Berita

sby/net

Bisnis

SBY: Manajemen Krisis Harus Diberlakukan, Pasar dan Pelaku Ekonomi Mulai Cemas!

SELASA, 25 AGUSTUS 2015 | 00:20 WIB | LAPORAN:

Negara-negara Asia harus sungguh menyadari bahwa perkembangan ekonomi sudah "lampu kuning". Cegah jangan sampai "merah".

Begitu bunyi cuitan Presiden Ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono dalam akun Twitter pribadinya, ‎@SBYudhoyono, Senin (24/8).

Dia terangkan, aksi nasional, termasuk solusi dan kebijakan harus efektif. Perlu pula "regional policy coordination". Gunakan kerangka ASEAN dan ASEAN + ," dilanjutkannya.


SBY mengimbau, perlu adanya pembelajaran dari krisis Asia yang terjadi tahun 1998 lalu dan krisis ekonomi global di tahun 2008.

"Ingat selalu ada "contagion effect" dan faktor eksternal dan internal. Bukan hanya "emerging economies" yang pertumbuhannya melambat, tapi juga negara-negara Asia. Tiongkok pun (terbesar di Asia) kena," jelasnya.

‎SBY yang Ketua Umum Partai Demokrat ini juga bilang, kejatuhan nilai tukar, saham gabungan dan harga minyak melebihi kewajaran. Makro dan mikro ekonomi, sektor keuangan dan riil telah terpukul.

‎Dilanjutkan, ekonomi Asia saat ini sedang susah, cegah isu lain yang serius. "Saya berharap siaga perang dan ketegangan antara Korut dan Korsel segera berakhir," kata SBY.

Masyarakat Indonesia, kata dia lagi, mulai terdampak. Cegah jangan sampai makin cemas, kehilangan "trust" dan hidupnya makin susah.

"Menurut saya, manajemen krisis harus diberlakukan. Jangan "underestimate" dan jangan terlambat. Apalagi pasar dan pelaku ekonomi mulai cemas," terangnya.

Meski masih percaya dan yakin pemerintah di bawah Presiden Jokowi dan wakilnya Jusuf Kalla bisa mengatasi gejolak ekonomi saat ini, SBY tetap meminta sikap fokus yang dikedepan.

"Serta cegah hal-hal yang tak perlu," sambungnya.

Menurutnya, di jajaran kabinet kerja dan ‎pemerintah banyak yang memahami dan tentunya dapat menyelesaikan masalah ekonomi yang terjadi belakangan.

"Perlu tim kerja yang solid dan efektif," jelas SBY menambahkan.

Dia ingatkan lagi, ‎Indonesia memang sering mengalami gejolak.‎"Dalam krisis 98 ekonomi kita jatuh, tetapi dalam krisis gobal 2008 kita selamat. Ambil pengalamannya. Tahun 2008-2009 dulu kita bisa minimalkan dampak krisis global, karena pemerintah (pusat dan daerah), dunia usaha, BUMN, ekonom dan pimpinan media bersatu. Saat ini, yang diperlukan adalah kepemimpinan dengan direktif yang jelas yakni solusi,kebijakan dan tindakan yang cepat dan tepat;serta dukungan semua pihak," tandas SBY.‎ [sam]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya