Berita

Tantowi Yahya

Wawancara

WAWANCARA

Tantowi Yahya: Masyarakat Kecewa Jokowi Tidak Tegas Selesaikan Konflik

RABU, 04 FEBRUARI 2015 | 10:00 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

KPK-Polri Presiden Jokowi dinilai tidak tegas menyelesaikan konflik KPK versus Polri, sehingga publik merasa kecewa. Rakyat menunggu ketegasan sikap Jokowi.

"Rakyat kecewa dengan pemimpin yang lamban dalam me­nyelesaikan masalah, termasuk masalah KPK-Polri," kata Ketua DPP Partai Golkar versi Munas Bali, Tantowi Yahya, di Jakarta, Senin (2/2).

Dengan kejadian ini, Tantowi teringat pada kepemimpinan SBYyang sering sangat hati-hati dan takut melanggar undang-undang dalam memutuskan sesuatu.


"Sejarah berulang kembali, ki­ta memiliki lagi Presiden peragu. Presiden tidak tegas dalam me­nyelesaikan permasalahan KPK-Polri. Jokowi takut dengan orang-orang yang menjadikan­nya presiden," tudingnya.

Inilah wawancara lengkap dengan Tantowi Yahya:


Kenapa Anda bilang sejarah berulang kembali?

Pada saat zaman SBY, Ketua Umum Partai Demokrat itu san­gat hati-hati dan terkesan takut melanggar undang-undang untuk memutuskan sesuatu. Presiden Jokowi juga menjadi seorang yang peragu meski mendapat dukungan publik yang sangat tinggi.

Masyarakat tentu kecewa den­gan Jokowi yang terkesan tidak tegas dalam menyelesaikan per­masalahan KPK-Polri. Harapan masyarakat pada Jokowi tentu akan menurun.

Bukankah pemerintahan Jokowi ada prestasinya? Kenapa Anda bilang menurun?

Ya, saya melihat ada dua ca­paian besar. Pertama, mengenai pelanggaran kapal-kapal asing yang mencuri ikan di wilayah kita. Itu menurut kami pemerin­tah sudah tegas. Dan itu sudah memberikan efek gertak yang cukup lumayan.

Kedua, penegakan hukuman terhadap para pengedar narkoba dengan mengeksekusi huku­man mati. Pemerintahan Jokowi sudah menunjukkan taringnya. Ini memberikan efek getar bagi siapa saja yang coba-coba mengedarkan narkoba ke wilyah Indonesia. Dalam perspektif itu, kita bersyu­kur pemerintah sudah melakukan tugas sebaik-baiknya.

Kalau di sektor pemberan­tasan korupsi?
Sebenarnya komitmen dari pemerintahan Jokowi terkait pemberantasan korupsi itu kan sudah terlihat bagus. Tapi saat penetapan Budi Gunawan se­bagai calon Kapolri, ini sedikit mengganggu komitmen dari pemerintah dalam pemberan­tasan korupsi. Walaupun itu hak prerogatif Presiden, tapi teori-teori mengatakan, bagaimana bisa polisi itu atau aparat hukum itu membersihkan apalagi sapu­nya sendiri kotor. Ini menjadi catatan di balik komitmen besar pemerintah untuk melakukan pemberantasan korupsi.

Apa yang perlu menjadi perhatian pemerintah?
Masih banyak hal lain yang patut menjadi perhatian pemer­intah. Misalnya konflik partai. Itu juga harus diselesaikan. Walaupun pemerintah mengatakan bahwa itu urusan internal partai politik. Tapi rasanya pemerin­tah juga harus ikut serta dalam penyelesaian masalah internal partai politik itu.

Soal lain, bagaimana perso­alan hukum Partai Golkar?
Kita bersyukur para hakim tetap memerhatikan data-data, kesaksian-kesaksian daripada hal-hal yang berbau politik.

Dengan demikian kami san­gat optimis dalam menyong­song langkah ke depan. Apapun hasil putusan dari pengadilan, itu hanya sekadar upaya kami dalam mendapatkan kepastian hukum.

Tapi tetap kami utamakan proses islah. Artinya, tidak boleh terjadi perpecahan pasca putusan dari pengadilan.

Apa kubu Ical akan merang­kul kubu Agung Laksono?
Kader partai yang selama ini terbelah antara ikut Munas Bali dan Munas Ancol setelah putusan pengadilan ini harus bersama-sama. Dengan demikian, partai ini menjadi besar. Kemudian meme­nangkan agenda-agenda politik ke depan. Mulai dari pilkada, pileg dan pilpres. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya