Berita

dr. rizal ramli/net

SKANDAL BLBI

Pemerintahan Mega Berikan SKL Walau Banyak Aset Obligor BLBI Bolong

SENIN, 22 DESEMBER 2014 | 18:34 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang diberikan kepada sejumlah pemilik bank yang bangkrut menyusul krisis ekonomi tahun 1997/1998 menjadi penyakit yang diwariskan dari pemerintahan era Orde Baru kepada pemerintahan pasca Orde Baru.

Ketika Abdurrahman Wahid berkuasa, pemerintah mewajibkan semua obligor BLBI memberikan personal guarantee note akan bertanggung jawab selama tiga generasi.

Tetapi setelah Gus Dur jatuh, kebijakan ini dibatalkan pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Obligor BLBI memberikan aset-aset tak bernilai tinggi demi mendapatkan Surat Keterangan Lunas (SKL) BLBI.


Hal ini disampaikan mantan Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan era Abdurrahman Wahid, DR. Rizal Ramli, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin siang (22/12).

KPK mengundang Rizal Ramli untuk mendapatkan penjelasan mengenai kronologi penerbitan SKL BLBI. Ini adalah kali kedua Rizal Ramli memberikan keterangan.

"‎Ketika kami jadi Menko, kami melihat kelemahann bahwa pemerintah tidak punya bargainning yang kuat. Kami minta pendapat ahli-ahli hukum terkemuka, apa yang harus dilakukan," ujar Rizal Ramli.

"Kami memutuskan semua obligor yang punya beban besar kepada BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) harus menyerahkan personal guarantee noted. Artinya apa, konglomerat yang bersangkutan bertanggung jawab hingga tiga generasi, sampai seluruh kewajibannya terlunasi," sambung dia.

Entah mengapa, pemerintahan Mega mengambil kebijakan yang berbeda. Kewajiban personal guarantee dihapuskan. Pemerintahan Mega lebih memilih menerima aset dari obligor BLBI.

"Memang ada konglomerat yang memenuhi kewajibannya. Ada yang bolong-bolong, ada yang jumlahnya nggak memadai," demikian Rizal Ramli.

Dia mengimbau agar obligor BLBI yang masih mengemplang kewajiban melunasi kewajiban mereka pada negara. [dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya