Opsi Munas Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar yang dimotori Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) bisa berdampak positif atau negatif.
Positifnya, partai berlamÂbang pohon beringin itu bisa dipersatukan bila Munaslub diterima kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono.
Negatifnya, konflik di Partai Golkar bisa semakin rumit. Sebab, sudah ada tiga kubu kekuatan, yakni kubu Aburizal Bakrie (Ical), Agung Laksono, dan Tommy Soeharto. Konflik dua kubu saja sulit diselesaikan, apalagi tiga kubu.
Terlepas apa pun nanti hasilÂnya, yang jelas menurut asisten pribadi yang juga staf khusus bidang politik Tommy, Tri Joko Susilo, hingga kini dukungan dari DPD I dan DPD II agar Golkar menggelar Munaslub terus berdatangan. Saat ini sudah 28 DPD I yang setuju digelar Munaslub. Mereka orientasinya menyelamatkan Partai Golkar.
Menanggapi hal itu, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar hasil Munas Bali, Akbar Tandjung mendukung Munaslub tersebut.
"Itu opsi untuk menyelamatkan Partai Golkar dari konflik yang terÂus berkepanjangan. Saya dari dulu sudah mengusulkan Munaslub," papar Akbar Tandjung kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Anda pernah bertemu Tommy dan Ical, apa yang dibiÂcarakan?Sekitar tiga minggu lalu, meÂmang Mbak Titiek Soeharto (Siti Hediati Hariyadi, Wakil Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Bali) mengundang saya dan Ical habis shalat Jumat, di kantornya Mas Tommy.
Mas Tommy waktu itu juga memperlihatkan kegelisahanÂnya. Kemudian timbul gagasan pentingnya Munaslub. Itu disÂampaikan di depan Pak Ical dan saya.
Sebelumnya Anda lebih dulu melempar wacana Munaslub, kok bisa pemikirannya sama dengan Tommy?Mbak Titiek setelah pertemuan itu juga sempat bertanya; Bang Akbar, sebelum pertemuan itu pernah ketemu atau tukar pikiran dengan Mas Tommy. Saya jawab; tidak. Soal pemikiran yang sama, barangkali Mas Tommy juga menilai bahwa cuma itu cara yang paling tepat.
Mbak Titiek mengira pemikiran Mas Tommy mengenai Munaslub itu datangnya dari saya. Padahal saya belum pernah ketemu denÂgan beliau (Tommy) sebelumnya untuk membicarakan itu.
Dalam pertemuan itu, baÂgaimana sikap Ical?Pak Ical menjelaskan saja apa langkah-langkah dia mau dilakukan ke depan, yaitu melalui proses pengadilan itu.
Jika Munaslub ini diselengÂgarakan, bagaimana memastiÂkan agar tidak ada pihak yang dirugikan?Masing-masing pihak, baik dari kubu Agung maupun Ical menunjuk dua orang Plt (pelakÂsana tugas). Unsurnya, senior satu orang dan kalangan muda satu orang. Plt ini nanti yang bertugas menyelenggarakan Munaslub.
Apa Ical setuju saat itu?Kata Pak Ical; saya kan sudah punya sikap, saya tidak setuju dengan Munaslub.
Kalau begitu, apa Munaslub bisa jalan?Munaslub ini tentu harus disepakati secara bersama. Ini dimaksudkan untuk islah.
Apa alasan Ical menolak?Waktu itu Ical berpendapat; ah, masak kita konflik-konflik kok langsung (diselesaikan) di Munas. Biaya Munas itu kan mahal, disebut-sebut oleh beliau ratusan miliar. Kita tempuh saja melalui hukum. Negara kita kan negara hukum, beliau bilang begitu.
Apa respons Anda dengan jawaban Ical itu?Pak Ical, saya sih oke-oke saja. Saya sepakat ditempuh melalui hukum. Cuma apakah kita bisa jamin bahwa itu selesai jauh sebelum pilkada dimulai. Jawab Ical; bisa, saya yakin.
Bukankah penyelesaian lewat jalur hukum itu lebih lama?Kami memperkirakan peÂnyelesaian lewat pengadilan pasti lama. Kami juga mengÂkhawatirkan bisa mengganggu keikutsertaan Golkar dalam pilkada 2015.
Waktu itu memang belum ada peraturan secara detail dari KPU mengenai penyelengÂgaraan pilkada. Tapi semuanya sudah mengetahui bahwa 2015 ada pilkada serentak. ***