Berita

Obama War

RABU, 21 OKTOBER 2015 | 16:51 WIB | OLEH: MUHAMMAD TAKDIR

DALAM wawancara CBS, 60 Minutes” (10/10), Obama menyebut masalah Suriah sebagai salah satu persoalan bagi AS yang belum mampu diselesaikan hingga saat ini.

"Saya yang pertama mengakui bahwa kita gagal mengubah dinamika di dalam Suriah," ujar Obama. Meskipun tidak menyebutkan secara langsung, tetapi Presiden AS itu secara implisit merujuk pada kegagalan operasi 500 juta dolar AS yang selama ini dikucurkan Washington untuk melatih dan melengkapi kelompok oposisi moderat melawan jaringan ISIL di Suriah.

Program clandestine itu telah disudahi minggu lalu menyusul laporan sumber militer AS yang menyebutkan bahwa mereka gagal memenuhi target melatih 5.000 pemberontak. Washington hanya mampu merekrut 5 sampai 50 orang untuk dilatih mengoperasikan mesin the Obama war di Suriah. Setelah campur tangan operasi militer Moskow di Suriah dua pekan lalu, kegagalan tersebut menambah pukulan telak bagi Obama yang ingin menyaksikan template operasi militer AS di Libya berhasil menaklukkan Damaskus.


Dalam skala yang lebih orchestrated, sikap AS selama ini di Suriah sebenarnya masih merefleksikan "the Obama war" di Libya. Pasca intervensi Putih, Suriah membuka provokasi militer baru yang dapat memaksa Obama meniru dua "the Bush war" di Afghanistan dan Irak. Obama sebenarnya dalam bentuk yang berbeda, telah menciptakan zona perangnya sendiri di Libya dan Suriah.

Presiden Obama menjadi pribadi yang sangat bertolak belakang dengan kandidat Obama ketika pertama kali memutuskan ikut bersaing dalam pemilihan presiden AS ke-44. Figur politisi anti perang dan penerima nobel perdamaian 2009 ini harus disketsa sebagai another war President. Belajar dari pengalaman Obama di Libya, awalnya ia sendiri tidak begitu sreg dengan keputusan untuk masuk ke Libya.

Obama sadar dengan reputasi yang harus dipertaruhkan. Dirinya masih kandidat Obama yang anti perang atauthe reluctant President di hadapan para penasihat politiknya. Tetapi saat bersamaan, Obama harus bergulat dengan visinya sendiri yang menafsirkan kevakuman tindakan AS dalam tragedi genocide di Rwanda dan Bosnia.

Hipokrisi sesungguhnya, Obama adalah penyokong konsepregime change seperti pondasi dokrin Bush selama ini. Obama sering menggunakan istilah 'Gadhafi to step down', serupa dengan pandangan politiknya bahwa Bashar al-Assad harus mundur jika Suriah ingin bebas. Menurutnya, hanya langkah itu yang paling efektif menyudahi kekerasan rezim totalitarian pada rakyatnya sendiri. (twitter@emteaedhir).



Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya