Berita

Jenderal (Purn) AM Hendropriyono

Wawancara

WAWANCARA

Jenderal (Purn) AM Hendropriyono: Ditemukan Tahun Lalu, Virus ISIS Sudah Masuk Ke Bilik-bilik Penjara

JUMAT, 27 FEBRUARI 2015 | 09:31 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Politik dan hukum saat ini telah menguras energi seluruh komponen bangsa. Sementara itu, ada sisi kewaspadaan nasional kita yang sepertinya menurun. Padahal, ada ancaman begitu nyata, massif dan sangat berbahaya, yang bisa mengganggu stabilitas keamanan bangsa. Apa ancaman itu? Bekas Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Jenderal (Purn) AM Hendropriyono menyebut salah satunya adalah ISIS atau Islamic State of Iraq and Syria. Sebuah gerakan di Iraq dan Syria pimpinan Syaikh Abu Bakar Al Baghdadi yang ingin mendirikan daulah Islamiyah.

"Kita harus bersatu padu mencegah ancaman ini," kata Hendropriyono saat ditemui di sela-sela pengukuhan Prof. Dr. Ratna Sitorus Sudarsono, SKp., M.App.Sc sebagai Guru Besar Tetap bidang Ilmu Keperawatan di Fakultas Keperawatan UIdan Prof. Dr. Sudarsono Hardjosoekarto sebagai Guru Besar Tetap bidang Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Kampus UI, Depok, Rabu (25/2).

ISIS kini jadi momok me­nakutkan bagi dunia. Berbagai kebrutalan dan kekejaman ISIS terus ditontonkan ke publik. Setelah memenggal seorang warga Jepang, Haruna Yukawa, militan ISIS diduga telah melakukan genosida dengan mem­bunuh 21 orang Kristen Mesir di Libya. Kekejaman ISIS seperti telah menggeser ketakutan dunia terhadap gerakan terorisme Al-Qaeda. Karena itu, para pemimpin dunia bergandengan tangan untuk menumpas ISIS.


Hendropriyono punya catatan valid mengenai sepak terjang ISIS di dalam negeri. Termasuk seperti apa pergerakan dan ba­haya yang akan ditimbulkan jika ISIS tidak segera diantisipasi. Berikut penuturan professor bidang intelijen ini.

Pergerakan ISIS di Indonesia seperti apa?
Bulan Februari ini genap 1 ta­hun kita menemukan terjadinya infiltrasi virus ISIS di Indonesia. Tepat setahun yang lalu, pada 18 Februari 2014 terjadi de­klarasi mendukung ISIS oleh sekelompok masyarakat yang menamakan diri FAKSI(Forum Aktivis Syariat Islam). Mereka menggelar multaqod da’awi di sebuah universitas Negeri. Yang intinya mendukung ISIS.

Setelah itu, ada gerakan lain?

Tiga bulan setelah FAKSIdeklarasi, kemudian ada 1.000 yang menyatakan diri pendu­kung ISIS. Mereka berkum­pul di Solo Baru, menyatakan diri sebagai Forum Daulah Islamiyah dan juga sama, men­dukung ISIS. Aksi di Solo Baru diikuti di Malang dan Makassar.

Setelah fakta-fakta ini ditemukan apa yang dilaku­kan pemerintah?
Enam bulan setelah virus ISIS ditemukan, pada bulan Agustus 2014, Pemerintahan SBY mengambil langkah politik; pertama, melarang aliran ISIS di Indonesia. Kedua, mengingat­kan dan mengimbau masyarakat jangan terpengaruh paham ISIS. Kemudian, langkah ini dijabarkan lagi oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin agar semua pihak waspada dan menolak ISIS.

Di tataran operasional, seperti apa?

Di tataran operasional dilaku­kan oleh BNPT dan Densus Anti Teror 88. Ini operasi yang dige­lar oleh suprastruktur pemerin­tah, yang kemudian di tataran infrastruktur, para tokoh NU, yang terus memberi perhatian keras kepada NU untuk menang­kal dan mencekal faham ISIS.

Anda sebut ISIS masih vi­rus, apa mungkin nanti ISIS di Indonesia akan jadi seperti tubuh, yang organisasi dan gerakannya jadi nyata terli­hat?
Sampai sekarang belum, tapi virus ini lebih berbahaya, tidak terlihat dan justru bisa menjalar kemana-mana.

Misalnya?
Dari dalam penjara saja, Abu Bakar Ba’asyir sudah menya­takan berbaiat kepada Khalifah ISIS, Abu Bakr al Bagdadi. Bayangkan, virus ISIS bisa masuk ke belakang-belakang tembok penjara. Apa ini tidak bahaya?

Menurut Anda, ISIS dengan gerakan teroris yang selama ini beroperasi di Indonesia lebih bahaya mana?

ISIS lebih bahaya. Model op­erasionalnya juga lebih bahaya. Dan Asia Tenggara termasuk Indonesia, bisa menjadi tempat yang subur jika tidak segera ditangkal.

Dengan pola pencegahan selama ini apa sudah cukup?

Kita perlu melakukan satu langkah operasional lain, yaitu melakukan penggalangan massa terhadap masyarakat muslim. Seruan dari para petinggi NU telah berkumandang agar NU menolak paham ISIS. Kelihatan jelas di sini bahwa dari tataran supra struktur politik telah ber­buat, walaupun baru sebatas peringatan dari para petinggi Negara, namun reaksi dari in­frastrukur masih belum nyata.

Saran Anda?

Para elit politik, tokoh-tokoh masyarakat dan para pemimpin umat harus bersatu-padu mengh­adapi musuh bersama yang men­gancam keselamatan seluruh rakyat. Jangan malah cakar-ca­karan sendiri karena kepentingan dan keinginan pribadi. Kita perlu membangun kekuatan di tataran politik segala tingkat dan jajaran. Jika antar para pemimpin da­pat bekerjasama secara sinergis dan berkesinambungan, maka kekuatan vertikal dan horizon­tal dengan basis massa, akan mampu membendung, kemudian melemparkan keluar ideologi kekhalifahan ala ISIS itu.

Lainnya?
Para purnawirawan TNIdan juga Polri harus bersatu untuk menarik adik-adiknya dapat sal­ing bergandengan tangan meng-halau para infiltran ISIS yang sudah ngerem di tanah air kita selama setahun ini.

Jika saran Anda ini tidak dilakukan, apa dampaknya?
Para jihadis yang berangkat ke Suriah akan semakin ban­yak, seperti Saudi Arabia yang melakukan pencekalan dan menghukum berat mereka yang ketahuan berjihad untuk ISIS. Dari Saudi kini sudah berjumlah 3.500 orang yang berangkat ke Suriah mendukung ISIS.

Sekarang soal lain, setelah Pilpres dan Jokowi terpilih Anda dikabarkan tidak akur dengan para purnawirawan seperti Luhut Panjaitan dan Prabowo Subianto?

Ah, itu tidak benar. Saya akur-akur saja dengan mereka. Dengan Luhut saya kan satu perahu mendukung Jokowi. Dengan Prabowo memang kita berbeda di pilpres, tapi sekarang saya salut dengan Prabowo, dia legowo dan mendukung pemerintah.

Kata 'psikopat' yang pernah Anda sebut ke Prabowo di pilpres memang tidak meng­ganggu hubungan Anda seka­rang?
Begini, waktu itu saya sampai­kan hasil test psikologi, tapi bu­kan kedustaan. Ada 2 tes, yaitu kepribadian dan kecerdasan. Nilai kecerdasan Prabowo bagus sekali. Tapi tidak saya kemuka­kan, karena ‘kan namanya juga kampanye negatif. Hal-hal yang positif tidak saya sampaikan dong. Sejatinya, hasil psikotest dari waktu ke waktu pasti beda. Pada hasil psikotest berikutnya nilai dia baik, karena perbedaan keadaan dan kondisi dia waktu diperiksa.

Jadi, Prabowo tidak psiko­pat?
Ya, tidak lah, karena menguji jiwa orang perlu perangkat test yang lebih daripada itu.

Setelah Jokowi jadi presi­den, Anda dikabarkan men­jegal Luhut Panjaitan jadi menkopolhukam, apa benar?
Itu tuduhan salah besar. Saya tidak pernah menjegal dia. Dia sahabat saya. Ketika menghadap presiden bersama Ryamizard, justru saya usulkan Luhut sebagai Menko Maritim jika tidak bisa ditempatkan sebagai Menkopolhukam. Saya nekat aja ngomong begitu, pa­dahal saya tahu saya bukan dalam kapasitas mengusulkan demikian. Tapi saya lakukan demi sahabat saya, Luhut tidak tersingkir. Tapi, sekarang kan Luhut jadi kepala sekretariat kepresidenan, yang secara po­sisi lebih dekat dekat presiden ketimbang Menko Maritim.

Lalu kenapa Menkopolkam bisa jatuh ke Tedjo Edhy?
Sebaiknya tanya Presiden send­iri. Itu hak prerogatif beliau. Terus terang saya tidak tahu. Tapi pernah saya ditelepon seseorang dekat Presiden, tanya saya siapa nama ex Kasal yang bertemu Presiden waktu HUT TNI 5 Oktober 2014 di Surabaya, saya jawab; namanya Tedjo Edhy Purdijatno. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya