. Komunikasi Presiden Joko Widodo atau Istana dengan publik masih sangat buruk. Hal ini terbukti dengan sejumlah respons masyarakat dengan sentimen negatif yang sangat tinggi sebagaimana tergambar dalam lalu lintas informasi dan komunikasi di sosial media.
Komunikasi dan perbincangan di sosial media pun terkonfirmasi oleh survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Hasil survei menunjukkan bahwa legitimasi kinerja pemerintah Jokowi dipertanyakan elite dan rakyat pada umumnya. Legitimasi terhadap kinerja Presiden Jokowi menjadi defisit dalam approval rating-nya. Tingkat kepuasan atas kinerja Presiden Jokowi setahun terpilih sebagai Presiden juga sangat rendah, hanya 40,7 persen.
Belum lagi komunikasi-komunikasi lain dari Istana yang mengundang cibiran dan sindiran dari publik. Sebut saja misalnya terkait dengan utang pada IMF atau hari kelahiran Soekarno.
Siapa yang harus bertanggungjawab atas kondisi ini? Sebab faktanya, diakui sejumlah elit, bahwa memang Jokowi itu baik. Banyak juga kebijakan-kebijakan pemerintahan Jokowi yang benar-benar membenahi sisa persoalan dari masa lalu. Lalu kenapa kesan negatif itu terus menerus menerpa seakan Istana dan Jokowi itu tidak ada benarnya.
Kini mulai ramai sementara pihak yang menilai kegagalan komunikasi ini menjadi tanggung jawab Tim Komunikasi Kepresidenan, khususnya Teten Masduki. Dalam satu kesempatan, Teten menjelaskan bahwa Tim Komunikasi lebih banyak bekerja di
back office untuk membantu Presiden menyiapkan bahan-bahan apa yang harus disampaikan ke publik, atau memilih mana yang tidak perlu. Tugas tim ini juga adalah bagaimana agar pesan Presiden sampai ke masyarakat.
Teten merapat pada PDI Perjuangan pada Pilkada Jawa Barat 2012, berpasangan dengan Rieke Diah Pitaloka. Setelah kalah dalam Pilkada, Teten lenyap dari perbincangan publik. Nama Teten kembali muncul saat Pilpres. Saat itu, di tengah kondisi Pilpres yang cukup memanas, nama Teten juga sempat diperbincangan di sementara elit PDI Perjuangan. Teten dinilai tak punya keberanian membela Jokowi dan tak mau melaporkan pada polisi terkait dengan isu-isu yang menerpa Jokowi saat itu. Lagi-lagi, akhirnya kader-kader dan politikus PDI Perjuangan yang pasang badan membela Jokowi.
Kini, di tengah isu
reshuffle, Teten disebutkan sebagai orang yang membawa ekonom-ekonom neoliberal datang ke Istana. Ada ekonom yang sampai menilai bahwa Jokowi telah salah memilih nama-nama yang diusulkan oleh Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto dan Teten Masduki untuk membicarakan kondisi ekonomi saat ini. Ekonom lain menilai wajar sebab memang Teten bisa dikatakan sebagai bagian dari jejaring neoliberal.
Terkait dengan
reshuffle ini, Teten pun kembali dipertanyakan. Lebih-lebih satu ketika dengan penuh kepastian ia mengatakan bahwa Sri Mulyani dalam posisi aman bila memang ada
reshuffle. Respons bermunculan, termasuk dari Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Hal ini semakin membuktikan penilaian sebagian politisi bahwa ternyata tim komunikasi bukan membuat komunikasi antara Presiden dan publik efektif, melainkan justru membuat runyam dan memancing kegaduhan.
[ysa]