Berita

Amal Alghozali

Jokowi harus Pertimbangkan dengan Matang sebelum Alihkan Subsidi Benih dan Pupuk

RABU, 19 AGUSTUS 2015 | 18:30 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Pemerintah diingatkan untuk mempertimbangkah berbagai hal yang sensitif bagi kehidupan petani sebelum memutuskan mengalihkan subsidi benih dan pupuk menjadi subsidi hasil akhir harga pembelian pemerintah.

Demikian ditegaskan Ketua Departemen Tani dan Nelayan DPP Partai Demokrat Amal Alghozali menanggapi kicauan Presiden Joko Widodo soal subsidi pupuk lewat Twitternya @jokowi: "..Subsidi benih pupuk dan benih banyak diselewengkan. Akan kita ubah menjadi subsidi akhir harga beli pemerintah ke petani," cuit Presiden Selasa (18/8) siang.

Amal menjelaskan pemerintah boleh saja setiap saat mengubah kebijakan subsidi benih dan pupuk asal melalui kajian yang mendalam, termasuk dampak yang akan timbul dan dirasakan petani.

Dia mengungkapkan subsidi untuk pertanian yang dianggarkan dalam APBN, khususnya untuk pupuk dan benih sebenarnya tidak terlalu besar, hanya berkisar 30 trilyun rupiah.

"Kalau anggaran ini dialihkan untuk subsidi harga panen, tidak akan signifikan pengaruhnya terhadap kenaikan harga di tingkat petani karena hanya mampu menyerap sangat sedikit hasil panen," tegas Amal.  

Sedangkan saat ini produksi Gabah nasional mencapai 75 juta ton. Jika rata-rata harga gabah kering panen (GKP) Rp 4.500 per kilogram, dan pemerintah membeli 50 persen saja dari produksi nasional, maka dibutuhkan dana lebih dari Rp 50 triliun.

Menurut Amal Alghozali, perlu dilakukan uji coba terbatas sebelum ide pengalihan subsidi ini dijalankan, agar tidak terjadi kekacauan yang justru merugikan petani. Saat ini masih terlalu banyak masalah dihadapi oleh petani, khususnya petani tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai. masalah yg dihadapi petani, bukan saja soal teknis budidaya tanaman, melainkan juga menyangkut permodalan, hama penyakit dan iklim yang tidak menentu.

Dia menambahkan, dalam memandang proses produksi pertanian, hendaknya tidak disamakan dengan proses produksi barang2 industri manufaktur yg semua aspek bisa dikendalikan oleh manajemen.

"Petani selalu dibayang-bayangi gagal panen. Seringkali harus menanam berulang, sehingga butuh benih dan pupuk lagi. Jika seperti ini kondisinya, siapa yang menanggung kerugian petani?"   kata Amal .

Ia menyarankan, pemerintah mengajak bicara semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam urusan produksi pertanian untuk diperoleh rumusan yang tepat sebelum benar-benar mengubah kebijakan subsidi untuk petani.   

Ketua Umum Persaudaraan Masyarakat Tani Indonesia (Permata) ini mengakui memang di lapangan sering terjadi penyelewengan pelaksanaan subsidi benih dan pupuk.

"Harus diakui banyak penyelewengan, pelakunya ada dari petugas, ada juga pedagang, tapi banyak juga petani yg nakal, menjual jatah pupuk subsidi ke perkebunan, kita semua harus serius membenahi," demikian Amal Alghozali. [zul]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya