Pembangunan Bandara Halim Perdanakusumah oleh PT Angkasa Transportindo Selaras (ATS) diperkirakan menelan biaya sebesar Rp 5 triliun.
Uang sebanyak itu akan dipakai untuk membangun terminal baru, merenovasi ruang VIP, membangun runway paralel hingga moda transportasi monorail yang bisa digunakan untuk mengakses bandara.
Bahan bangunan juga akan dipilih dengan hati-hati. Keramik, misalnya, akan diimpor dari Italia.
Hasil akhir dari pembangunan itu, Bandara Halim Perdanakusumah diharapkan dapat menyamai Terminal 3 Bandara Changi di Singapura.
Hal itu disampaikan CEO Lion Group, Rusdi Kirana, dalam perbincangan sebelum upacara penyerahan tiga unitr Airbus A320 di Toulouse, Prancis, Rabu siang waktu setempat (12/11).
"Setelah kami bangun, dan kami operasikan sampai masa kontrak, akan kami serahkan kepada pemerintah,†ujar Rusdi Kirana.
"Dari sisi komersial, kami sudah cukup koperatif. Saya kita sulit mencari pengusaha yang mau membangun dengan biaya tiliunan rupiah dengan waktu (operasional) selama 15 tahun,†sambungnya.
Masih menurut Rusdi, tentu saja biaya untuk membangun Halim Perdanakusumah bisa lebih murah. Namun. sambung dia. Halim memiliki arti yang tidak kecil bagi bangsa dan negara Indonesia.
Setidaknya, sambung Rusdi Kirana, ada dua tujuan utama dari pembangunan Bandara Halim itu. Pertama, mendongkrak jumlah kunjungan turis asing ke Indonesia. Kedua mempercantik wajah Indonesia di mata dunia mengingat Bandara Halim digunakan kepala negara Indonesia dan tamu-tamu VIP dari negara sahabat.
"Halim dibangun sebaik Terminal 3 Changi, tujuannya agar wisata kita berkembang. Kita mau jadikan Halim sebagai etalase,†masih kata Rusdi Kirana.
Selain membangun runway paralel, PT ATS juga akan membangun 12
landing bay. Ini adalah jumlah
landing bay maksimal yang bisa dibangun di Halim.
[guh]