Berita

Rupiah dan "In God We Trust"

RABU, 19 AGUSTUS 2015 | 01:56 WIB | OLEH: MUHAMMAD TAKDIR

NILAI mata uang rupiah tidak beranjak dari keterpurukan minggu ini. Meskipun lima pejabat baru telah dilantik mengisi kabinet hasil reshuffle, penguatan rupiah tak bergerak seincipun. Tetapi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang melakukan uji ketahanan (stress test) bersama sejumlah bank memberikan jaminan, rupiah mampu bertahan. Ambang batas psikologis pun dipatok hingga Rp 14.000 per satu USD.

Tak ada yang salah dengan sikap confidence itu. Kadang-kadang, tameng diperlukan untuk menyembunyikan bahwa kita tidak sedang panik. Publik perlu diberi keyakinan tentang dignity mata uang rupiah yang akan terus bertahan di tengah hempasan badai. Mata uang kita menjadi simbol dan kebanggaan nasional. Sehingga jikapun rupiah terkapar, ia tak boleh mati. Karena mati itu berarti "sudah". It's done!

Rupiah tidak seagung USD. Mata uang AS itu punya mantra kuat, "in god we trust". Beda dengan rupiah, tidak percaya Tuhan. Pecahan rupiah dalam nilai apapun tidak pernah bicara Tuhan. Mata uang kita agnostic atau atheis, tidak punya Tuhan. Justru lebih sering kita menjadikan rupiah sebagai Tuhan. Saking rendahnya strata komunitas rupiah, gambar monyet juga pernah dimasukkan ke dalamnya.


Ketika AS mengadopsi sihir "in god we trust" untuk mata uang mereka pada tahun 1956, referensinya jauh menusuk ke dalam jiwa sebuah bangsa. Setidaknya pada saat diwacanakan oleh Pendeta M.R. Watkinson seabad sebelumnya (1861), bangsa AS punya keinginan kuat melepaskan diri dari belenggu paganisme. Walau kemudian sesudahnya -justru dengan mata uangnya yang agung, AS membentuk pagan-pagan baru heathenism kapitalis. Pagan yang menghisap kekayaan alam dan lingkungan kita, menyedot rasa kemanusiaan dan keadilan di berbagai konflik dan kekerasan, serta pagan yang menelanjangi demokrasi yang tidak partisan dengan kepentingan mereka.

USD memang bukan tandingan rupiah. Ketika rupiah terpuruk, tak ada yang "menangisinya". Kata seorang pejabat tinggi, rupiah jatuh karena Tiongkok melakukan devaluasi yuan. Jika rupiah ambruk, mungkin karena the Fed-nya AS mengambil kebijakan pengurangan quantitative easing (QA). Banyak alasan yang diciptakan imajiner. Sekedar untuk tidak menyatakan bahwa kita sesungguhnya punya masalah terhadap rupiah!

Kita cenderung menghindari perdebatan terbuka dan jujur tentang "what's wrong with our economy". Rupiah hanyalah refleksi dari seluruh keterpurukan yang kita alami. Menlu AS, John Kerry bisa sebegitu luwesnya menyebut bahwa USD tidak akan lagi menjadi "global reserve currency" jika Kongres AS gagal menyetujui kesepakatan nuklir dengan Iran yang telah dirundingkan Presiden Obama.

Sedemikian tingginya, USD menjadi alasan mereka bertindak. Mata uang mereka adalah seal dalam perundingan tersebut. Bilamana Kongres membatalkan kesepakatan itu, kepentingan ekonomi para sekutu AS yang telah menyokong deal nuklir Iran bisa memaksa mereka meninggalkan USD. Dalam konteks rupiah kita, bayangan seperti itu terlalu jauh. Jangkauan rupiah masih lucrative sebatas urusan sandang, pangan dan papan. Kita tidak sampai berpikir "currency war". Terhadap rupiah, bangsa ini sama sekali tidak punya keyakinan.

Jangankan keyakinan terhadap Tuhan -"in god we trust", kepercayaan pada cetakan mata uang sendiripun hampir tak punya makna. Satu-satunya makna yang tersisa dan ironis bahwa rupiah bisa dipakai buat korupsi. [***]

Penulis adalah analis-kolumnis situasi internasional dan domestik. Saat ini sedang menetap di Jenewa, bisa dihubungi pada akun Twitter @emteaedhir.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya