Berita

Heri Listyawati/net

On The Spot

Tulis Pesan di Facebook, Tanya "Tidur di Mana?"

Chatting Terakhir Lilis Dengan Anaknya
SELASA, 12 MEI 2015 | 06:41 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Belasan pemuda bercengkerama santai di balai teras rumah besar bergaya etnik Jawa di Jalan Kyai Haji Agus Salim Nomor 57, Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan, Jogjakarta. Para pemuda itu mengelilingi dan menghibur Fitra Amrullah, 19 tahun, putra sulung pasangan Burhan Muhammad-Heri Listyawati.
 
Ayah Fitra adalah Duta Besar RI untuk Pakistan. Helikopter ditumpangi orang tuanya jatuh saat menghadiri undangan pe­luncuran proyek pemerintah Pakistan di Gilgit, Balkistan, Jumat (8/5). Listyawati meninggal. Sedangkan Burhan menderita luka bakar parah.

Di rumah besar Burhan yang bergaya etnik Jawa dengan dominasi kayu dan ukiran itu, keluarga tampak belum mempersiapkan acara doa bersama dan penyambutan jenazah. Seluruh perabotan masih tertata seperti semula. Tak ada tenda bagi pe­layat.

Meski tengah berduka karena ibunya meninggal, putra sulung Burhan itu tampak tabah. Mahasiswa semester II jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu dengan sabar melayani rekan dan sahabatnya yang terus berdatangan untuk mengucapkan belasungkawa.

Dengan teman-teman kampus­nya pun pemuda berperawakan kurus itu masih sempat membicarakan beberapa kegiatan kam­pus yang hendak dilakukan.

"Terakhir komunikasi dengan ibu lewat Facebook sehari sebe­lum kejadian. Beliau menulis pesan, tapi saya baru baca esok paginya," ujar Fitra.

Dia mengaku lebih sering berkomunikasi dengan ibunya melalui dunia maya. Di hala­man pesan Facebook milik Fitra, Lilisâ€"panggilan Listyawatiâ€" menanyakan aktivitas kesehar­ian putranya itu. Baik keluarga Burhan maupun Lilis tinggal tak terlalu jauh, hanya terpaut kam­pung kurang dari satu kilometer yang masih masuk area Jeron Beteng-Pasar Ngasem.

"Ibu hanya cuma nanya kabar saya. Lalu dia tanya saya tidur di mana, di rumah eyang atau rumah sendiri," kenang Fitra.

Fitra mengatakan, sejak kabar kecelakaan diterima keluarganya di Jogja, ia baru bisa berkomu­nikasi dengan adiknya, Yoga Sulistyo Burhan, 17 tahun, yang tinggal bersama dengan ayah-ibunya di Pakistan.

"Bapak belum bisa berkomu­nikasi karena masih dirawat di rumah sakit. Baru adik yang bisa dikontak," ujar Fitra.

Fitra menuturkan, dirinya tera­khir kali bertemu dengan ibunya sepekan lalu. Saat itu ibunya se­dang mengantar adiknyaâ€"yang telah lulus sekolah menengah atas di Pakistanâ€"menjalani men­jalani tes masuk jurusan hubun­gan internasional Universitas Gadjah Mada.

"Tidak ada firasat apa-apa, semua normal, ibu tak bilang apa-apa yang aneh," tukasnya.

Fitra mengaku pasrah dan ikhlas atas kejadian nahas terse­but. Ia kini hanya berharap bisa bertemu dan mengucapkan salam perpisahan terakhir untuk ibunya, yang rencananya akan dimakamkan di Jogjakarta.

"Saya belum dapat kabar kapan ibu akan sampai Yogya. Saya doakan amal ibadah ibu diterima Allah," katanya.

Lilis tercatat sebagai dosen hukum agrarian di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia sering bolak-balik Jogja-Pakistan untuk mendamp­ingi suaminya. Ibu mertua Lilis, Imtihanah Hudan (86) menceri­takan menantunya aktif dalam kegiatan sosial masyarakat. Seperti pengajian, PKK, dan arisan di kampung.

"Sering pulang, semingguan kemarin baru pulang. Cerita kalau senang anaknya diterima di UGM," kata Imtihanah Hudan di rumah duka.

Adik korban, Rohmi Afiati (48) menceritakan, Lilis adalah sosok yang sederhana dan sabar. Sehari-harinya jika tidak di Pakistan memang di rumah dan ak­tif mengajar serta bersosialisasi dengan masyarakat.

Sabtu sore, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melayat di rumah duka. Menlu atas nama pemerintah Indonesia me­nyampaikan bela sungkawa atas musibah tersebut. Jenazah sudah berhasil di evakuasi dan dibawa ke Islamabad. Selanjutnya akan diterbangkan ke Indonesia.

"Pemerintah mengirim Direktur perlindungan WNIDi Luar Negeri untuk membantu pemulangan jenazah. Kita akan berusaha yang terbaik untuk bantu pemulangan jenazah," kata Retno.

Saat mengumumkan kecelakaan ini kepada wartawan Jumat lalu, raut wajah Retno tampak sepi. Suaranya bergetar ketika menyampaikan kabar duka ini.

Ia menceritakan Lilis mene­mani suaminya yang ditugaskan menjadi Dubes di Islamabad, sejak menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Republik Islam Pakistan pada tanggal 18 November 2012.

"Kami menyampaikan bela­sungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya ibu Heri Listyawati Burhan. Semoga be­liau diterima di sisi-Nya dan ke­luarga yang ditinggalkan diberi­kan kekuatan," kata Retno.

Retno mengatakan, pemerin­tah saat ini tengah berfokus un­tuk dapat mengevakuasi dan me­mulangkan jenazah ke Indonesia. Selain itu, pihak Kemenlu juga akan berkoordinasi dengan Kedubes RI di Islamabad, dan Kedubes Pakistan di Jakarta, un­tuk memastikan Dubes Burhan mendapatkan perawatan medis yang memadai.

"Ibu Menlu sengaja secara khusus menyampaikan berita ini secara langsung karena yang meninggal adalah sahabat beliau," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir.

Setelah selesai memberikan pernyataan, Retno Marsudi lang­sung masuk ke ruangan dan tidak menggelar sesi tanya-jawab dengan wartawan.

Taliban Klaim Tembak Heli Pakai Misil
 
Taliban mengaku bertanggung jawab atas jatuhnya helikopter di kawasan Gilgit, Baltistan, dekat wilayah perbatasan Pakistan. Kecelakaan itu menewaskan enam orang, termasuk istri Duta Besar Indonesia untuk Pakistan Burhan Muhammad, yaitu Heri Listyawati.

Taliban mengaku menjatuh­kan helikopter itu dengan me­nembakkan misil dari darat ke udara. Saat menembakkan mi­sil, Taliban menargetkan untuk membunuh Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif. Tapi PM Sharif menggunakan helikopter lain.

"Kelompok spesial Tehreek-e-Taliban telah menyiapkan rencana istimewa untuk me­nargetkan Nawaz Sharif dalam kunjungannya. Tapi dia selamat karena menggunakan helikopter lain," kata juru bicara Talilban, Muhammad Khorasani.

Meski begitu, klaim Taliban ini dianggap tidak kuat. Sebab, Gilgit selama ini dikenal bukan sebagai wilayah yang dikuasai Taliban, atau kelompok militan yang menjadi musuh bagi pe­merintah Pakistan.

Saksi mata di lapangan tidak ada bunyi tembakan saat pesawat jatuh. Sejumlah saksi mata yang ada di tiga helikopter lainnya, yang juga bagian dari rombon­gan yang akan menghadiri acara yang sama, juga menuturkan hal yang sama. Sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa helikopter itu ditembak jatuh, seperti disampaikan Taliban dalam klaimnya.

Atase Pertahanan Pakistan untuk Indonesia Kolonel Muhammad Shahid Siddeeq juga membantah klaim tersebut. Dia mengatakan, kecelakaan helikopter tersebut tidak disebabkan serangan dari kelompok bersenjata.

"Tidak ditembak Taliban, lokasi kecelakaan berada di ped­alaman, namun bukan wilayah konflik," kata Kolonel Siddeeq.

Siddeeq mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki penyebab kecelakaan helikopter itu. Namun dugaan sementara, helikopter tersebut jatuh karena mesinnya mengalami kerusakan.

"Kementerian Pertahanan masih meneliti peristiwa jatuhnya helikopter ke sebuah sekolah, yang juga menyebabkan satu gedung terbakar," tandasnya.

Kecelakaan heli ini menyebab­kan 6 orang tewas, antara lain istri Dubes RI, Dubes Norwegia, Dubes Filipina, dan istri Dubes Malaysia. Sementara beberapa diplomat lainnya terluka ketika helikopter Mi-17 jatuh di atas bangunan sekolah di Gilgit yang dikelilingi hutan pinus dan pegu­nungan salju. Beruntung tak ada anak-anak di sekolah pada saat itu.

Sempat Berputar-putar Sebelum Timpa Sekolah
Jatuh Dari Ketinggian 250 Meter

Kecelakaan helikopter yang menewaskan istri Duta Besar RIuntuk Pakistan, Heri Listyawati terjadi di Gilgit, Baltistan, Jumat. Ketika itu Lilis tengah mendamping suaminya Burhan Muhammad menghadiri undangan dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Pakistan.

Undangan tersebut dilayangkan dalam rangka melaksanakan program Visit of Resident Ambassadors/ High Commissioners to Gilgit-Baltistan, yang diagendakan ber­langsung 8-11 Mei 2015.

Total peserta yang ikut dalam program tersebut berjumlah 57 orang (32 laki-laki, 20 perem­puan dan 5 anak), yang terdiri atas 30 kepala perwakilan/duta besar beserta keluarganya. Juga ada pejabat Pakistan.

Para peserta berangkat dari Pangkalan Udara Nur Khan di Islamabad menggunakan pesawat pada pukul 8.30 pagi waktu setempat. Pesawat yang mereka tumpangi ter­bang menuju wilayah Gilgit- Baltistan, yang terletak di sebelah utara Pakistan.

Tiba pukul 09.30, rombonganditerima pihak pemerintahan Gilgit-Baltistan. Ada pun ja­rak antara Islamabad-Gilgit, sekitar 480 kilometer, atau 1 jam perjalanan menggunakan pesawat.

Kemudian pada pukul 10.30, rombongan melanjutkan per­jalanan ke Naltar Valley, di wilayah Gilgit-Baltistan menggunakan 4 helikopter MI-17. Kendaraan yang ditumpangi Dubes Burhan dan istrinya berisikan 17 orang. Terdiri 11 warga asing dan enam Pakistan.

"Dalam perjalanan menuju Naltar Valley, sekitar pukul 12 siang waktu setempat diberita­kan bahwa 1 (satu) helikopter MI-17 dengan penumpang 17 orang mengalami crash land­ing," demikian keterangan yang dirilis Kedubes RI di Pakistan.

Seorang warga Pakistan, Shakil Ahmed menuturkan, di­rinya melihat helikopter terse­but jatuh menghantam atap sekolah Naltar Snow School yang berjarak hanya sekitar 100 meter dari rumahnya.

Ketika itu, kata dia, Helikopter tersebut sudah sangat dekat dengan helipad. "Ketinggian helikopter saat itu masih seki­tar 250 meter di atas sekolah," ujar Ahmed.

Menurut Ahmed, helikopter tersebut sempat berputar be­berapa kali, dan mencoba untuk mendarat sebelum akhirnya jatuh menimpa sekolah. Gedung sekolah tersebut pun terbakar.

Tak berapa lama, pihak militer Pakistan datang, dan lang­sung menutup sekolah tersebut. "Untungnya, tidak ada anak di sekolah karena ini adalah hari libur untuk alasan keamanan. Helikopter tersebut terbakar selama lebih dari satu jam," tutur Ahmed.

Mendapat informasi kecelakaan itu, pihak Kedubes RI di Islamabad segera menghubungi pihak-pihak terkait termasuk se­cara langsung memberikan note verbal ke Kemenlu Pakistan, untuk mengonfirmasi beri­ta jatuhnya helikopter, dan mengetahui keselamatan Duta Besar RI beserta istri.

Secara informal, Kemenlu Pakistan kemudian membe­narkan peristiwa tersebut dan menyatakan Dubes RI menga­lami luka-luka, sementara istri Dubes RImeninggal dunia.

Saat ini, Duta Besar RI tengah mendapat perawatan di The Combined Military Hospital, Jutial, wilayah Gilgit- Baltistan, atau berjarak 30 kilometer dari tempat kejadian. Dikabarnya, Burhan menga­lami luka bakar parah.

Enam orang tewas dalam insiden tersebut yakni dua pilot warga negara Pakistan; Dubes Norwegia untuk Pakistan, Leif Larsen; Dubes Filipina untuk Pakistan, Domingo Lucenario; istri dari Dubes Malaysia untuk Pakistan; serta Hery Listyawati.

Sementara itu, Duta Besar Belanda untuk Pakistan, Marcel de Vink, dan Duta Besar Polandia untuk Pakistan, Andrzej Ananics dilaporkan terluka. Kemudian Duta Besar Kanada, Afrika Selatan, Lebanon dan Romania disebut juga berada dalam helikopter tersebut.

Sabtu (9/5), pukul 10.00 waktu setempat, militer Pakistan membawa jenazah istri Duta Besar RIuntuk Pakistan, Hery Listyawati ke Islamabad.

Prajurit Pakistan membentuk barisan kehormatan, menerima peti mati, yang terbungkus bendera nasional dan dihiasi dengan karangan bunga, saat pesawat yang membawa mereka dari Gilgit, tiba di Islamabad. Upacara ini disiarkan langsung di televisi Pakistan. Para diplomat, berpakaian hitam-hitam, dan petinggi militer, termasuk kepala militer Jenderal Raheel Sharif, hadir di bandara. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Jadi "Pengacara", Anies Ajak Publik Berjejaring di LinkedIn

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:09

Prabowo Tak Perlu Ganti Kapolri

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:05

Zaken Kabinet Prabowo Bakal Rekrut Profesional dari Parpol?

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:52

KPK Amankan Uang Lebih dari Rp10 Miliar dalam OTT di Kalsel

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:32

4 Boks Dokumen Disita Kejagung dari 5 Ruangan KLHK

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:23

Adi Prayitno: Sistem Pilkada Serentak Perlu Dievaluasi

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:00

Pemuda Katolik Sambut Baik Pengangkatan Uskup Bogor jadi Kardinal

Senin, 07 Oktober 2024 | 18:49

Andra Soni Janjikan Rp300 Juta per Desa Jika Jadi Gubernur Banten

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:45

Polda Metro Jaya Dalami Asal Puluhan Ribu Pil Ekstasi di PIK

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:21

Peringati Setahun Perang Gaza, Hizbullah Serang Kota Haifa Israel

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:18

Selengkapnya