Berita

Ini Argumentasi Presiden Joko Widodo Paling Konyol

RABU, 26 AGUSTUS 2015 | 17:52 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Tudingan Presiden Joko Widodo bahwa konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan menjadi salah satu penyebab perlambatan ekonomi nasional dikritik. Argumentasi yang disampaikan tersebut harus diluruskan.

"Sikap Presiden Joko Widodo yang yang justru sekedar melihat pelemahan rupiah saat ini karena didominasi faktor eksternal, saya kira perlu diluruskan," ujar ekonom muda, Dahnil Anzar Simanjuntak, (Rabu, 26/8).

"Ini argumentasi paling konyol Jokowi," sambung Dahnil.

Dia menjelaskan, pelemahan rupiah dan sulitnya ekonomi domestik saat ini justru karena fundamental ekonomi domestik kita tidak sehat. Bila fundamental ekonomi domestik sehat, kondisi ekonomi luar negeri tidak terlalu signifikan mempengaruhi ekonomi nasional.

Menurutnya, setidaknya ada tiga ciri fundamental ekonomi domestik yang tidak sehat.

"Pertama, basis ekonomi domestik kita, berbasis impor. Lebih dari 73 persen bahan baku industri kita impor, belum lagi mesin-mesin besar untuk industri hampir lebih 90 persen impor. Pangan kita juga demikian, masih tergantung dengan impor," ungkap pengajar di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten ini.

Kedua, struktur neraca pembayaran kita selalu negatif di neraca jasa. Ini bukti ekonomi domestik kita lemah di sektor jasa. Belum lagi permasalahan fakta rendahnya 'nilai tambah' karena ekspor kita pun tergantung dengan ekspor komoditi.

"Ketiga, tergantung dengan investasi asing. Investasi asing dalam bentuk direct investment seperti bangun pabrik atau masuk ke industri-industri riil tidak ada masalah signifikan. Tetapi masalah besar justru ketika investasi asing yang masuk banyak yang ke bursa saham atau portofolio jangka pendek. Sehingga rentan terhadap migrasi besar-besar uang keluar Indonesia atau cash outflow yang dampaknya bagi pelemahan rupiah luar biasa," beber Dahnil.

"Nah, ketiga kondisi fundamental ekonomi seperti itulah yang sesungguhnya jadi masalah utama ekonomi Indonesia saat ini, sehingga ketika rupiah melemah dampaknya luar biasa bagi ekonomi domestik," tegasnya.

Lebih jauh Dahnil menjelaskan, sejatinya pelemahan mata uang tidak selalu menjadi masalah, justru bisa menjadi potensi. Yakni bisa melakukan ekspansi ekspor.

"Tapi apa mau dinyana kita kehilangan potensi itu karena mau ekspor tidak bisa selain ekonomi domestik nilai tambahnya rendah, produk yang selama ini dieksport justru bahan bakunya dari impor," sambung Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ini.

Karena itu dia berkesimpulan, pelemahan rupiah selalu menjadi bencana buat Indonesia karena fundamental ekonomi domestik kita bermasalah. Sedangkan faktor eksternal itu hanya trigger saja.

Makanya, untuk menyelesaikan masalah pelemahan rupiah yang menjadi bencana buat Indonesia tersebut tidak bisa menyalahkan faktor eksternal, seperti karena devaluasi yuan (mata uang China), kebijakan penaikan suku bunga The Fed (Bank Sentral AS) dan konflik dua Korea.

"Walaupun faktanya dua Korea sudah damai, nggak turun tuh rupiah," sindirnya.

"Jadi, harusnya Presiden menginstruksikan pilihan-pilihan kebijakan jangka panjang untuk memperbaiki fundamental ekonomi domestik kita, tidak terus bersembunyi dibalik masalah eksternal," demikian Dahnil Anzar Simanjuntak. [zul]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya