Berita

fuad amin imron/net

Hukum

Fuad Amin Curhat Merasa Malu Jadi Terdakwa

KAMIS, 17 SEPTEMBER 2015 | 13:57 WIB | LAPORAN: FEBIYANA

Terdakwa kasus dugaan suap pengurusan jual beli gas alam di Madura dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), Fuad Amin Imron mengatakan, siapa pun yang maju mencalonkan diri jadi kepala daerah pasti membutuhkan modal yang sangat besar.

Sehingga, lanjut dia, mustahil apabila kepala daerah tidak pernah menerima hadiah atau janji setelah atau sebelum menduduki jabatannya.

"Tidak ada orang miskin yang maju Pilkada. Karena uangnya harus banyak. Untuk bayar ini, itu perlu banyak uang.  Dan mustahil ada kepala daerah yang tidak menerima hadiah atau janji. Semuanya pasti terima," sumbar Fuad Amin Imron saat ditanya jaksa soal pengeluarannya saat Pilkada yang diikutinya, dalam persidangan lanjutan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Kamis (16/9).


Sebelumnya, Fuad Amin Imron menjabat sebagai Bupati Bangkalan, Madura sejak tahun 2003 hingga 2012.

Ia mengaku pada tahun pertama mengikuti Pilkada tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya.

Hal tersebut diklaimnya karena menggunakan karisma keluarga yang terkenal sebagai tokoh Madura. Fuad merupakan cucu dari Mbah Kyai Kholil seorang ulama besar di Madura.

"Saat itu ada istilah, kalau di Madura tidak pilih saya bakal kualat," katanya.

Pengeluaran lebih banyak, imbuh Fuad, justru terjadi pada periode berikutnya, tahun 2008.

"Saat itu Pilkada langsung, meski saya didukung tokoh dan partai, di Bangkalan itu 18 kecamatan, ya kalau diundang tentunya ada uang buat beli minuman, tapi saya lupa waktu itu berapa buat Pilkada," tutur Fuad.

Pada kesempatan itu, Fuad yang terlihat mengenakan kemeja putih dan peci hitam sempat menyatakan permintaan maaf kepada seluruh pendukungnya yang hadir di Pengadilan.

"Saya hidup tidak pernah punya hutang dan tidak pernah menipu orang. Itu prinsip saya. Saya keturunan orang baik-baik, kalau kemudian saya jadi terdakwa saat ini, malu saya. Tapi saya pasrah," ucap Fuad dengan nada miris.[wid]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya