Berita

Dorodjatun Kuntjoro Jakti

Wawancara

WAWANCARA

Dorodjatun Kuntjoro Jakti: BBM Ikuti Harga Pasar, Ada Sisa Dana Untuk Bangun Rumah Sakit & Sekolah

MINGGU, 25 JANUARI 2015 | 10:10 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Bekas Menteri Koordinator Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro Jakti belum bisa memprediksi sampai kapan harga minyak dunia turun.

Yang jelas, Guru Besar Universitas Indonesia itu menilai, tu­runnya harga minyak dunia akibat 'perang' antara Amerika Serikat (AS) dengan negara-negara peng­hasil minyak di Timur Tengah.

"Gara-gara harga minyak dunia itu turun, maka sudah sewajarnya harga BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia juga turun," ujar Dorodjatun Kuntjoro Jakti kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, Kamis, (22/1).


Menurut Dorodjatun, kalau menerapkan harga pasar, maka harga BBM itu mengikuti harga minyak dunia. Sejak enam bulan lalu, harga minyak mentah terus turun. Ini terjadi karena perebutan pasar. AS saat ini terus menin­gkatkan produksi minyaknya melalui revolusi teknologinya. Jika negara-negara OPEC mengurangi produksinya untuk menjaga harga minyak dunia, maka AS akan masuk di pasar internasional dengan memasarkan minyak hasil produksinya dengan harga yang lebih murah.

"Kalau harga internasional turun, harga BBM di Indonesia juga harus turun. Tapi kalau naik, ya naik lagi. Itu normal di seluruh dunia," paparnya.

Berikut kutipan selengkap­nya:

Bagaimana APBN dengan kondisi seperti ini?
Memakai sistem itu, tentu menyisakan dana di APBN. Ini bisa dipakai untuk membangun sekolah, rumah sakit, jalan dan sebagainya. Seharusnya dari du­lu BBM mengikuti harga pasar seperti itu. Kalau harga dunia naik, ya otomatis naik juga. Kalau turun, ya turun. Jadi harus siapkan jaringan sisialnya.

Caranya bagaimana?

Kalau buat saya, jaringan pengaman sosial itu harus per­manen. Misalnya, memberikan dana kepada yang memang membutuhkan secara langsung.

Harga BBM sudah turun tapi ongkos transportasi dan harga sembako belum turun, ini bagaimana?
Kan harus ada waktu ya. Dalam ekonomi itu semua pakai ru­mus kumulatif. Tidak ada yang namanya gebrakan. Selalu ada awalnya, kadang-kadang lambat kadang-kadang cepat. Seperti pohonlah tumbuhnya. Jadi ini kan baru kurang dari satu minggu, ng­gak bisalah langsung turunnya.

Soal pembangunan infrastruktur, bagaimana?
Bagi pembangunan infrastruk­tur yang terpenting jangan ter­petak di daerah-daerah yang sudah maju. Pemerintah harus mengu­tamankan yang daerah-daerah di luar Jawa. Saya kita itu.

Kalau harga minyak dunia melambung tinggi, berarti pemerintah menaikkan har­ga BBM, bukankah ini ber­dampak inflasi?
Bisa saja menaikkan harga BMM tanpa ada risiko terhadap dampak inflasi yang tinggi. Bahkan tidak menutup kemung­kinan inflasi malah turun.

Berdasarkan pengalaman saat menjadi Menko Perekonomian di era pemerintahan Megawati, langkah yang tempuh sebelum menaikkan harga BBMi dengan menaikkan harga pembelian petani (HPP).

Inflasi kala itu tidak melam­bung, meski harga BBM naik dua kali di tahun yang sama.

Kenapa bisa begitu?
Ketika HPP beras dinaikkan, petani lebih terpicu untuk menanam padi, sehing­ga ketika harga BBM sub­sidi dinaikkan, bisa diim­bangi dengan surplus beras.Waktu itu harga gabah naik dua kali lipat. Saat harga BBM di­naikkan, pas panen dan surplus. Jadi kalau ekonomi meningkat, naikkan harga BBM juga tidak masalah.

Apa harga pangan pendorong utama inflasi?
Pendorong utama inflasi adalah harga pangan yang cenderung tinggi. Saat pangan bisa dijaga dan kebutuhannya bisa dipenuhi, maka inflasi juga akan terkendali meski ada pemicu dari kebijakan harga yang diatur pemerintah. Namun tentu tidak hanya seba­tas pada beras, juga komoditas pangan lainnya. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya