Berita

Basuri Tjahaja Purnama

Wawancara

WAWANCARA

Basuri Tjahaja Purnama: Ahok Dari Dulu Bicara Keras, Apa Adanya Tapi Niatnya Baik

MINGGU, 22 MARET 2015 | 08:33 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Tidak hanya selama jadi Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sudah berbahasa keras (baca: ucapan kasar) dari dulu. Dengan adiknya, Basuri Tjahaja Purnama juga sering berbahasa keras. Tapi niat­nya baik. Itu lebih baik daripada santun tapi munafik.
 
"Kita orang Sumatera dari ke­cil sudah biasa berbahasa keras. Bukan suatu yang aneh," tutur Basuri alias Yuyu, yang kini menjabat Bupati Belitung Timur ketika ditemui Rakyat Merdeka di bilangan Menteng, Jakarta, Jumat (20/3).

Seperti diketahui, Ahok kem­bali menyita perhatian publik setelah sempat mengeluarkan bahasa keras dalam sebuah wawancara ekslusif salah satu televisi swasta. Ada yang pro dan kontra dengan gaya semacam itu.


Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahkan me­minta Mendagri mengusut bahasa keras Ahok yang mem­bahas dana siluman APBD DKI pada jam tayang utama (prime-time) sebuah stasiun televisi.

Dialog itu juga bukan ter­masuk jenis tayangan publik yang memerlukan pengawasan orangtua, sehingga me­mungkinkan juga ditonton anak-anak. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) juga bahkan mengecamnya.

Lantas bagaimana respons sang adik, Basuri Tjahja Purnama?


Anda suka marah-marah juga?
Siapa bilang saya tidak marah-marah.

Kalau di rumah bagaima­na?
Di rumah, kalau diskusi den­gan abang dengan adik, tetangga bilang; wih anak muda ini be­rantem nih.

Termasuk sering mengeluarkan kata-kata keras?
Sekarang begini, kalau Anda dalam situasi menghadapi masalah yang sudah tidak da­pat dibaikkan, akan bersikap bagaimana.

Maksud Anda?
Kita ini sudah terlalu diselubungi dengan (membungkuk­kan badan), berpura-pura baik, santun. Tapi bersikap berbeda. Apa yang kita harapkan itu untuk merubah Indonesia. Ini munafik.

Jadi harus bagaimana?
Kita harus buat satu peruba­han, sehingga menyadarkan masyarakat.

Belum sadarnya dalam hal apa?
Contoh saja pendidikan kita harusnya bermutu. Tapi yang terjadi berbuku. Biaya begitu banyak. Tuntutan begitu ban­yak. Akhirnya bikin anak kita stres. Itu yang mau kita sebut santun. Anak bangsa kita han­cur terus lho.

Kenapa saya selalu marah dan selalu bilang, pada 1970-an kita itu gurunya Malaysia. Sekarang banyak TKI bekerja di sana. Besok-besok jadi pembantu di negara sendiri.

Artinya memang den­gan marah bisa mengubah Indonesia?

Kalau kamu lihat lagi, Basuki kan bukan tiap hari marah, situa­si yang membuat dia marah.

Anda sering dihadapkan dengan situasi seperti itu, juga bertindak sama?
Gimana saya nggak marah ka­lau pembahasannya seperti itu. Mau beli laptop lagi. Bilangnya rusak semua, saat diperiksa ternyata cuma satu yang rusak. Wajar toh kalau marah. Kalau nggak marah, kita gila. Kira-kira gitu.

Orangtua pernahkah ngingatin Ahok supaya jaga emosi?
Pasti, mama saya selalu meng­ingatkan.

Kenapa masih suka marah-marah?

Kadang dalam hidup ini nggakbisa semua dalam koridor agar pencitraan bagus. Kalau orang politik boleh. Masalahnya Basuki (Ahok) bukan orang politik.

Tapi Ahok kan pejabat pub­lik. Tidak takut reputasi dan citranya rusak?
Itu risiko bila bersikap apa adanya. Kebanyakan orang kan kalau ada panu ditutupi. Kalau Basuki kan apa adanya. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya