11 tahun berlalu, kasus pembunuhan terhadap aktivis HAM, Munir Said Thalib belum juga tuntas. Penegak hukum belum juga mampu mengungkap dalang di balik pembunuhan tersebut.
Koordinator Komisi unÂtuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar mengatakan, pembunuhan terhadap Munir bukanlah pembunuhan biaÂsa. Namun, sudah terencana matang dan dilakukan orang berkeahlian khusus. "Maka penyelesaian kasus Munir buÂtuh kemauan dan keberanian dari pemerintah," katanya di Jakarta, kemarin.
Dia mengingatkan Presiden Jokowi untuk membuktikan janji kampanye yakni menyeÂlesaikan kasus-kasus pelangÂgaran HAM. Haris meminta Presiden membentuk tim untuk melanjutkan hasil rekomendasi tim pencari fakta (TPF) kasus Munir.
"Pengungkapan kasus pemÂbunuhan Munir menjadi tongÂgak penting pemerintahan Jokowi. Jika berhasil mengungÂkap dalangnya, Jokowi berarti menunjukkan keseriusannya dalam membela orang-orang yang peduli dan kritis dalam perbaikan bangsa," ujarnya.
Kontras, lanjutnya, mengingatkan Jokowi agar tidak tersandÂera kepentingan politik dalam pengungkapan kasus Munir. "Jokowi jangan sampai terÂsandera, dan jangan sampaiJokowi ewuh pakewuh terhadap penyelesaian kasus Munir," katanya.
Istri mendiang Munir, Suciwati, mengatakan Presiden Jokowi yang didukung penuh oleh rakyat Indonesia harus berani tanpa ragu-ragu menyelesaikan kasus Munir. "Omah Munir, Imparsial Kontras dan Walhi mendesak Presiden Jokowi unÂtuk menuntaskan penyelesaian kasus pembunuhan Munir," katanya.
Menurut dia, TPF kasus Munir sendiri menyimpulkan pemÂbunuhan munir tidak melibatkan satu-dua orang semata. TPF pun merekomendasikan pihak-pihak tertentu di lingkungan garuda dan lembaga intelijen negara yang diduga terlibat harus diperiksaintensif.
"Sayangnya, hingga kini beÂberapa pelaku yang diduga terlibat masih menghirup udara bebas. Bahkan, pelaku lapanganÂnya, Pollycarpus justru mendapÂatkan pembebasan bersyarat dari pemerintah," katanya.
Suciwati mengakui pengungÂkapan kasus Munir membutuhkan kemauan, kesungguhan, dan konsistensi politik Presiden Jokowi. Dia mendesak Presiden keluar dari hitungan kalkulasi politik dan sandera politik di dalam menyelesaikan kasus Munir.
"Penyelesaian kasus Munir harus diletakkan dalam kerangkapenegakan hukum HAM secara konsisten dan jangan diletakkan dalam ruang tarik menarik keÂpentingan politik," tandasnya.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mempertanyakan apalagi yang musti diusut pemerintah terkait kematian Munir. JK menekankan, pembunuh Munir yaitu Pollycarpus Budihari Priyanto sudah ditangkap dan dibui. "Jangan lupa, yang itu sudah masuk penjara puluhan tahun, siPollycarpus," kata JK.
Wapres juga menolak desaÂkan masyarakat sipil agar kasus Munir kembali dibuka dan diÂlakukan investigasi. "Yang tentuÂkan itu pengadilan, bukan LSM. Pengadilan putus begitu, gimana?Ini bukan negara LSM, tapi negara hukum. Negara hukum kan," tegas JK. ***