Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung memastikan Rapimnas di Yogyakarta, 17-18 November 2014, tidak akan dimanfaatkan Aburizal Bakrie memimpin kembali partai berlambang pohon beringin itu.
Ical tidak akan memanfaatkan Rapimnas itu. Jadi, tidak perlu ada kecurigaan soal penjegalan calon ketua umum,’’ ujar Akbar Tandjung kepada Rakyat MerdeÂka di Jakarta, Jumat (14/11).
Seperti diketahui, Munas Partai Golkar akan dilaksanakan Januari 2015. Keputusan itu diambil dalam Rapat Pleno DPP Partai Golkar di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Jumat (14/11) dini hari.
Munas akan diadakan Januari 2015,†cetus Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie usai rapat.
Akbar Tandjung selanjutnya mengatakan, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie memiliki kesempatan untuk bertarung di arena Musyawarah Nasional (Munas). Golkar tak membatasi
incumbent, meskipun sejak masa reformasi tidak ada ketua umum yang menjabat dua periode.
â€Dulu saya juga maju untuk kedua kali. Tapi dikalahkan Pak Jusuf Kalla yang saat itu menÂjabat Wakil Presiden. Intinya, tiÂdak ada larangan bagi Ical (AbuÂrizal Bakrie) atau kader lain. SeÂmua punya hak yang sama di arena Munas,’’ paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:Ical gagal membawa Golkar memenangkan Pileg dan PilÂpres 2014, apa masih pantas meÂmimpin lagi? Itu kan secara individual. SeÂcara formal, Ical punya hak yang sama dengan kader lain. Soal dia terpilih kembali atau tidak, itu tergantung peserta Munas.
Seluruh fungsionaris dan kader Partai Golkar memiliki peÂluang unÂtuk bertarung di Munas IX GolÂkar. Kami memÂberi keÂsemÂpatan secara terbuka, kepada siaÂpa saja yang merasa terÂpangÂgil.
Bagaimana Anda melihat tantangan yang dihadapi GolÂkar pada pemilu mendatang?Pemilu 2019 memiliki kekhuÂsuÂsan karena pilpres dan pileg dilakukan bersamaan. Untuk itu, harus memilih dan menÂjaÂlankan langkah strategis agar GolÂkar siap merespons peristiÂwa tersebut.
Golkar harus segera berbenah untuk memenangkan Pemilu 2019. Terlebih, tahun 2004 GolÂkar perÂnah menang. Saat itu, situÂasinya jauh lebih sulit.
Kalau kita berkaca pada situasi itu, Golkar punya potensi. Kami pernah menang. Jika Golkar tak bisa mempertahankan kemenaÂngan, tentu ada hal yang salah. IniÂlah poin utama yang harus kita evaluasi dan diperbaiki.
Apa Ical mampu menjawab tantangan itu?Ya, kita lihat nanti. Dia kan beÂlum mendapatkan mandat untuk memimpin Golkar pada periode selanjutnya.
Dari sejumlah calon, siapa yang bisa menjawab tantangan itu?Seperti yang saya sampaikan tadi, kami memberi kesempatan yang sama dan terbuka kepada siapa saja. Soal siapa yang berÂpotensi dan terpilih, kita serahkan kepada peserta Munas. Yang penting, kita melakukan evaluasi dan berbagai perbaikan untuk membawa Golkar menangkan Pemilu 2019.
O ya, bagaimana tanggapan Anda soal KPK memeriksa Ketua MPR Zulkifli Hasan?Menurut saya nggak masalah. Apalagi Pak Zulkifli dipanggil sebagai saksi dan bukan dalam kapaÂsitas sebagai Ketua Majelis PerÂmusyawaratan Rakyat (MPR), taÂpi sebagai bekas MenÂteri KehuÂtanan.
Artinya, tidak perlu mundur dari Ketua MPR?Saya kira tidak perlu. Saya berÂpegang pada prisnsip hukum. Selama masih berstatus sebagai saksi, harus kita hormati. Kita nggak perlu berprasangka buruk.
Bagaimana jika terjadi peÂningkatan status?Kalau sudah tersangka, ya lain ceÂritanya. Itu perlu disikapi serÂius. Selama itu belum terjadi, kita harus berpegang pada prinsip praÂduga tidak bersalah. Kita perÂcayakan saja pada proses hukum yang sedang berlangsung. ***