Berita

ilustrasi/net

Bisnis

Indonesia Tanpa Tax Holiday Sudah Menarik Bagi Investor

SENIN, 24 AGUSTUS 2015 | 21:46 WIB | LAPORAN:

. Pemerintah sedang menggodok revisi Peraturan Menteri Keuangan tentang pemberian fasilitas tax holiday yang akan memperluas, mempermudah kebijakan tersebut hingga 20 tahun kedepan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan investasi di dalam negeri dan mendatangkan foreign direct investment (FDI).

Kebijakan ini sebenarnya sudah dilakukan pada tahun 1970-an. Karena tak mampu mendorong pertumbuhan investasi yang signifikan, kebijakan ini akhirnya dicabut tahun 1984. Bukannya meningkatkan investasi, kebijakan ini dinilai justru berpotensi dimanfaatkan perusahaan Multi National Company (MNC) dari luar negeri yang mendirikan perusahaan baru untuk menghindari pajak.

Bukan hanya itu, tax holiday juga dikhawatirkan akan memicu perang diskon pajak dengan negara tetangga, terutama menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akhir tahun ini. Untuk mengantisipasi masalah ini, Setyo Budiantoro, Direktur Eksekutif Perkumpulan Prakarsa menyatakan, diperlukan pertemuan Kepala Negara dan Menteri Keuangan negara ASEAN untuk berkoordinasi dan membuat kesepakatan tidak akan menggunakan instrumen pajak secara eksesif di era MEA, karena perang pajak akan merugikan dan mengorbankan semua anggota ASEAN.


"Indonesia tanpa tax holiday sebenarnya sudah menarik bagi investor. Yang perlu dibenahi bukan hanya infrastruktur dan energi, tapi juga reformasi birokrasi dengan target dan supervisi ketat. Ruwetnya birokrasi dan banyaknya pungutan liar membuat iklim investasi tetap buruk," ungkap Setyo dalam diskusi di Cikini, Jakarta (Senin, 24/8).

"Pemerintah tak perlu silau dengan FDI, potensi investasi dalam negeri juga cukup besar asal ada dukungan," lanjutnya.

Menurutnya, untuk itu pemerintah harus menyiapkan dana 2 persen dari PDB untuk riset, guna mendukung usaha, inovasi, produksi, dan ilmu pengetahuan. Agar potensi Indonesia bisa dikembangkan sendiri, yang sesuai dengan semangat Jokowi yang ingin menjadikan Indonesia bangsa produktif, bukan hanya konsumtif. [sam]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya