Nicole Richie, Kesulitan Ekonomi Diadopsi Lionel Richie

Untuk pertama kalinya, Lionel Richie bercerita ten­tang putri angkatnya, artis dan desainer Nicole Richie. Dalam wawancara dengan Piers Morgan, Lionel men­ceritakan awal pertemuan­nya dengan Nicole di kon­ser Prince, 1985. Penyanyi R&B legendaris itu juga mengungkapkan alasan ia dan mantan istrinya Brenda mengangkat Nicole, yang saat itu berumur 4 tahun, sebagai anak.

"Saya datang ke konser Prince dan di panggung ada gadis kecil umur empat tahun bermain tamborin. Saya lalu ke belakang panggung dan bertemu dengan ayah dan ibunya (Karen Moss and Pe­ter Michael Escovedo). Saya kenal keduanya dan saya tahu hubungan mereka sedang ber­masalah. Saya bilang pada mereka 'Di saat hubungan kalian bermasalah, anak ini kebingungan. Jadi begini saja, titipkan dia di rumah saya sampai tur ini selesai, setelah itu kita bicara bagaimana bai­knya'," kenang Lionel.

"Saat itu dia (Nicole) masih kecil. Saya bilang, 'Ok, kita akan buat semua orang men­cintaimu. Kita akan buat ke­luargamu menyesal sudah melepaskanmu'. Ketika itulah saya memutuskan untuk men­gadopsinya."

Lionel mengakui masa-masa sulit dan kontroversial yang pernah dihadapi Nicole, ter­masuk saat putrinya ditahan karena memiliki heroin dan harus keluar-masuk pusat re­habilitasi.

"Dua temannya mening­gal karena overdosis. Suatu hari dia menelepon saya dan bilang kalau dia tidak mau jadi yang ketiga. Saat itu saya berjanji saya akan terus menemaninya. Saya sampai membatalkan tur."

Sejak itu hidup Nicole berubah jadi lebih baik. Kariernya sebagai desainer sukses dan ia meraih peng­hargaan Entrepreneur of the Year di acara Glamour Women of the Year Awards 2010, un­tuk brand fashionnya House of Harlow 1960. Ia menikah dengan vokalis Good Charlotte Joel Madden di 2006 dan telah memiliki dua anak, Harlow dan Sparrow.

Lionel pula yang menjawab rumor perceraian antara Nicole dan Madden baru-baru ini.

"Saya mengatakan kepada Nicole, 'Rumor tidak perlu dikhawatirkan. Namun ke­tika mereka mencetak ses­uatu dan itu ternyata benar, itulah yang harus dikhawat­irkan". ***