Asap kebakaran hutan melanda sejumlah daerah, antara lain Banjarmasin, seperti diceritakan seorang warga Jakarta yang datang ke Ibukota Kalimantan Selatan itu.
Pesawat Lion Air yang dituÂmpangi Mansyuri, warga Jakarta itu, akhirnya tiba di Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin. Pesawat itu tiba satu jam lebih lama, karena sempat mengalami delay di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang.
Begitu keluar dari pesawat, cerita Syamsudin, kabut putih pekat terlihat di landasan. Nafas terasa sesak, ketika dia menuÂruni tangga pesawat dan berÂjalan menuju bus bandara. Dari dalam bus, landasan masih terlihat cukup jelas. Namun, jarak pandang pendek karena asapnya pekat.
Sampai di dalam terminal banÂdara, banyak sekali penumpang di ruang tunggu. Kebanyakan adalah penumpang pesawat pagi, yang mengalami penundaan. Pesawat dari Banjarmasin, pada Rabu itu (21/10), baru bisa terÂbang mulai pukul 9 pagi sampai menjelang sore.
"Penumpang banyak mengalami delay sampai 3 jam. Soalnya, jarak pandang kadang turun sampai hanya 200 meter," kata Syamsudin menirukan cerita Ahmad, sopir sebuah perusahaan tambang yang menÂjemputnya.
Ketika dalam perjalanan menuÂju Tanjung Tabalong, Syamsudin kerap melihat pengendara motor yang mengenakan masker hijau. Lampu depan dinyalakan, dan melaju dengan kecepatan hanya 30-50 Km per jam. Sebab, jarak pandang pendek, karena kabutÂnya sudah menguning akibat paparan sinar matahari.
Meski menggunakan lampu jauh, jarak pandang dari dalam minibus yang ditumpangi Syamsudin tetap saja pendek. Sang sopir hanya bisa menÂjalankan mobil pelan-pelan. Akibatnya, perjalanan yang biasanya ditempuh dalam waktu 5 jam, jadi harus ditempuh seÂlama 7 jam.
Kondisi cuaca di Kota Tanjung Tabalong, sedikit lebih baik. Walau asap masih terlihat menÂgelilingi kawasan itu, tapi wargÂanya tidak perlu sampai mengguÂnakan masker. Sebab, di wilayah tersebut hanya sedikit dikelilingi kebun. Daerah tersebut terkenal sebagai tempat pertambangan.
"Beberapa sekolah sudah diliburkan sejak Rabu kemarin. Sebab, beberapa hari sebelumÂnya, ada siswa yang pingsan karena asap," kata Syamsudin menirukan keterangan Ahmad.
Di kota tersebut, beberapa warga dikabarkan terkena inÂfeksi saluran pernapasan, dan dirawat di puskesmas terdekat. "Kalau tidak salah, di Kecamatan Tanjung sempet ada balita yang meninggal. Balita itu menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan tidak sempat diraÂwat," kata Syamsudin.
Menurut Ahmad, lanjut Syamsudin, kabut asap di Kalimantan Selatan masih mendingan ketimÂbang Kalimantan Tengah. Warga Kalimantan Tengah, terutama Palangkaraya, banyak yang harus dievakuasi karena kondisinya sudah darurat.
"Salah seorang kenalan saya dari Palangkaraya Kamis lalu dievakuasi ke Komplek Banjar Indah Permai, Banjarmasin Selatan. Totalnya ada tujuh balita dan anak-anak, serta empat orang dewasa yang dipindahkan," kata Ahmad kepada Syamsudin.
Menurut dia, parahnya kaÂbut asap sangat terasa mulai Sabtu (17/10). Minggunya kabut asap mulai berkurang, namun masih tergolong sangat berbaÂhaya. Mulai Senin hingga Rabu (21/10), asap sudah tak bisa lagi dilawan.
"Jendela rumah ditutup. Ventilasi ditutup. Bawah pinÂtu juga dikasih tutup supaya asap tidak masuk rumah. Tapi tetap saja masih masuk rumah. Orang dewasa saja sudah susah bernapas, apalagi anak kecil. Makanya kemudian mereka dipindahkan," ucap Syamsudin mengutip Ahmad.
Anak kenalan Ahmad yang bernama Stevano (14 bulan), sempat merasakan perawatan intens di rumah sakit. Karena ISPAyang dideritanya, Stevano bolak-balik rumah sakit. Stevano pernah rawat inap satu minggu. Kemudian rawat jalan dua kali.
"Sempat kejang-kejang juga. Sekarang sudah baikkan," ujar Ahmad.
Sementara itu, Relawan Gerakan Anti Asap (GAS) di Palangka Raya, Tika menyatakan, evakuasi warga ke Banjarmasin ini karena kondisi sudah darurat, terutama bagi kesehatan anak-anak dan balita.
Selama beberapa hari, GAS bekerja sama dengan Walhi Kalteng berupaya agar warga Kalimantan Tengah bisa selamat dari bahaya kabut asap ini. Mulai dari pembagian masker di jalan, aksi damai hingga berujung evakuasi ini.
"Prioritasnya anak-anak, balita, bayi dan ibu hamil," ujar Tika.
Evakulasi ini, kata Tika, dimuÂlai Rabu kemarin. Rencananya, ada 15 warga yang dievakuasi ke Banjarmasin. Namun, lantaran masih ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan di Palangka Raya, empat orang warga tidak jadi ke Banjarmasin.
"Ini pun sebenarnya baru diinÂformasikan, kemungkinan masih banyak lagi," ucapnya.
Dia menambahkan, evakuasi mandiri ini bertujuan agar seÂmua pihak ikut terlibat dalam penyelamatan warga Kalteng yang saat ini darurat kabut asap. Saat ini, pihaknya pun tengah mengupayakan mencarikan rumah singgah untuk warga Kalimantan Tengah.
"Kami mendorong semuanya ikut terlibat. Untuk sementara mereka tinggal di rumah warga sekitar," tandasnya.
Dia mengaku, saat ini memang baru tahapan pertama untuk evakuasi. Namun ke depan, akan lebih banyak lagi yang akan mengungsi ke Kalimantan Selatan, terutama Banjarmasin.
"Kita sedang mengupayaÂkan tempat mereka tinggal di Kalsel. Rencananya, di Asrama Mahasiswa Unlam di Banjarbaru yang saat ini belum terpakai. Tapi, kita tunggu pak rektor, beliau masih ada di Madinah," katanya.
Latar Belakang
425 Ribu Orang Menderita ISPA Dan 9 Meninggal Karena Asap
Masalah kabut asap yang mencemari berbagai wilayah di Indonesia pada tahun ini, dimuÂlai pada Juni.
Kombinasi kebakaran hutan dan musim kemarau, menyebabÂkan polusi asap terjadi di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Pembebasan lahan untuk diÂtanami kelapa sawit, merupakan salah satu penyebabnya.
Kementerian Kesehatan mencatat, sebanyak 425.377 orang terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), akibat dampak kebakaran lahan dan hutan di tujuh provinsi sejak Juni lalu.
Menurut Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek, sebagian orang yang terserang ISPAsemÂpat dilarikan ke rumah sakit. "Seperti warga di Palangkaraya. Tapi, mereka boleh pulang karena dinyatakan sehat setelah dirawat," ujarnya di komplek parlemen beberapa waktu lalu.
Nila mengatakan, jumlah penderita ini meningkat di beÂberapa daerah. "Peningkatan terjadi sebesar 15-20 persen," kata dia.
Peningkatan penyakit ISPAterjadi di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah. ISPA, kata Nila, terjadi akibat bakteri di udara dengan indeks standar pencemaran di atas 300.
Dia menyarankan agar masyarakat mengurangi kegiatan di luÂar rumah, menggunakan masker, dan menjaga daya tahan tubuh guna menghindari penyakit ini. "Anak kecil, orang tua, dan ibu hamil jangan terlalu banyak terpapar asap," tandasnya.
Senin pekan lalu, Dinas Kesehatan Riau mengungkapkan sebanyak 63.497 warganya menÂderita sakit akibat terpapar asap sejak Juni lalu. Kepala Dinas Kesehatan Riau Andra Sjafril meÂnyatakan, sebanyak 52.852 orang dari mereka terserang ISPA.
Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan merilis asap telah menyebabkan 86.450 warga menÂderita ISPA. Angka itu melonjak dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 55.115 orang.
Kementerian Kesehatan telah menurunkan tim kesehatan dan mengirim bahan medis habis pakai dengan total 27.599 ton ke delapan provinsi yang terkena dampak asap. Bahan medis habis pakai didistribusikan ke Kepulauan Riau, antara lain paket obat (antibiotik), seraÂtus masker, dan 1.700 masker N95. Kementerian Kesehatan juga mengirim masker 445 ribu buah, masker N95 1.500 buah, Oxycan 400 kaleng, serta paket obat untuk ISPA dan tetes mata ke Riau.
Provinsi Jambi mendapat bantuan medis 500 masker N95, 20 kaleng Oxycan, serta paÂket obat penyakit ISPA, tetes mata, dan vitamin. Provinsi Kalimantan Tengah mendapat bantuan medis berupa 102.930 masker, 1.500 masker N95, 400 kaleng Oxycan, serta paket obat ISPA, tetes mata, antibiotik, dan vitamin.
Nila mengaku ikut prihatin atas mereka yang terkena dampak kabut asap di tujuh daerah itu. Pemerintah daerah diminta lebih aktif melarang warga keluar ruÂmah ketika angka Indeks Standar Pencemaran Udara berada di antara 300-500.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho mengungkapÂkan, sebanyak sembilan orang meninggal serta 40 juta orang terpapar asap.
Bekas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, dampak asap mengganggu paru-paru dan perÂnapasan. Kematian bisa terjadi karena ISPA yang memburuk menjadi pneumonia.
"Bila tidak tertangani denganbaik dan daya tahan tubuh rendah, bisa berakibat fatal," katanya.
Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, 550 ribu dari 1,7 juta hektare hutan dan lahan yang terbakar merupakan lahan gamÂbut. "Kami sudah mengebom air dan membuat hujan buatan, tapi belum padam," kata dia. ***