Berita

presiden joko widodo/net

Politik

Perpecahan Golkar dan Jalan Pintas Jokowi untuk Benar-benar Berkuasa

KAMIS, 27 NOVEMBER 2014 | 13:02 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Perpecahan di tubuh Golkar memiliki kaitan erat dengan kekacauan akibat sistem presidensial multi partai. Kebutuhan akan partai pendukung di parlemen cukup tinggi dalam sistem campuran itu.

Akibatnya, pemerintah yang tidak didukung oleh bagian terbesar dalam parlemen terdorong melakukan upaya ekstra untuk merebut partai lawan.

Hal ini, menurut pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA dalam kultwit panjang yang disampaikannya kemarin (Rabu. 26/11), menjadi semacam kudeta.


Umumnya sistem presidensial akan kokoh bila hanya ada dua partai, seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Dengan dua partai, lebih mudah bagi presiden untuk melakukan kesepakatan dengan Parlemen. Apalagi jika partai presiden juga menguasai parlemen.

Sementara, sistem multi partai kerap kali membuat partai pemerintah menjadi partai minoritas di Parlemen. Akibatnya, terlalu banyak partai yang harus diajak bernegosiasi, dibujuk, dan dimanjakan, oleh Presiden agar  lolos dari pertarungan kebijakan di Parlemen.

"Jika demokrasinya sudah matang seperti di AS, walau parlemen (kongres) dikuasi partai lawan, negosiasi rasional mudah dilakukan. Namun jika demokrasinya masih lemah seperti di Indonesia, negosiasi dengan parlemen banyak diwarnai politik balas dendam," ujar Denny JA.

Denny JA mengatakan, pemerintahan SBY selama dua periode juga terpaksa menjalin koalisi dengan sebanyak mungkin kekuatan di Parlemen. Hanya dengan demikian, SBY tidak menghadapi Parlemen yang hostile.

Sementara Presiden Joko Widodo yang sedang berkuasa terlambat menyadari hal ini.

"Ia diromantisir oleh (pandangan) koalisi partai yang ramping, yang  justru membuatnya minoritas di Parlemen," sambung Denny JA.

Contohnya, ganguan interpelasi DPR soal kenaikan harga BBM yang didukung kelompok rakyat yang tak suka harga BBM naik, segera merepotkan Jokowi.

Sementara, ketika Jokowi sadar,  dia sudah terlambat karena kubu oposisi di Parlemen sudah solid dan menguasai mayoritas serta selalu mengalahkan Presiden dalam voting.

"Pecahnya Golkar adalah serpihan dari politik makro di atas. Politisi di Golkar yang kecewa mendapatkan insentif untuk membantu Jokowi dengan merebut kepemimpinan Golkar dari ARB. Itu jalan pintas melemahkan KMP yang mayoritas di Parlemen," ujar Denny JA lagi.

Akhirnya, Golkar pun menjadi "gula-gula" yang bisa langsung mengubah posisi Jokowi, dari minoritas menjadi mayoritas di Parlemen. [dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya