mengajarkan harpa tidak sekedar untuk manggung atau show. Tapi menanamkan sikap disiplin, ketekunan, dan setia untuk bisa mencapai sesuatu.

"‎Saya membangun kepercayaan kepada setiap siswa. Untuk bisa memainkan musik harpa, tidak mungkin tanpa latihan. Ga ada keberhasilan tanpa latihan. Tapi saya percaya, dengan tekun, setia, disiplin bisa mencapai sesuatu," ujarnya.

‎Dengan bermain musik yang membutuhkan disiplin dan ketekunan tinggi, kata Heidi, bisa menghindarkan anak-anak dari budaya instant dan pengaruh negatif gadget yang sangat membudaya di tengah masyarakat kita.

‎Heidi berharap, animo masyarakat semakin meningkat terhadap musik harpa.

Tiga puluh tiga tahun lalu belum ada pemain harpa di Indonesia. Tapi sejak Heidi memperkenalkan musik ini sejak tahun 1982, Harpa sudah mulai membudaya, terutama di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Bali dan sebagainya. Dan dia bersama murid-muridnya terus berjuang memperkenalkan alat musik ini ke kota-kota besar lainnya. Dalam waktu dekat dia bersama murid-muridnya akan mengadakan show di Surabaya.[dem]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya