Berita

dr Saleh Partaonan Daulay

Peserta Muktamar Muhammadiyah harus Cari Solusi atas Berbagai Persoalan Bangsa

SELASA, 04 AGUSTUS 2015 | 16:30 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Peserta Muktamar Muhammadiyah ke-47 diharapkan tidak hanya fokus pada persoalan regenerasi dan pemilihan pimpinan persyarikatan. Sebab, banyak persoalan dan dimensi kehidupan berbangsa yang menunggu uluran tangan Muhammadiyah.

Demikian disampaikan mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, DR. Saleh Partaonan Daulay dalam keterangannya petang ini (Selasa, 4/8).

"Setelah pemilihan pimpinan, agenda muktamar Muhammadiyah berikutnya adalah sidang-sidang komisi. Sidang komisi itu tentu akan membicarakan program dan isu-isu strategis yang akan dilaksanakan dalam lima tahun ke depan. Momentum sidang komisi itu tentu sangat tepat untuk membicarakan isu-isu kebangsaan kontekstual kontemporer," ungkap Saleh.

Apalagi di saat semua elit politik melupakannya, sudah sewajarnya Muhammadiyah melakukan advokasi publik bagi kepentingan bangsa.

Di antara isu penting dan strategis yang perlu dipikirkan muktamirin adalah tentang penyediaan lapangan pekerjaan, pemberdayaan petani dan nelayan, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, perlindungan TKI di luar negeri, pemeliharaan lingkungan, dan lain-lain. Isu-isu dinilai sebagai isu yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Karena itu, dakwah Muhammadiyah harus menyentuh wilayah itu.

"Pemerintah tentu sudah memikirkan hal itu. Namun, pemerintah tentu tidak bisa sendiri. Pemerintah memerlukan ormas-ormas besar seperti Muhammadiyah. Apalagi, Muhammadiyah sudah lama berhasil menunjukkan karyanya bagi bangsa dan negara ini," jelas Ketua Komisi VIII DPR RI ini.

Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, misalnya, menjadi isu penting dan membutuhkan perhatian khusus. Apalagi, kasus-kasus terakhir yang belakangan ini terjadi membuka mata hati semua pihak betapa dalam bidang ini kita masih sangat lemah.

Program-program pemberdayaan dan perlindungan anak harus betul-betul menyentuh dan berdampak luas. Dengan begitu, masa depan bangsa ini menjadi semakin cerah dan menjanjikan.

"Contoh kecil saja. Tayangan program-program di TV-TV kita masih banyak yang belum ramah anak. Kalau dipersentasi, tayangan program bagi orang dewasa masih lebih dominan. Anak-anak yang mestinya difasilitasi untuk bermain dan belajar seakan terlupakan," imbuhnya.

Begitu juga perlindungan TKI dan TKW. Para pahlawan devisa itu sering sekali menemukan masalah di luar negeri. Selain berhadapan dengan masalah hukum, tidak jarang mereka tidak memiliki dokumen kerja sebagaimana semestinya. Dan anehnya, banyak pihak yang kurang begitu memperhatikan.

Belum lagi, di negara-negara yang TKI nya banyak, pernikahan antara sesama mereka sering tidak dicatatkan. Padahal, sebagai warga negara mereka memiliki hak-hak sipil yang harus dipenuhi.

Akibatnya, anak-anak yang lahir dari pernikahan tidak tercatat itu juga bermasalah. Setidaknya, mereka tidak diakui sebagai warga negara karena tidak bisa dibuatkan akta kelahirannya. Anak-anak ini suatu waktu bisa menjadi kelompok stateless (yang tidak memiliki kewarganegaraan).

"Dalam sidang komisi-komisi nanti, Muhammadiyah bisa saja merekomendasikan agar pemerintah membuka atase agama di negara-negara yang jumlah TKI-nya besar. Rekomendasi seperti itu tentu diperhatikan oleh pemerintah," demikian Saleh Partaonan Daulay ini. [zul]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Aceh Selatan Terendam Banjir hingga Satu Meter

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:58

Prabowo Bertemu Elite PKS, Gerindra: Dukungan Moral Jelang Pelantikan

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:39

Saham Indomie Kian Harum, IHSG Bangkit 0,54 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:26

Ini Alasan Relawan Jokowi dan Prabowo Pilih Dukung Rido

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:19

Transisi Pemerintahan Jokowi ke Prabowo Ukir Sejarah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:54

Pensiun Jadi Presiden, Jokowi Bakal Tetap Rutin Kunjungi IKN

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:42

Sosialisasi Golden Visa Bidik Top Investor di Bekasi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:31

Soal Kasus Alex Marwata, Kapolda Metro: Masalah Perilaku Kode Etik yang Jadi Pidana

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:26

Kontroversi Gunung Padang: Perdebatan Panjang di Dunia Arkeolog

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:20

ASDP Ajukan Praperadilan Buntut Penyitaan Barbuk, KPK Absen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:17

Selengkapnya