rachmawati soekarnoputri/net
Menghancurkan Islam di Indonesia adalah salah satu strategi yang dikembangkan pihak asing yang sejak lama ingin memecah belah dan menguasai Indonesia.
Strategi menghancurkan Islam dan memporakporandakan persatuan umat Muslim di Indonesia ini didasarkan pada kenyataan bahwa Islam, seperti studi sejarawan George Mc. Turnan Kahin pada masa revolusi fisik melawan Belanda, adalah salah satu pondasi penting Indonesia.
Demikian dikatakan Ketua Front Pelopor Rachmawati Soekarnoputri dalam perbincangan dengan redaksi.
Upaya memojokkan Islam dan umat Muslim di Indonesia semakin gencar dilakukan menyusul serangan yang menghancurkan menara kembar WTC di New York pada 11 September 2001.
Sejak peristiwa itu, Amerika Serikat menyatakan perang terhadap kelompok teroris yang melakukan serangan itu. Dalam waktu yang cukup singkat, kampanye melawan teroris itu tampak seperti perang melawan Islam, dimana kelompok umat Muslim yang menentang dominasi dan kolonialisasi gaya baru yang dipraktikkan AS dan sekutunya dengan mudah diperlakukan sebagai teroris.
"Sejak 2001 negara adikuasa itu menyataan perang terhadap dan termasuk kepada negara-negara Muslim yang masuk dalam ‘poros setan’ seperti Irak, Libya, Iran," ujar Rachma.
"Indonesia termasuk jadi sasaran mereka dalam upaya menghancurkan Islam," sambungnya.
Lebih jauh pendiri Universitas Bung Karno ini mengatakan bahwa Indonesia sudah lama menjadi subordinasi atau satelit AS.
Peristiwa penculikan enam jenderal dan seorang perwira muda TNI Angkatan Darat pada dinihari 1 Oktober 1965 lalu merupakan batu loncatan yang mereka gunakan untuk menjatuhkan Presiden Sukarno.
"Mereka dibantu oleh antek-antek nekolim dan oknum-oknum dalam negeri. Secara
silent pula Indonesia bekerjasama di bidang intelijen dengan AS dan CIA," sambungnya.
Hal ini sebut Rachma lagi, misalnya dapat dibaca dalam buku yang ditulis Willem Oltman terbitan 2001.
Kata Rachma lagi, kerjasama intelijen dengan AS semakin erat pasca 2001. Sejak itu pula berbagai penyiksaan dilakukan terhadap orang-orang yang diduga menjadi bagian kelompok teroris.
Metode ini bukannya memperlemah semangat anti AS, sebaliknya semakin membuat api kemarahan terhadap AS membesar. Pada gilirannya, reaksi keras kelompok-kelompok Muslim yang ingin membalas kekejaman AS itu malah dikampanyekan AS sebagai bukti terorisme yang melibatkan umat Muslim.
[dem]