Ani, warga Tangerang terlihat duduk di barisan bangku tunggu dekat pintu masuk area check in Terminal 2F, Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang. Jadwal penerbangannya ke Yogyakarta, masih dua jam lagi. Dengan leluasa, perempuan asli Kota Gudeg itu menaruh tas bawaannya di atas bangku panjang.
"Masih nunggu penerbangan, sekarang bawa orang yang nganter enak bisa duduk-duduk," ujar Ani, menatap banyak orang saling berpamitan di area itu. Sebelumnya, sulit menemukan bangku untuk sekadar menunggu atau beristirahat di area ini.
Kini puluhan bangku baik berbahan besi maupun kayu disediakan di sepanjang area luar pintu masuk Terminal 2. Area ini sekarang tampak lowong. Counter-counter komersil telah ditiadakan.
Meskipun bangku yang terseÂdia banyak, masih terlihat calon penumpang maupun pengantar yang duduk-duduk di lantai, menanti penerbangan. Jumlah bangku yang disediakan belum sebanding dengan intensitas penerbangan yang sangat padat di bandara yang jadi gerbang ibukota republik ini.
Menurut Ani, penghapusan counter-counter yang menjual makanan dan minuman dan diganti dengan tempat duduk membuat tempat penumpang menunggu menjadi lebih baik.
Sebelumnya counter-counter itu menyediakan tempat duduk. Namun untuk bisa duduk, harus membeli makanan atau minuÂman yang harganya menguras kantong. "Saya beli air kemasan yang harga normalnya Rp 2.500 jadi Rp 14.000," ungkap Ani.
Sejak itu, Ani enggan membeli makanan atau minuman di area bandara. "Padahal beli minum itu untuk duduk doang," tamÂbahnya.
Menelusuri lorong pintu keÂdatangan di lantai dua, Terminal 2, Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Kota Tangerang, tak terlihat lagi counter-counter menjual makanan maupun miÂnuman di sisi kanan lorong. Semuanya, telah berganti dengan bangku-bangku yang bisa ditemÂpati pengantar penumpang.
Counter penjual makanan dan minuman masih ada di dekat tempat kendaraanâ€"baik shuttle bus hingga taksiâ€"menuÂrunkan penumpang (drop off). Counternya selebar 8 meter. Salah satunya counter yang menjual kopi.
Namun, di bagian dalamnya sudah tidak ada lagi counter. Bahkan akses jalannya sudah digembok rantai. Di tempat ini penumpang dan pengantar ada yang duduk di lantai.
"Mau antar ke Arab," ujar seorang pria pengantar yang duduk di lantai karena tidak kebagian tempat duduk. "Nggak apa-apa di bawah, yang penting nganter."
Yudi, petugas informasi yang sedang bertugas saat itu mngataÂkan counter makanan dan minuÂman di lorong dekat pintu masuk check in Terminal 2, Bandara Soekarno Hatta sudah dihapus sejak Juli lalu. "Sekarang sudah bersih dari pedagang," ukar Yudi yang terlihat berseragam cokelat khas petugas Angasa Pura II.
Yudi menceritakan, pemberÂsihan mulai dilakukan ketika kloter jamaah haji mulai diterÂbangkan. Banyak calon jamaah duduk keleleran di lantai-lantai. Kontras dengan bangku-bangku di counter yang kosong. Calon jamaah haji enggan duduk di situ lantaran diharuskan memÂbeli makanan dan minuman. "Sekarang (calon jamaah haji) sudah tidak banyak yang duduk di lantai. Ada puluhan bangku-bangkunya," ujarnya.
Tidak hanya di area luar. Area dalam tempat
check in penumpÂang sebelum masuk ke apron pesawat juga dibersihkan dari counter-counter. Biasanya, di area itu ramai penjaja makanan dan minuman hingga oleh-oleh khas Nusantara.
Perlahan tapi pasti, Angkasa Pura II telah melakukan sterilisaÂsi ruang komersial di Terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta yang sebelumnya ditempati seÂjumlah penyewa.
Pembongkaran sekitar 20 persen area penyewa tersebut dilakukan untuk memberikan kenyamanan kepada calon penÂumpang di terminal yang biasa digunakan untuk penerbangan internasional tersebut.
Menurut Direktur Utama Angkasa Pura IIâ€"pengelola Bandara Soekarno-Hattaâ€"Budi Karya Sumadi, area bekas counter dijadikan tempat duduk penÂumpang penerbangan domestik maupun mancanegara.
"Kasihan kalau mau duduk harus jajan dulu," alasannya. Dampak kerugian dari penutuÂpan counter-counter itu sudah dipertimbangkan ketika hendak melakukan pembersihan pada Juli lalu.
Penutupan area komersial ini membuat pendapatan AP II terÂpangkas Rp 20 miliar per tahun. "Nggak apa-apa, yang penting pelayanan publik," ujar Budi.
Ia optimistis pendapatan BUMNini akan kembali meninÂgkat setelah dilakukan perbaikan pelayanan. "Coba lihat Ciputra Grup, Jaya Grup, punya shopÂping mall di mana-mana. Semua itu tidak langsung untung kan. Ada periode tertentu harus meÂnanggung penyusutan tertentu. Ada waktu biasanya bandara untuk untung itu 5 tahun. Saya sudah tunjukkan itu Bandara di Palembang dan Pekanbaru yang tadinya rugi sekarang untung," ujar Budi.
Menurut dia, pengelola banÂdara bisa meraup untung jika angka penumpang sudah meÂnyentuh 2 juta orang per tahun. Oleh karena itu, saat ini kata Budi, AP II terus berupaya memÂperbaiki pelayanan di bandara sehingga masyarakat berminat berkunjung ke bandara.
"Kami ini kan bukan peruÂsahaan biasa-biasa saja. Kita BUMN
agent of development. Kita juga ingin
sharing, bahwa bandara-bandara itu kita akan bina sehingga untung," kata dia.
Saat ini Indonesia memiÂliki 237 bandara. Sebanyak 26 bandara dikelola oleh BUMN, yaitu PT Angkasa Pura I (AP I) dan PT Angkasa Pura II (AP II). Sisanya dikelola Kementerian Perhubungan.
Pengelola Bandara Diteror SMS dan Dicegat "Preman" Persempit Area Komersial
Angkasa Pura II memberÂsihkan 74 counter di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta. Selama ini, keberadaan counÂter-counter itu menyita ruang publik.
Menurut Direktur Utama Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi, area yang dipenuhi counter juga mengurangi venÂtilasi udara bandara. Jika tanpa pendingin udara, udara di daÂlam bandara menjadi pengap.
Selain membuat pengap, Budi juga mengkhawatirkan keberadaan counter-counter itu bisa memicu kebakaran. Sebab, banyak counter yang melakukan aktivitas memasak untuk meracik makanan.
Minggu 5 Juli lalu, terjadi kebakaran di
counter JW Sky Lounge di terminal 2E Bandara Internasional Soekarno Hatta. Penyebabnya, konsleting lisÂtrik pada oven saat aktivitas memasak pagi. Kini, counter itu sudah ditutup.
Penutupan counter di Terminal 2 tak berjalan mulus. Sejumlah pihak yang keberatan atas langkah ini protes kepada pengelola bandara. Bahkan ada yang mencegah Budi maupun meneror lewat SMS. "Banyak premannya, tapi nggak apa-apa demi publik," katanya.
Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha Angkasa Pura II Faik Fahmi menekankÂan, sterilisasi ruang komersial di Soekarno-Hatta akan terus dijalankan secara bertahap, tetapi tetap dengan memperhiÂtungkan kontrak yang terjalin dengan para penyewa.
"Permasalahan utama Soekarno-Hatta adalah kapasiÂtas. Seharusnya untuk 22 juta penumpang per tahun, tetapi sekarang sudah mencapai 60 juta penumpang. Dampaknya bermacam-macam, termasuk pelayanan, yang dalam hal ini penumpang merasa tidak nyaÂman," kata Faik.
Saat ini, perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) tersebut fokus pada Terminal 2 karena tingkat kepadatan sudah sangat tinggi.
Lebih lanjut, Faik mengakui, sterilisasi ruang komersial di Bandara Soekarno-Hatta berpotensi mengurangi pendaÂpatan AP II. Namun, operator bandara pelat merah itu suÂdah menyiapkan strategi agar potensi tersebut digantikan dengan pendapatan dari sektor lainnya, Seperti pembentukan anak usaha di bisnis kargo dan properti.
"Sterilisasi sejumlah ruang komersial ini tidak ada kaitanÂnya dengan kebakaran yang terjadi beberapa waktu lalu. Langkah ini ditempuh dengan perencanaan sejak jauh-jauh hari. Intinya demi meningkatkan pelayanan kami," kata Faik.
Pembersihan ini dilakukan lantaran Angkasa Pura II punya target menjadikan Bandara Soekarno-Hatta terbaik kedua se- Asia Tenggara setelah Bandara Changi Singapura. "Dua taÂhun lagi In Sha Allah Bandara Soekarno-Hatta akan melamÂpaui Kualanamu International Airport dan Suvarnabhumi Thailand," lanjut Budi.
Budi mengatakan, untuk mencapai target tersebut, pihaknya saat ini melakukan perbaikan-perbaikan di banÂdara, baik fasilitas maupun pelayanan.
Perbaikan-perbaikan terseÂbut, meliputi pembangunan Terminal III Ultimate, revitalÂisasi Terminal I dan II dan lainÂnya. Selain itu, ia juga berkeÂinginan untuk menciptakan bandara sebagai
smiley airport atau bandara yang memberikan senyuman dan keramahtamaÂhan bagi penumpang.
Untuk peningkatan kapasitas penerbangan, Angkasa Pura II juga tengah memperluas apron Terminal III Ultimate, pemÂbangunan
rapid exit taxiway, dan
extend taxiway, serta perÂbaikan landasan pacu bagian Utara dan Selatan. ***