Berita

ilustrasi/net

On The Spot

Kios Penggilingan Daging Disuruh Ikut Tutup 4 Hari

Harga Daging Sapi Tinggi, Pedagang Mogok Jualan
RABU, 12 AGUSTUS 2015 | 10:07 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Los-los daging sapi yang terletak di lantai dua Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur tampak kosong. Tak ada satu pun pedagang yang berjualan. Los-los itu terlihat bersih.

Los dari beton yang dilapis keramik putih ini dimanfaat­kan beberapa pedagang pasar ini untuk tempat istirahat. Ada yang main catur hingga tidur di atasnya.

Engkus, pedagang di pasar ini mengungkapkan, sejak Sabtu malam, para pedagang dag­ing sapi membereskan semua peralatannya. Mulai Minggu pagi, mereka sepakat untuk tidak berjualan.


Pada hari Minggu, sempat ada beberapa pedagang yang datang ke sini. Namun bukan untuk berjualan. "Mungkin masih ada barang-barang yang tertinggal," kata pria berlogat Sunda ini.

Engkus mendengar kabar, para pedagang daging sapi di pasar ini sudah sepakat mogok berjualan hingga Rabu, 12 Agustus 2015. Hari Kamis mereka akan kem­bali berjualan.

"Sekarang harga daging sapi itu Rp 130 ribu hingga Rp 140 ribu per kilo. Katanya, rugi kalau harus jual segitu. Soalnya tidak ada yang beli," kata pria asal Tasikmalaya ini.

Meski harga daging masih tinggi, tetap dicari masyarakat. "Kemarin sempat ada ibu-ibu yang marah-marah. Dia kaget kok semua (los daging) tutup. Dia lagi butuh daging sapi untuk kat­ering. Akhirnya si ibu coba cari di tempat lain," tutur Engkus.

Tak hanya pedagang dag­ing sapi yang mogok jualan. Beberapa kios penggilingan di pasar ini juga tak buka. Ada de­lapan kios penggilingan sapi di pasar ini. Semua pintu kios dari rolling door tertutup.

"Sabtu kemarin tiba-tiba kami dapat edaran dari pedagang sini untuk ikut mogok. Kami juga sebetulnya tidak mengerti masalahnya. Tapi dari pada kenapa-kenapa, ya kami ikut mogok," ungkap Koh Akien, salah seorang pemilik kios penggilingan daging.

Sebenarnya dia keberatan menutup kiosnya. Menurut dia, usahanya tidak ada kaitannya dengan mahalnya harga daging sapi yang dipersoalkan para pedagang.

"Kami kan cuma gilingin daging yang orang bawa ke sini. Kalau tidak ada yang datang, ya kami tidak giling. Jadi kami seharusnya tidak urusan," tukasnya.

Menurut Akien, para pelang­gan kebanyakan orang dari luar pasar. Ia tak tahu dari mana pelanggannnya membeli daging sapi yang akan digiling.

"Karena rumahnya dekat sini, digilingnya di sekitar sini. Maka seharusnya pekerjaan kami tidak ada pengaruhnya, terhadap para pedagang," tegasnya.

Akien merasa kasihan den­gan pelanggannya lantaran dia tutup kios. Ia menuturkan pada Minggu dini hari ada pedagang bakso yang datang untuk meng­giling daging. Lantaran kios tutup, mereka pulang.

"Ada yang ke sini sampai bawa gerobak, karena mau lang­sung jalan untuk jalan. Soalnya tempatnya biasa mangkal agak jauh. Tapi karena tutup, ya dia terpaksa balik badan, cari tempat penggilingan lain," terang pria berkacamata itu.

Awalnya, Akien ingin nekat tetap membuka kios penggil­ingan. Tapi pada hari Minggi, kiosnya didatangi pedagang sapi bersama orang tak dikenal. Mereka meminta kios ditutup sampai Rabu.

"Rupanya mereka tahu, saya dapat orderan untuk giling dag­ing untuk katering. Karena kha­watir terjadi sesuatu, orderan yang sudah mulai dikerjakan pun terpaksa kami batalkan," ungkapnya.

Lantaran harus menutup ki­osnya sampai Rabu, Akien ke­hilangan pendapatan sebesar Rp 4 juta. Omzet kiosnya per hari mencapai Rp 1 juta. "Lalu kerugian dari membatalkan order katering sekitar Rp 2 juta. Jadi total kami rugi Rp 6 juta," hitungnya.

Tak hanya itu, ia juga harus "merumahkan" empat pekerja yang selama ini membangunnya menggiling daging. Para pekerja diupah harian. "Kalau kios tutup, mereka tidak ada pekerjaan," katanya.

Untuk memperoleh penghasi­lan selama kios penggilingannya tutup, Akien berjualan bakso jadi. Pembelinya para pedagang bakso yang biasa menggiling daging di kiosnya.

"Karena tukang daging mogok jualan, banyak pedagang bakso yang akhirnya beli bakso jadi. Kami jual bakso jadi lebih murah dari tempat lain karena belinya banyak. Lumayan lah ada pe­masukan biarpun kecil," ujar Akien.

Pedagang Daging Mau Demo Dua Kementerian

Desak Pemerintah Stabilkan Harga

Para pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, mogok jualan sejak Minggu. Aksi ini dilakukan hingga Rabu. Dengan aksi ini, mereka berharap pemerintah segera bertindak menyikapi tingginya harga komoditas ini.

"Kalau tidak ada tangga­pan pemerintah, kami peda­gang akan turun ke jalan. Hari Kamis ini kami akan demo," kata Wahyudi, pedagang dag­ing sapi di pasar ini.

Bersama ratusan pedagang sapi lainnya, Wahyudi akan mendatangi kantor Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan). "Targetnya dua kementerian itu," katanya.

Ia membantah ada pihak yang mengompori aksi mogok jualan maupun unjuk rasa para pedagang daging sapi ini. "Sebetulnya kami juga rugi mogok jualan ini. Tapi mau bagaimana lagi, dari pada harga (daging sapi) tinggi terus. Kami jualan jadi nggak ada untungnya," katanya.

"Omset kami menurun hingga 50 persen. Saat ini harga daging sapi lebih mahal dibanding saat Lebaran kemarin," sebutnya.

Saat ini, harga daging sapi mencapai Rp 130 ribu per kilogram. Wahyudi menduga harga daging melonjak lan­taran pasokannya kurang.

"Biasanya dapat dari penjag­alan Cakung dan Cilangkap. Untuk satu pasar dipasok seki­tar 40 ekor sapi (dari penjag­alan)," jelas dia.

Wahyudi mengungkapkan, sejak pekan lalu dirinya hanya memotong satu ekor sapi. Sebelumnya dia memotong dua sapi untuk berjualan di Pasar Kramat Jati.

Para pedagang daging sapi Pasar Kramat Jati sempat me­nyatroni Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Senin lalu, usai meresmikan Depo Bapok Kita di pasar ini.

Sekitar 20 orang berpakaian putih dan mengenakan peci merangsek ke arah Mendag yang sedang diwawancarai wartawan.

Salah satunya Yusuf, yang mengaku pedagang daging sapi di pasar ini. Ia mempersoalkan seretnya pasokan daging yang membuat harganya terkerek tinggi. "Kata Bapak tadi (impor) 45 ribu (sapi) ya? Kok tidak ada di sini?" tanya Yusuf.

Menjawab pertanyaan ini, Mendag mengatakan akan beru­paya menstabilkan harga daging. "Oleh karena itu kami coba jaga supply dan demand-nya. Kita atur Pak," katanya. ***

Populer

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Menhut Kebagian 688 Ribu Hektare Kawasan Hutan untuk Dipulihkan

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:14

Jet Militer Libya Jatuh di Turki, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Tewas

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:05

Profil Mayjen Primadi Saiful Sulun, Panglima Divif 2 Kostrad

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:46

Nutrisi Cegah Anemia Remaja, Gizigrow Komitmen Perkuat Edukasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:41

Banser dan Regu Pramuka Ikut Amankan Malam Natal di Katedral

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:33

Prabowo: Uang Sitaan Rp6,6 Triliun Bisa Dipakai Bangun 100 Ribu Huntap Korban Bencana

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:11

Satgas PKH Tagih Denda Rp2,34 Triliun dari 20 Perusahaan Sawit dan 1 Tambang

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:43

Daftar 13 Stafsus KSAD Usai Mutasi TNI Terbaru

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:36

Prabowo Apresiasi Kinerja Satgas PKH dan Kejaksaan Amankan Aset Negara

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:35

Jelang Malam Natal, Ruas Jalan Depan Katedral Padat

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:34

Selengkapnya