Berita

Pemerintah harus Tegas, Cabut Kewarganegaraan Pengikut ISIS

JUMAT, 27 MARET 2015 | 10:50 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Pemerintah harus menindak tegas para pengikut dan simpatisan Islamic State of Irak and Syiria (ISIS).

"Ini penting dan harus secepatnya dilakukan," tegas Direktur Pusat Kajian Timur Tengah & Dunia Islam (PKTTDI) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Hery Sucipto, dalam rilisnya, Jumat, (27/3).

Pasalnya, gerakan ISIS terus membuat resah masyarakat dan komunitas internasional. Bahkan, di Indonesia, disinyalir pengikut ISIS mencapai lebih 1000 orang.

Salah satu tindakan keras dan tegas itu, adalah dengan mengenakan pengikut ISIS sebagai kriminal negara atau gerakan separatis. Dengan cara itu, memudahkan penanganan dan pencegahan ISIS.

Karena ISIS, kata dia lagi, bukan gerakan agama, tapi gerakan kaum kriminal, gerakan separatis. "Karena itu, dapat dicabut kewarganegaraannya," tegas Hery.

Ia yakin, dengan menyebut ISIS gerakan separatis, simpati dan dukungan masyarakat terhadap pembasmian dan penanganan ISIS akan mudah dan meluas.

"ISIS ingin mendirikan negara tersendiri. Jadi, ini sudah separatis, tidak boleh ada negara dalam negara Pancasila ini. Saya yakin dukungan pembasmian terhadap separatis akan luas, dan Indonesia sudah pengalaman menumpas gerakan separatis," papar Jubir Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini.

Selama ini, lanjut Hery, masyarakat mungkin biasa saja dukungannya karena ISIS dianggap gerakan ideologi yang mengatasnamakan Islam. Dompleng Islam itu, demikian Hery, hanya strategi ISIS meraih simpati.

"Padahal mereka gerakan kriminal dan separatisme. Hanya orang bodoh dan tidak paham agama saja yang latah ikut-ikutan gabung ISIS," pungkasnya. [zul]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Lolos OTT, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor Gugat Praperadilan Lawan KPK

Jumat, 11 Oktober 2024 | 17:23

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

CEO Coinbase Umumkan Pernikahan, Netizen Seret Nama Raline Shah yang Pernah jadi Istrinya

Kamis, 10 Oktober 2024 | 09:37

UPDATE

Ratusan Organ Relawan Jokowi dan Prabowo-Gibran Bakal Gelar Tasyakuran

Kamis, 17 Oktober 2024 | 19:58

Ekspor Jepang Turun Pertama Kali dalam 10 Bulan, Gara-gara Ini

Kamis, 17 Oktober 2024 | 19:54

Duel UFC 308: El Matador Vs Blessed

Kamis, 17 Oktober 2024 | 19:54

Tak Dipanggil ke Kertanegara, Ace Hasan Nongol di Hambalang

Kamis, 17 Oktober 2024 | 19:29

BUMN Butuh Insan Sadar Berbangsa dan Bernegara

Kamis, 17 Oktober 2024 | 19:17

Digadang jadi Mendag, Budi Santoso Bakal jadi Menteri Jalur Karir

Kamis, 17 Oktober 2024 | 19:08

Jasa Raharja dan BPJS Ketenagakerjaan Sepakat tingkatkan Manfaat Jaminan Kecelakaan

Kamis, 17 Oktober 2024 | 18:46

Taufik Zoelkifli: Tidak Benar PKS Berkhianat

Kamis, 17 Oktober 2024 | 18:40

Pelantikan Presiden 20 Oktober Sesuai Aturan, Jangan Ditolak

Kamis, 17 Oktober 2024 | 18:36

Tak Sampai Malam, Calon-calon Wamen Keluar dari Garuda Yaksa Hambalang

Kamis, 17 Oktober 2024 | 18:20

Selengkapnya