Rasa cemas dan khawatir masih terbenam di benak keturunan Almarhum Kapten (Purn) Noerali. Mengingat ada surat perintah pembongkaran bangunan tambahan di halaman rumah yang terletak di Komplek Kostrad Jalan Darma Putra VII, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dari Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (PangKostrad) TNI.
Dalam surat tertanggal 25 September 2015 tertulis bahwa lahan di kediaman Almarhum Noerali diminta dikosongkan paling lambat satu minggu setelah surat terbit.
"Ini bukan lahan kosong, ini adalah bagian dari halaman rumah kami. Semua diklaim, tapi tak melihat sejarahnya," ungkap Novie Noeralie, putri Almarhum Noerali saat ditemui dikediamannya, Jumat (2/10).
Novie mengaku, rumah tersebut adalah pemberian mantan Pangkostrad Mayjen Soeharto. Saat itu, ayahnya menjabat asisten pribadi Soeharto. Ayahnya juga pernah menjadi asisten pribadi Jenderal Gatot Subroto tahun 1959-1963 di Makassar dan pindah ke Jakarta tahun 1963-1972 menjadi asisten Soeharto. Di tahun 1972-1985 bertugas di Badan Intelijen Strategis dan pensiun pada Juli 1985.
"Ayah saya salah satu saksi sejarah atas kejadian G30S, terbukti di saat pengangkatan jenazah Jenderal Ahmad Yani di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Saat itu, ayah adalah asisten pribadi mantan Pangkostrad Mayjen Soeharto," sambung Tinnie Norealie, kakak dari Novie.
Novie menengarai adanya kepentingan perwira Kostrad di balik permintaan pembongkaran lahan di rumah peninggalan ayahnya tersebut.
"Ir. Kostrad bapak Sembiring berminat untuk mengambil halaman ini untuk jadi rumah masa persiapan pensiun. Kita pernah minta untuk dimusyawarahkan pak Sembiring datang ke kita bicara baik-baik tapi beliau tidak mau," bebernya.
Hingga berita ini diturunkan keluarga Almarhum Noerali masih berjaga-jaga di lokasi untuk mencegah tindakan pembongkaran paksa dari anggota Kostrad TNI AD.
"Saya takutkan pembongkaran setelah tanggal 5 Oktober (HUT TNI). Karena mereka tidak mau pembongkaran ini jadi preseden buruk bagi TNI," tutup Novie.
[wah]