"Meskipun Bung Hatta telah tiada, Bung Hatta akan tetap hidup dalam hati kami. Cita-cita Bung Hatta akan senantiasa menyinari perjuangan Kami."
Demikian kalimat yang terukir di atas batu sebelum peziarah masuk ke makam Proklamator Kemerdekaan RI yang bernama lengkap Mohammad Hatta di TPU Tanah Kusir, Bintaro Raya, Kebayoran lama, Jakarta Selatan.
Di hari pahlawan, Wakil Presiden RI I itu selalu dikunjungi siswa/siswi sekolah. Mulai dari Tingkat dasar hingga menegah atas. Beberapa mahasiswa dari universitas yang berada di Jakarta juga pernah berziarah, namun kebanyakan para mahasiswa yang berziarah tidak selalu bertepatan dengan hari pahlawan.
Sebelum memasuki area makam, pengunjung diajak untuk menapak tilas sejarah Bung Hatta dari relif-relif yang terpasang di dinding kiri setelah pintu masuk utama area makam Bung Hatta. Relif-relif tersebut berseberangan dengan tempat registrasi pengunjung.
Mulai dari relif masa kecil dan remaja Bung Hatta di ranah Minang, masa mahasiswa di negeri Belanda, saat proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, saat penyerahan kedaulatan pemerintahan Belanda kepada Indonesia hingga masa kegiatan sebagai Wakil Presiden dan di saat menerima Bintang Republik Indonesia.
Setelah mengisi buku tamu dan melihat beberapa foto keluarga Bung Hatta, para peziarah akan dipandu untuk masuk ke makam Bung Hatta beserta istri Rahmi Rachim. Bangunan rumah gadang menjadi pintu memasuki makam pahlawan proklamator.
Meski dibuka untuk umum makam Bung Hatta sangat jarang didatangi para peziarah. Hanya hari-hari tertentu saja makam itu didatangi peziarah. Berbeda dengan makam Presiden pertama RI Soekarno, yang setiap hari selalu dikunjungi oleh peziarah. Padahal keduanya merupakan tokoh yang memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Syahrul (60) penjaga makam Bung Hatta mengatakan di hari pahlawan, makam Bung Hatta hanya dikunjungi oleh pelajar dan mahasiswa. Jarang sekali pejabat setingkat menteri datang untuk berziarah. Apalagi di hari pahlawan nasional sekarang ini.
"Kalau setiap tanggal 10 November biasanya pelajar yang berkunjung kalau menteri-menteri biasanya kalau ada acara tertentu saja, seperti haul Bung Hatta dan hari kemerdekaan 17 Agustus," ujar Syahrul saat ditemui di lokasi, Selasa (10/11).
Syahrul menambahkan, pihaknya tidak mempersulit para peziarah untuk memanjatkan doa di makam Bung Hatta. Karena diinstruksikan oleh pihak keluarga Bung Hatta.
"Ziarah kesini, nggak seperti Taman Makam Pahlawan Kalibata harus pakai surat. Disini bebas, sampai masuk ke dalam juga nggak apa-apa. Kenapa bisa bebas, keluarga Bung Hatta
low profile terhadap ayahnya. Permintaan keluarga tidak pernah mempersulit pengunjung, makam Bung Hatta harus terbuka setiap hari, sebab mau baca doa kok dipersulit," ungkapnya meniru permintaan keluarga Bung Hatta.
Meski demikian rata-rata pengunjung makam tidak terlalu banyak. Hanya rombongan pelajar mahasiswa dan masyarakat umum saja yang keseharian nampak berziarah di makam Pendiri Koperasi itu.
[zul]