Berita

Pembunuhan Salim Kancil Perpanjang Daftar Korban Kekerasan Tambang

SELASA, 29 SEPTEMBER 2015 | 00:19 WIB | LAPORAN:

Hingga hari ini penolakan terhadap aktivitas pertambangan di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasitian, Lumajang, Jawa Timur terus dilakukan oleh petani khusus. Petani sudah merasa gerah karena sebagian lahannya dijadikan jalan pelintasan untuk truk pengangkut pasir.

Aktivis Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Ki Bagus, menjelaskan pada Sabtu, 26 September lalu, Forum Petani Anti Tambang Desa Selok Awar-Awar mengajukan pemberitahuan untuk aksi unjuk rasa menolak tambang.

Namun aksi belum dimulai tapi yang terjadi malah pembunuhan pejuang lingkungan yang menolak penambangan pasir yang merusak lingkungan dan lahan pertanian mereka. Aktivis petani Salim Kancil dibunuh.

"Ketika pertambangan besar susah masuk ke suatu wilayah untuk melakukan eksploitasi, maka pertambangan-pertambangan liar ini didorong oleh perusahaan untuk melancarkan proses eksploitasi kedepan. Tambang-tambang liar juga akan dijadikan tempat cuci tangan oleh perusahaan-perusahaan besar," ujarnya di kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (28/9).

Sejumlah organisasi masyarakat sipil seperti Jatam, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) melaporkan kasus pembunuhan dan pelecehan terhadap petani penolak tambang di Desa Awar-Awar ke Komnas HAM.

Dia berharap Komnas HAM bisa segera melakukan investigasi bukan hanya tentang pro kontra perusahaan pertambangan dan masyarakat, tapi juga bisa menyelesaikan permasalahan hingga ke akar-akarnya.

Ken Yusriansyah dari Konsorsium Pembaruan Agraria atau KPA juga mengatakan, peristiwa ini telah menambah deretan panjang korban agraria dan kejahatan tambang Indonesia dan petani menjadi salah satu aktor yang kerap menjadi korban.

Aktivis Jatam, Walhi, KPA serta KontraS dan organisasi sipil lainnya sudah terjun ke lapangan dan saat ini sedang melakukan investigasi. [zul]

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya