Berita

natalius pigai

Komnas HAM: Rencana Istana Anggarkan Rp 2,6 M untuk Mantan Tapol Berbahaya

SENIN, 13 JULI 2015 | 21:16 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Komnas HAM mengkritisi rencana pemerintah akan menggelontorkan dana sebesar Rp 2,6 milar untuk lima mantan tahanan politik, yang dibebaskan Presiden Joko Widodo bulan Mei lalu.

Menurut Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai, penyelesaikan masalah HAM di Papua yang bersifat pragmatis, gradual dan parsial sangat berbahaya.

Karena tidak akan menyelesaikan persoalan substantif, yaitu pemenuhan hak-hak dasar rakyat Papua, menyelesaikan labilitas integrasi politik dan memutus mata rantai kejahatan kemanusiaan di Papua.

"Maka Kebijakan pragmatis menyelesaikan Papua dengan uang dan materi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini patut diwaspadai," tegas Pigai dalam keterangannya malam ini (Senin, 13/7).

Komnas HAM menginginkan pemerintah menyampaikan secara terbuka apa grand design penyelesaian menyeleluruh masalah Papua.

Berdasarkan pemantauan Komnas HAM terhadap para tahanan politik, mereka ditahan karena adanya kekerasan, ketidakadilan, konflik politik dan juga kejahatan kemanusiaan. "Oleh karena itulah yang harus menjadi kebijakan pemerintah dalam menangani masalah Papua," tegasnya.

Lima tapol yang diberikan grasi oleh Presiden Jokowi adalah adalah Apotnalogolik Lokobal (20 tahun penjara di Biak), Numbungga Telenggen (seumur hidup di Biak), Kimanus Wenda (19 tahun di Nabire), Linus Hiluka (19 tahun di Nabire) dan Jefrai Murib (seumur hidup di penjara Abepura).

Kelimanya terkait kasus pembobolan gudang senjata Kodim Wamena pada April 2003.

Soal pemberian fasilitas kepada mantan tapol itu disampaikan Staf Khusus Presiden Lenis Kogoya. Dia menjelaskan, Pemerintah akan menganggarkan sedikitnya Rp2,6 miliar untuk memberikan fasilitas kepada para mantan tapol tersebut, diantaranya pemberian rumah dan mobil. [zul]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

CEO Coinbase Umumkan Pernikahan, Netizen Seret Nama Raline Shah yang Pernah jadi Istrinya

Kamis, 10 Oktober 2024 | 09:37

UPDATE

Aceh Selatan Terendam Banjir hingga Satu Meter

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:58

Prabowo Bertemu Elite PKS, Gerindra: Dukungan Moral Jelang Pelantikan

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:39

Saham Indomie Kian Harum, IHSG Bangkit 0,54 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:26

Ini Alasan Relawan Jokowi dan Prabowo Pilih Dukung Rido

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:19

Transisi Pemerintahan Jokowi ke Prabowo Ukir Sejarah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:54

Pensiun Jadi Presiden, Jokowi Bakal Tetap Rutin Kunjungi IKN

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:42

Sosialisasi Golden Visa Bidik Top Investor di Bekasi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:31

Soal Kasus Alex Marwata, Kapolda Metro: Masalah Perilaku Kode Etik yang Jadi Pidana

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:26

Kontroversi Gunung Padang: Perdebatan Panjang di Dunia Arkeolog

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:20

ASDP Ajukan Praperadilan Buntut Penyitaan Barbuk, KPK Absen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:17

Selengkapnya