Berita

RATNA SARUMPAET/NET

CALON PIMPINAN KPK

Ratna Sarumpaet, Perempuan Tanpa Rasa Takut

SELASA, 30 JUNI 2015 | 02:26 WIB | LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI

. Akhirnya, Ratna Sarumpaet memastikan akan mendaftarkan diri sebagai calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pendaftran akan dilakukan Ratna pada Selasa siang besok (30/6).

Selama ini, Ratna dikenal sebagai perempuan tanpa rasa takut. Gaya bicara Ratna sangat terbuka dan blak-blakan. Ratna selalu bicara tanpa basa-basi, menyampaikan hal yang ia yakini sebagai kebenaran, atau menggugat suatu masalah yang ia anggap keliru, salah, tak masuk akal atau merugikan kepentingan bangsa.

Sejak zaman Orde Baru, nama Ratna sudah bekibar, lebih-lebih setelah muncul kasus Marsinah, buruh kecil yang ditemukan terbunuh di hutan jati di Madiun. Setelah meneliti kasus Marsinah, Ratna pun membuat drama berjudul Marsinah; Nyanyian Dari Bawah Tanah.


Di tengah musim kampanye tahun 1997, Ratna bergabung dalam kampanye Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sebagai upaya menentang rezim Orba. Dalam kampanye yang dikurung ketat aparat polisi di sepanjang jalan Warung Buncit, Ratna Cs mengusung sebuah keranda bertuliskan "Demokrasi." Karena aksi ini, Ratna Cs ditangkap dan diinterogasi selama 24 jam.

Di tahun yang sama, Ratna melahirkan karya monolog "Marsinah Menggugat." Karya ini hadir setelah polisi menutup kasus pembunuhan Marsinah dengan dalih DNA korban terkontaminasi. Ratusan pasukan anti huru-hara bersenjata dan tank, membubarkan pertunjukan monolog ini saat pentas di Surabaya, Bandung dan Bandar Lampung.

Akhir 1997, Ratna mengumpulkan 46 LSM dan Organisasi-organisasi Pro Demokrasi di kediamannya. Hasil pertemuan ini, lahir  Aliansi Siaga, sebagai organisasi pertama yang secara terbuka menyerukan agar Suharto turun.

Perjalanan dan perjuangan Ratna ini pernah direkam dan diabadikan oleh ARTE, sebuah stasiun televisi Perancis. Dalam film dokumenter berjudul The Last Prisoner of Soeharto, Ratna disebut sebagai pejuang HAM.

Sementara di Tokyo, Ratna  menerima "The Female Special Award for Human Rights" dari The Fondation of Human Rights in Asia. Award khusus ini hingga hari ini baru diberikan pada dua perempuan: Aung San Suu Kyi dan Ratna Sarumpaet. [ysa]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya