nasaruddin umar/net
nasaruddin umar/net
SIAPAPUN tidak etis merÂendahkan apalagi menghina para ulama Fikih (fuqaha). Jangan karena fikih yang pernah ditetapkannya dirasaÂkan sudah termakan usia lalu dengan begitu saja mencamÂpakkannya, apalagi dituding bertanggung jawab terhadap kejenuhan umat Islam. MungÂkin fikih yang ditetapkannya ada yang tidak lagi sesuai dengan kondisi zaman sekarang, tetapi kaedah-kaedah ushul yang mereka rumuskan beÂlum tentu ikut tidak relevan. Boleh jadi sudah tidak relevan tetapi kaedah-kaedah ushul yang pernah mereka rumuskan masih tetap relevan.
Meskipun mereka hidup di dalam masa lamÂpau, lebih dari 1000 tahun silam, seperti para pendiri mazhab, Imam Abu Hanifah, Imam MaÂlik, Imam Syafi', dan Imam Ahmad ibn Hanbal. Imam Syafi' yang pendapatnya paling berpenÂgaruh di Afrika, termasuk Mesir, dan Asia TengÂgara, lahir di Gazza pada tahun 150H/767M, karya-karyanya luar biasa pengaruhnya di dalam perkembangan hukum, bukan saja di dunia Islam tetapi juga dijadikan rujukan di dalam pembinaan hukum pada awal kebangkitan Eropa. Asas-asas hukum internasionalnya banyak memberikan roh di dalam hukum internasional modern.
Di antara contoh kaedah-kaedah fikih (al-qawa'd al-fiqhiyyah) yang masih relevan dan sanÂgat menakjubkan untuk dialektika pembinaan huÂkum antara lain sebagai berikut: Dar' almafÄsid muqqadam 'alÄ jalb almashÄlih (menghindari bahaya didahulukan daripada melaksanakan (kewajiban) yang baik). Maksudnya jika dalam suatu hal terjadi pertentangan antara ancaman bahaya dan kerusakan (mafsadah) dengan uruÂsakan kebajikan (mashlahah), maka diutamakan menghindarkan mafsadah, karena syari'ah lebih menekankan larangan agar tidak terjadi kebuÂrukan atau kerusakan daripada perintah untuk melaksanakan kebaikan. Kaedah ini sesungÂguhnya kristalisasi dari sejumlah ayat dan hadis yang dipadatkan menjadi sebuah kaedah yang lebih memudahkan kita untuk memproduksi huÂkum. Contoh penerapannya, jika seseorang tidak mampu berdiri dalam salat karena sakit dan jika dipaksakan akan berakibat buruk, maka diutamaÂkan menghindari bahaya itu dengan cara shalat duduk atau berbaring jika tidak mampu duduk. Sejalan dengan kaedah ini ditemukan juga kaeÂdah yang saling mendukung, yaitu: Idza ta'Äradha mafsadatÄni rÅ«'iya a'zhamuhÄ dhararan bi irtikÄb akhaffihimÄ (jika terjadi benturan dua hal yang saÂma-sama buruk maka dihindari yang lebih besar buruknya dan melaksanakan yang paling kecil akibat buruknya).
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
UPDATE
Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59
Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45
Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05
Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51
Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24
Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50
Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25
Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59
Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42
Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25