Berita

Kalau Paham, Rakyat Pasti Berusaha Turunkan Jokowi-JK Seperti di Malaysia

SENIN, 31 AGUSTUS 2015 | 00:26 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Sejak kemarin hingga hari ini, puluhan ribu rakyat Malaysia memenuhi jalan-jalan Kuala Lumpur untuk mendesak Najib Razak mundur dari jabatan Perdana Menteri. Demonstrasi rakyat Malaysia dipicu dugaan korupsi Najib dan terpuruknya nilai tukar Malaysia hingga tembus 4 ringgit per dollar AS. Nilai ringgit juga terpuruk melawan dolar Singapura, pekan lalu tembus 3 ringgit per dolar Singapura.

"Kita lihat di Malaysia, karena rasa memiliki yang begitu tinggi, rakyat dari semua kalangan turun ke jalan. Mereka mengerti untuk meningkatkan nilai tukar ringgit perlu ada pergantian pucuk tertinggi pemerintahan," ujar pengamat politik, Jajat  Nurjaman.

"Seperti halnya terpuruknya nilai tukar rupiah, jatuhnya nilai tukar ringgit dipicu oleh pemerintahan yang tidak kompeten, korup dan tidak dipercaya rakyat," sambung Jajat.

Namun berbeda dengan di Malaysia, rakyat Indonesia tidak turun ke jalan untuk mendesak pemimpinnya bertanggung jawab. Padahal, nilai tukar rupiah terhadap dolar terus melorot bahkan sudah menembus angka Rp 14 ribu.

"Tidak turunnya rakyat Indonesia ke jalan untuk mendesak Jokowi-JK lengser adalah karena beberapa hal," ungkap Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) ini.

Pertama, karena rakyat kurang rasa memiliki terhadap negara. Kedua, karena belum paham bahwa keterpurukan ekonomi saat ini utamanya disebabkan buruknya kepemimpinan Jokowi-JK, bukan faktor eksternal. Ketiga, rakyat Malaysia lebih berpendidikan dan lebih mampu secara ekonomi dibandingkan rakyat Indonesia.

"Ketiga faktor inilah yang membuat Jokowi-JK bisa tidur tenang di malam hari. Jadi pemimpin korup dan tidak becus itu paling enak di Indonesia. Sekacau apapun pemerintahan mereka, kemungkinan sangat kecil rakyat akan turun ke jalan minta mereka turun," demikian Jajat. [zul]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya