Sejumlah kalangan khawatir melihat nilai tukar rupiah terus bertahan di atas Rp 13.000 per dolar Amerika Serikat. Peran Bank Indonesia (BI) dipertanyakan, keÂnapa tidak berkutik menghadapi dinamika pasar valas tersebut.
Menanggapi hal itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah mengaku pihaknya telah mengintervensi pasar untuk penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Namun Halim Alamsyah tidak membeberkan berapa nominal anggaran yang digelontorkan untuk mengguyur dolar di pasar valas.
Kenapa tidak dibeberkan nominalnya? Kenapa pula lama bertahan nilai tukar rupiah di atas Rp 13.000 per dolar?
Berikut jawaban Halim Alamsyah yang disampaikan kepada Rakyat Merdeka, Selasa (24/3): Apa alasan tak dibeberkan nominalnya?Wah, kalau anggarannya saya nggak tahu, karena bukan saya yang megang.
Apa BI terus melakukan intervensi di pasar valas unÂtuk menguatkan nilai tukar rupiah?Ya, kita berupaya menguatkan rupiah itu pasti kita ada interÂvensi pasar.
Selain itu?Kita menjaga stabilitasnya. Kemudian juga melakukan langkah-langkah agar likuidiÂtas rupiah jangan terlalu berÂlebih. Ini membantu penguatan rupiah.
Berapa target level nilai tukar rupiah yang ingin dicapai?Kita tidak mengarahkan ke level tertentu.
Apa hal terpenting yang perlu dipahami di balik peleÂmahan rupiah ini?Awal bulan ini, ketika Bank Sentral AS mengadakan rapat bahwa mereka akan melakukan penyesuaian. Ekonomi jadi kocar-kacir. Rupiah melemah dan sempat jatuh di atas Rp 13.000.
Apa melemahnya rupiah akan berlangsung lama?Begini, ketika mereka berÂsidang, Bank Sentral AS akan meninjau kembali data-data ekonomi AS. Ternyata tidak sebagus seperti yang diduga sebelumnya.
Tiba-tiba mereka langsung berubah dan mengatakan; kami akan memperbarui data-data yang akan datang. Itu langsung rupiah menguat.
Apa dengan pernyataan itu, akan ada ekspektasi terus menguatnya rupiah?Ya, tapi memang masih sangat sensitif juga.
Seberapa kuat ekonomi dan perbankan kita menghadapi goncangan ekonomi global?Kalau dilihat kondisi perekoÂnomian kita, saya yakin ekonoÂmi, khususnya dunia perbankan kita cukup tangguh dan sanggup menghadapi goncangan itu.
Apa dasarnya?Kita sudah punya bukti, pada 2008, ada goncangan tapi hanya dengan beberapa upaya kita bisa berhasil.
O ya, bagaimana Anda meÂnyikapi maraknya bank-bank asing yang masuk ke Indonesia?Satu sisi, kehadiran mereka dapat menambah daya saing perbankan dalam negeri. Tapi perlu diamati juga, mereka punya tendensi untuk membeli bank-bank kecil kita.
Apa perlu dibuat undang-undang untuk mengantisipasi persoalan tersebut?Hal ini memang perlu diatur. Tapi tidak perlu dengan undang-undang.
Ada yang berpandangan, jumlah bank di Indonesia perlu dikurangi karena terlalu banyak?Kalau masalah jumlah bank yang terlalu banyak dilihaat dari penyebarannya, memanag sudah
over di kawasan pulau Jawa. Tapi di kawasan Indonesia lain, apalagi Indonesia Bagian Timur, kehadiran bank masih sangat diperlukan.
Anda mengusulkan kebiÂjakan bail-in untuk mengantiÂsipasi krisis sektor perbankan, bukan lagi bail-out, kenapa?Agar bank, terutama jika diÂtutup dan berdampak sistemik memiliki cara untuk menolong dirinya sendiri.
Bagaimana dengan negaÂra lain, apa berpandangan sama?Dunia internasional sangat tidak setuju, tidak lagi mengÂgunakan dana negara. Dulu ada bail-out, sekarang tidak dianjurÂkan lagi. ***