Berita

net

Bisnis

Legislator: Krisis Ekonomi Sudah di Depan Mata

MINGGU, 06 SEPTEMBER 2015 | 21:38 WIB | LAPORAN:

Terus melemahnya nilai tukar rupiah dan perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional menjadi peringatan tersendiri bagi pemerintah bahwa ancaman krisis sudah di depan mata.

Kondisi yang terjadi bukan hanya menyebabkan daya beli masyarakat melemah, namun juga ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) karena aktivitas produksi yang terganggu.

"Kondisi perekonomian nasional hari ini jauh lebih komplek dibanding krisis keuangan tahun 1998 yang lebih didominasi oleh persoalan moneter khususnya nilai tukar negara-negara di Asia. Hari ini, perekonomian nasional dan global selain menghadapi masalah nilai tukar mata uang juga menghadapi perlambatan yang sudah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir," ujar Wakil Ketua DPD RI Farouk Muhammad dalam diskusi Forum Senator untuk Rakyat bertema 'Ekonomi PHP Nyatanya PHK' di resto Dua Nyonya, Cikini, Jakarta (Minggu, 6/9).


Farouk memaparkan kondisi perekonomian nasional hari ini dipengaruhi oleh faktor internal yang tidak kondusif. Rendahnya daya serap APBN dan juga APBD telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi nasional melambat hanya sekitar 4.9 persen pada semester I 2015.

Selain itu, pemerintah tidak memiliki kebijakan industri yang mendukung proses transformasi industri berbasis komoditas manufaktur, sehingga perekonomian nasional rentan terhadap fluktuasi nilai tukar.

Di bidang perdagangan, rendahnya daya saing ekspor nasional karena lebih didominasi oleh ekspor komoditas dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan perdagangan internasional Indonesia selalu defisit. Pemerintah tidak siap mengantisipasi jatuhnya harga barang-barang komoditas, seperti crude palm oil (CPO), karet, batu bara dan minyak bumi sehingga menyebabkan pendapatan nasional tergerus signifikan. Ditambah tidak solidnya koordinasi kebijakan antara sektor moneter dan fiskal menyebabkan kurangnya daya dukung masing-masing kebijakan dalam mengatasi permasalahan ekonomi dan nilai tukar.

"Pemerintah tidak bisa lagi berlindung di balik kondisi perekonomian global yang melambat, tetapi juga harus melihat kondisi internal. Banyak persoalan ekonomi dalam negeri yang memiliki potensi untuk menjadi masalah besar di kemudian hari," jelas Farouk.

Dia menambahkan, memburuknya perekonomian nasional telah memberikan implikasi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Antara lain konsumsi masyarakat sebagai penopang pertumbuhan mengalami penurunan, akibat dari daya beli masyarakat yang berkurang. Kemudian, upah riil masyarakat mengalami penurunan sebagai akibat dari semakin mahalnya biaya hidup, tetapi di sisi lain pendapatan masyarakat tidak mengalami peningkatan. Terlebih, biaya produksi sektor industri mengalami peningkatan sebagai akibat depresiasi nilai tukar rupiah.

"Dampak terbesarnya adalah perusahaan melakukan PHK yang dikhawatirkan akan menimbulkan kerawanan sosial di tengah masyarakat. Tingkat pengangguran dan kemiskinan akan meningkat tajam, tentu saja kondisi ini sangat rentan bagi stabilitas ekonomi dan sosial," bebernya.

Karena itu, pemerintah perlu menyiapkan segera kebijakan-kebijakan jangka pendek yang bersifat efektif, tepat sasaran dan konsisten, sebagai solusi jangka pendek yang bisa meredam dampak dari kondisi ekonomi yang semakin memburuk, agar jika terjadi krisis ekonomi pemerintah sudah siap dengan menghadapainya.

"Menggerakkan sektor riil yang bersifat padat karya sehingga bisa memulihkan daya beli masyarakat. Mengoptimalkan peran UMKM  dalam mendorong konsumsi masyarakat tetap stabil dan Konsisten membangun ekonomi dari pinggir khususnya dalam bidang maritim, infrastruktur, pertanian dan Energi. Seperti janji Nawacita pemerintah," tegas Farouk yang merupakan legislator asal Nusa Tenggara Barat. [wah] 

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya