Di tengah konflik internal yang menimpa sejumlah parÂpol, organisasi pendiri Partai Golkar Musyawarah KekeÂluargaan Gotong Royong (MKGR) tetap eksis. Organisasi yang pada tahun 1964 menginisiasi lahirnya Partai GolÂkar ini terus bertahan di tengah konflik dualisme partai.
Tak lama lagi ormas MKGR pun akan menggelar acara Musyawarah Besar (Mubes) VIII di Bandung, pekan ini, untuk memilih calon Ketua Umum MKGR masa bakti 2015-2020.
Salah satu nama disebut-sebut sebagai calon terkuat Ketua Umum MKGR, yakni Roem Kono, yang jauh-jauh hari sudah mendapat restu dari Ketua Umum Partai Golkar kubu Aburizal Bakrie (Ical) dan Agung Laksono untuk menjadi Ketua Umum MKGR.
Roem menyadari akan pentingÂnya keberadaan ormas MKGR di Partai Golkar. Katanya, jika orÂmas pendiri partai ini kuat, maka Partai Golkar pun akan berjaya di Pemilu 2019. "Saya maju sebagai calon ketum MKGR karena ingin menjadikan ormas ini sebagai instrumen atau jemÂbatan untuk menyatukan kemÂbali kekuatan Partai Golkar," katanya di Jakarta, kemarin.
Berikut Kutipan Selengkapnya:Bagaimana Anda melihat persoalan dualisme yang terÂjadi di internal Partai Golkar saat ini?Sebagai kader Golkar tentu saya prihatin. Makanya itu saya ingin berperan dan berkontriÂbusi menyatukan kembali pihak-pihak yang berbeda di partai, baik itu pihak Pak Aburizal ataupun Pak Agung yang sama-sama saya hormati.
Cara Anda menyatukan kembali pihak yang konflik di Partai Golkar?Banyak cara sebenarnya yang akan saya lakukan. Bisa melalui komunikasi personal dengan Pak Aburizal atau Pak Agung atau melalui komunikasi organisatoÂris melalui MKGR.
Komunikasi organisatoris maksudnya?Begini, dengan menjadi Ketua Umum MKGR. Melalui ormas pendiri Golkar ini saya lebih memiliki instrumen atau kekuaÂtan untuk berkomunikasi secara egaliter dengan Pak Aburizal dan Pak Agung. Tentunya sebaÂgai kader Partai Golkar, kapasiÂtas saya tetap anak buah beliau. Tidak akan saya melangkahi.
Apakah harus sampai memimpin ormas pendiri?Memang tidak mutlak. Tapi untuk menyatukan kembali Partai Golkar itu salah satunya caranya. Kita perlu memiliki perangkat organisasi dari daerah hingga pusat. Nah MKGR ormas besar yang memiliki kader dari Sabang-Merauke. Dengan banÂtuan dan melibatkan kader ini, strategi rekonsiliasi yang sudah ada di benak saya bisa lebih efektif diejawantahkan.
Pak Aburizal dan Agung sudah tahu Anda akan maju sebagai calon Ketua Umum MKGR?Tentu dong. Saya sudah lapor, dan Alhamdulillah mendapat restu dari Partai Golkar, Pak Aburizal Bakrie dan Pak Agung untuk menjadi calon Ketua Umum MKGR. Jika saya terÂpilih, saya akan membuka diri menjadi cerminan rekonsiliasi kedua belah pihak, yakni Pak Ical dan Pak Agung. Mereka negarawan-negarawan besar tidak mungkin mereka mem-
block kader-kadernya yang ingin sumbangsi.
Apa memang keberadaan MKGR di Partai Golkar cuÂkup diperhitungkan?Nggak usah diragukan soal itu. MKGR itu ormas yang turut membidani kelahiran Golkar. Sejak awal MKGR merupakan salah satu dari pilar-pilar Golkar. Kala itu, dalam komitmennya, MKGR sudah berhasil melakÂsanakan fungsi-fungsi seperti pendidikan, ekonomi dan sosial di Golkar. Ormas ini juga banyak melahirkan banyak tokoh pentÂing Golkar. Karena itu MKGR diperhitungkan.
Khusus untuk MKGR, buÂkan Golkar. Kenapa Anda ingin menjadi Ketua Umum?Saya mencalonkan diri sebaÂgai kandidat ketua umum pada Mubes karena ingin membesarÂkan ormas ini. Saya sudah memiÂliki pengalaman dan turut membÂesarkan organisasi ini. Pernah menjabat sebagai Bendahara Umum, Sekretaris Jenderal dan terakhir Wakil Ketua Umum. Saya berharap melangkah ke jenjang kepemimpinan puncak di organisasi ini, yakni menjadi Ketua Umum. ***