Berita

dahnil

Jangan Anggap Enteng, Pelemahan Rupiah Pukulan Luar Biasa bagi Industri

SENIN, 24 AGUSTUS 2015 | 04:11 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Pemerintah tidak boleh mengangggap enteng tren pelemahan rupiah terhadap dollar yang akan terus berlanjut, bahkan bisa mencapai di atas Rp 14.000 per US dollar.

Sebab, ancaman PHK sudah di depan mata karena pabrik-pabrik tidak mampu lagi berproduksi mulai sangat terasa, mengingat hampir lebih 75 persen bahan baku industri domestik Indonesia tergantung dengan Impor.

"Pelemahan rupiah menyebabkan pukulan luar biasa bagi industri dalam negeri, bahkan untuk mendorong ekspor pun sulit," jelas pengamat kebijakan publik, Dahnil Anzar Simanjuntak, dalam keterangan persnya (Senin, 24/8).

Menurutnya, pelemahan rupiah sebenarnya bisa menjadi kesempatan baik untuk ekspansi ekspor. Tapi, produk-produk yang diekspor pun tergantung impor. "Jadi kita impor bahan baku. Belum lagi harga komoditas seperti CPO justru mengalami penurunan drastis," ucap pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten ini.

Di sisi lain aturan pelarangan impor mineral mentah juga menjadi hambatan ekspansi ekspor. Selain itu kebijakan substitusi impor tidak pernah dimulai oleh pemerintah untuk menghindari terulang kondisi pelemahan rupiah seperti saat ini yang berdampak pada industri dalam negeri.

"Jadi, bila ada anggota kabinet atau Presiden yang menyebut kondisi ekonomi Indonesia saat ini baik-baik saja dan sudah di track yang benar, saya kira keliru," tegasnya.

Makanya, otoritas fiskal yakni pemerintah harus segera mendesain kebijakan jangka panjang berkaitan dengan ketergantungan Indonesia terhadap impor, substitusi impor melalui penguatan sektor pertanian.

"Industri lokal yang berbasis bahan baku lokal harus dimulai untuk kepentingan jangka panjang. Nah sementara ini dalam jangka pendek harapan kita hanya bisa kita tumpukan kepada otoritas moneter untuk mengendalikan pelemahan rupiah yang terus berlanjut, juga berharap pada faktor eksternal seperti devaluasi yuan dan suku bunga The Fed," demikian Dahnil Anzar Simanjuntak. [zul]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya